Apa yang dikhawatirkan Abu Bakr dan membuatnya lebih berhatihati? Ia menduduki jabatan Khalifah iru bukan atas keinginannya sendiri, tetapi karena kalangan terkemuka di Medinah berpendapat dialah yang paling tepat untuk itu. Sejak pertama ia memegang jabatan itu ia sudah menyatakan perkiraannya mengenai beban yang dihadapinya bahwa penerimaannya itu adalah suatu pengorbanan di jalan Allah. Begitu selesai dibaiat ia berpidato yang antara lain katanya: "Saya diserahi jabatan ini, tetapi saya menerimanya karena terpaksa. Demi Allah, saya sangat mengharapkan sekiranya ada yang lain saja." Pada kesempatan lain ia pernah berpidato, setelah mengucapkan hamdalah: "Manusia yang paling malang di dunia dan di akhirat ialah raja-raja." Melihat orang banyak menengadah dan terkejut ia berkata:
"Kenapa Saudara-saudara, kalian adalah orang-orang yang cepat membuat kecaman, cepat membuat kritik. Ada raja yang bila sudah menjadi raja oleh Allah ditarik apa yang ada di tangannya itu, dan mengingini apa yang ada di tangan orang lain... tak ubahnya seperti fatamorgana, dari luar tampak gembira, batinnya menderita."
Rumah Abu Bakr ketika itu di Sunh, tempat istrinya, Habibah bint Kharijah, sebuah rumah desa di pedalaman yang kecil. Setelah ia dibaiat sebagai Khalifah sedikit pun tidak mengalami perubahan, juga rumahnya yang di Medinah. Bahkan selama enam bulan ia berjalan kaki dari Sunh ke Medinah. Adakalanya ia naik kuda miliknya. Ia seorang pedagang pakaian. Setelah dilihatnya beban negara akan lebih berat untuk dirangkap dengan perdagangan, ia berkata: "Tugas ini tak sesuai dengan urusan dagang! Untuk tugas ini dan mengurus umat seharusnya ditekuni secara khusus, dan untuk keluargaku dapat disediakan yang seperlunya."
Urusan dagangnya itu lalu ditinggalkannya dan ia hanya menerima gaji dari perbendaharaan Muslimin (baitulmal) yang sekadar cukup untuk keperluannya dan keperluan keluarganya.
Menjelang saat kematiannya ia berkata: "Kembalikanlah harta Muslimin yang masih ada pada kami. Jangan ada yang tertinggal pada saya. Tanah saya di tempat anu untuk Muslimin, yang saya peroleh dari harta mereka."
Umar bin Khattab yang menguasai tanah .itu setelah ia menjadi Khalifah berkata: "Abu Bakr meninggalkan beban buat orang yang sesudahnya."
Begitu berhati-hati dia sebagai manusia! Betapa pula berhati-hatinya ketika ia membentuk sebelas brigade, ketika kedudukannya sudah begitu kuat di kalangan Muslimin. Bahkan di kalangan orang Arab semuanya, dengan segala keteguhan hati, pandangannya yang tepat serta iman yang sungguh-sungguh, di samping kesediaannya suka berkorban.
Semua itu adalah sebagian dari sifat-sifat Abu Bakr dalam segala kegiatan hidupnya. Kemudian kekuatan dan kebersihan pribadinya pada saat-saat semacam itu, pada saat kepala sudah mulai beruban setelah usianya di atas enam puluh tahun dan menjabat sebagai pengganti Rasulullah.
Karena itu tak ada orang yang masih meragukan segala niat baiknya, tak ada orang yang akan merasa ragu dalam melaksanakan perintahnya.
Di sadur dari buku : Abu Bakar