Umar, Perang Badr dan tawanan perang
Kuraisy tidak puas dengan perdamaian yang ditawarkan Rasulullah agar memberikan kebebasan orang berdakwah demi agama Allah. Mereka bahkan tetap memperlihatkan permusuhan kepadanya dan kepada sahabat-sahabatnya. Tatkala Rasulullah dengan kekuatan tiga ratus laknat kepada pihak yang berdusta. "Barang siapa berbantah dengan engkau sesudah engkau memperoleh ilmu, kalakanlah: Marilah, mari kila kumpulkan bersama-sama anak-anak kami dan anak-anak kamu, perempuan-perempuan kami dan perempuan kamu, diri kami sendiri dan diri kamu; kemudian kita bermohon sungguh-sungguh, agar laknat Allah menimpa pihak yang berdusta."
(Qur'an, 3:61).
Mereka yang benarbenar murni dan benar-benar yakin lak akan ragu. Tetapi pihak Nasrani di sini mengundurkan diri. orang Muslimin keluar meiiyongsong mereka di Badr, dan dia tahu bahwa di pihak Mekah yang datang dengan kekuatan lebih dari seribu orang. ia bermusyawarah dengan sahabat-sahabatnya: Akan tetap menghadapi perang dengan mereka atau akan kembali ke Medinah. Umar dan Abu Bakr menyarankan lebih baik mereka dihadapi. Setelah pertempuran dimulai, dan perang pun berkobar, korban pertama di pihak Muslimin adalah Mihja', bekas budak Umar bin Khattab. Di tengah-tengah pertempuran itu Umar pun sempat membunuh saudara ibunya, al-As bin Hisyam. Disebutkan bahwa ketika itu Umar bertemu dengan Sa'id. anak al-As, maka katanya: "Saya lihat Anda seperti menyimpan sesuatu dalam hati Anda. Saya lihat Anda mengira saya sudah membunuh ayah Anda. Kalaupun saya bunuh dia, tidak perlu saya meminta maaf kepada Anda, sebab yang saya bunuh paman saya, saudara ibu saya al-As bin Hisyam bin al-Mugirah. Tentang bapa Anda, ketika saya melewatinya ia sedang mencari-cari sesuatu seperti lembu mencari tanduknya. saya menghindar dari dia. Lalu ia mendatangi Ulayya, sepupunya, maka dibunuhnyalah dia."
Kata-kata yang diucapkan Umar ini merupakan yang pertama kali dikutip tentang dia dalam perang ini, perang yang telah membentuk sejarah Islam dan sejarah dunia ke dalam bentuk baru. Perang ini melukiskan pengaruh yang ditanamkan Islam ke dalam diri Umar dengan sangat jelas sekali. Demi agama ini orang harus menganggap segalanya itu tak ada artinya, ia tak boleh ragu ketika terjadi jika ia harus berhadapan dengan saudara atau dengan kerabat dekat. Ia mempersembahkan hidupnya untuk Allah dan di jalan Allah. Dengan pertimbangan apa pun ia tak boleh ragu dalam membela agama Allah.
Muslimin menawan tujuh puluh orang Kuraisy, kebanyakan pemimpin- pemimpin dan orang-orang berpengaruh di kalangan mereka. Umar bin Khattab termasuk orang yang paling keras ingin membunuh para tawanan itu. Tetapi para tawanan itu masih ingin hidup dengan jalan penebusan. Mereka mengutus orang kepada Abu Bakr agar membicarakan dengan Rasulullah untuk bermurah hati kepada mereka dan mereka bersedia membayar tebusan. Abu Bakr berjanji akan berusaha. Tetapi karena mereka khawatir Umar akan mempersulit keadaan, mereka juga mengutus orang kepada Umar dengan pesan seperti kepada Abu Bakr. Tetapi Umar menatap mereka penuh curiga. Abu Bakr datang menemui Rasulullah dengan permintaan agar bermurah hati kepada para tawanan perang itu atau menerima tebusan dari mereka, yang berarti dengan demikian akan memperkuat Muslimin. Tetapi Umar tetap keras dan tegar. "Rasulullah," katanya. "Mereka musuh-musuh Allah. Dulu mereka mendustakan, memerangi dan mengusir Rasulullah.
Penggal sajalah leher mereka. Mereka inilah biang orang-orang kafir, pemuka-pemuka orang sesat. Allah sudah menghina kaum musyrik itu dengan Islam."
Dalam hal ini Rasulullah bermusyawarah dengan Muslimin dan berakhir dengan menerima tebusan dan Nabi membebaskan mereka. Tetapi tak lama sesudah itu datang wahyu dengan firman Allah ini:
"Tidak sepatutnya seorang nabi akan mempunyai tawanantawanan perang, sebelum ia selesai berjuang di dunia. Kamu menghendaki harta benda dunia; Allah menghendaki akhirat. Allah Mahakuasa, Mahabijaksana." (Qur'an, 8:67).
"Tidak sepatutnya seorang nabi akan mempunyai tawanantawanan perang, sebelum ia selesai berjuang di dunia. Kamu menghendaki harta benda dunia; Allah menghendaki akhirat. Allah Mahakuasa, Mahabijaksana." (Qur'an, 8:67).
Begitulah Umar, memberikan pendapatnya sekitar peristiwa Badr, seolah sudah melihat peristiwa itu sebelum terjadi, seperti halnya dengan soal azan untuk salat. Dengan demikian Nabi dan kaum Muslimin sangat menghargai pendapatnya, kedudukannya makin tinggi di samping Nabi dan di kalangan kaum Muslimin umumnya.
Sekarang datang Mikraz bin Hafs hendak menebus Suhail bin Amr. Suhail ini seorang orator ulung. Melihat Mikraz melakukan tebusan, cepat-cepat Umar menemui Rasulullah seraya katanya: Izinkan saya mencabut dua gigi seri Suhail bin Amr ini supaya lidahnya menjulur ke luar dan tidak lagi berpidato mencerca Anda di mana-mana. Tetapi Rasulullah menjawab:
"Saya tidak akan memperlakukannya secara kejam, supaya Allah tidak memperlakukan saya demikian, sekalipun saya seorang nabi." Ucapan Umar itu terus terang menunjukkan kegigihannya mengenai pendapatnya untuk tidak membiarkan para tawanan yang berkemampuan kembali mengadakan perlawanan kepada kaum Muslimin. la sangat menekankan pendapatnya itu kendati masyarakat Muslimin sudah memutuskan menerima tebusan.
Wahyu turun memperkuat pendapat Umar mengenai para tawanan perang. Ini juga yang membuat Umar makin dekat di hati Nabi. Ia telah menjadi pendampingnya seperti juga Abu Bakr: Hafsah putri Umar istri Khunais bin Huzafah, adalah salah seorang yang mula-mula dalam Islam. Tetapi Hafsah ditinggalkan wafat oleh Khunais beberapa bulan sebelum Perang Badr. Kemudian Rasulullah menikah dengan Hafsah, seperti dengan Aisyah putri Abu Bakr sebelum itu. Pertalian semenda ini makin mempererat hubungan Nabi dengan Umar, sehingga dengan demikian lebih memudahkan Umar sering datang menemui Nabi, seperti juga Abu Bakr.