Setelah Umar kembali ke Jurf, semua orang sudah tahu mengenai pesan Abu Bakr yang dibawanya. Mau tak mau mereka harus tunduk kepada Khalifah. Setelah itu Abu Bakr pun pergi mengunjungi markas pasukan itu. Ketika memberangkatkan dan melepas pasukan itu ia berjalan kaki, sementara Usamah di atas kendaraan, untuk menanamkan kesan kepada mereka tentang kepemimpinan Usamah yang harus diterima dan ditaati. Tetapi agaknya Usamah merasa malu melihat orang tua yang penuh wibawa dan sahabat Rasulullah serta penggantinya memerintah Muslimin itu berjalan kaki di sebelahnya sedang hewan tunggangannya dituntun oleh Abdur-Rahman bin Auf dari belakang.
"Oh Khalifah Rasulullah," kata Usamah. "Tuan harus naik, kalau tidak saya akan turun."
"Demi Allah, jangan turun!" Abu Bakr berkata. "Dan demi Allah aku tidak akan naik. Aku hanya menjejakkan kaki di debu sejenak demi perjuangan di jalan Allah!"
Setelah tiba saatnya akan melepas pasukan itu ia berkata kepada Usamah:
"Kalau menurut pendapatmu Umar perlu diperbantukan kepadaku silakan."
Usamah mengizinkan Umar meninggalkan pasukannya dan kembali (ke Medinah) bersama Abu Bakr. Kiranya apa yang akan dilakukan oleh orang-orang yang masih menggerutu itu setelah menyaksikan peristiwa ini, padahal baru kemarin mereka membaiat Abu Bakr untuk mengurus kaum Muslimin besar kecil.
Mereka yang tadinya tunduk terpaksa, setelah tindakan Abu Bakr yang sungguh bijaksana itu tak ada jalan lain harus menerima juga; kalau tidak mereka akan menjadi buah mulut orang dan dituduh mementingkan diri sendiri. Kekhawatiran kita pada penilaian orang terhadap diri kita serta hukumannya yang dijatuhkan kepada kita serin g mempengaruhi tingkah laku dan perbuatan kita, sama dengan berkuasanya kepuasan pribadi kita, meskipun sebab dan motifnya berbeda.