Allah menempatkan kebenaran di lidah dan di hati Umar
Keikhlasan dan kebersihan hati dari segala hawa nafsu serta cintanya pada keadilan, itulah yang membuat gelar "al-Faruq" melekat padanya. Belum terdapat kata sepakat siapa yang menamakan Umar al- Faruq.
Ketika ditanya mengenai hal ini menurut sumber dari Aisyah ketika ditanya ia berkata: "Nabi 'alaihis-salam." Disebutkan bahwa Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Allah menempatkan kebenaran di lidah dan di hati Umar. Dialah al-Faruq" ("Pemisah"), yang memisahkan antara yang hak dengan yang batil." Dalam at-Tabaqat Ibn Sa'd mengutip sebuah ungkapan berikut rujukannya sebagai berikut: "Saya mendapat kabar bahwa yang pertama kali mengatakan Umar al-Faruq Ahli Kitab. Kaum Muslimin menggunakan sebutan itu dari kata-kata mereka. Belum ada suatu berita yang kami terima bahwa Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengatakan itu." Mana pun yang benar dari sumber-sumber tersebut, yang tak dapat diragukan lagi Umar adalah seorang Faruq — yang memisahkan antara yang hak dengan yang batil. Dan inilah yang mengabadikan nama al-Faruq sepanjang sejarah, yang melekat pada Umar sampai sekarang, dan akan tetap demikian selamanya.
Mengenai sikapnya yang begitu keras dan tegar, itu pulalah maka Nabi lebih mengutamakan Abu Bakr, dan selain Abu Bakr tak ada orang yang lebih diutamakan, karena keikhlasannya, keterusterangannya, keteguhan hati serta kebijakannya. Umar, yang begitu terkenal karena sikapnya yang keras dan tegar sehingga tak dapat ditawar-tawar, dalam beberapa peristiwa tampak ia lemah lembut dengan perasaan yang halus seperti sebagian sudah kita kemukakan peristiwanya ketika ia masuk Islam. Disebutkan bahwa ketika Umar meminta izin akan menemui Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam, ada beberapa perempuan Kuraisy yang sedang berbicara kepada Nabi dengan suara tinggi. Setelah diizinkan, perempuan-perempuan itu cepat-cepat mengenakan hijab. Begitu Umar masuk, Rasulullah tertawa seraya berkata: "Heran saya melihat perempuan-perempuan yang sejak tadi sudah di tempat saya, tetapi begitu mendengar suara Anda cepat-cepat mereka mengenakan hijab." Umar menjawab: "Lebih berhak Rasulullah yang harus mereka segani." Kemudian sambungnya: "Mereka memusuhi diri mereka sendiri. Kalian segan kepada saya dan tidak segan kepada Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam? Mereka menjawab:
"Ya, karena Anda kasar dan keras."