Rasulullah dapat menangkap ancaman yang tersembunyi dalam surat Musailimah itu, maka ia mengutus Nahar ar-Rahhal, orang yang sudah mendalami ajaran agama untuk mengacaukan Musailimah dan untuk mengajar kaum Muslimin yang tinggal di Yamamah memperdalam pengetahuan Islam. Akan kita lihat nanti bagaimana Nahar menggabungkan diri kepada Musailimah dan memberikan pengakuannya bahwa orang itu sekutu Muhammad dalam risalahnya. Oleh karena itu, pengaruh Musailimah akan makin besar dan ajakannya makin tersebar luas. Di samping itu, kemenangan Aswad di Yaman gemanya mendapat sambutan di Yamamah dan sambutan demikian ini memperkuat posisi Musailimah dan menyudutkan kaum Muslimin. Tetapi politik Rasulullah tidak ditujukan untuk menumpas pengacauan itu sebelum tampak serius, dengan keyakinan bahwa Allah akan memberikan kemenangan dalam melawan Rumawi di utara, dan kemenangan itu dampaknya akan besar sekali dalam menumpas bibit-bibit fitnah di seluruh kawasan Arab itu.
Siasat Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam tertuju untuk melindungi semua perbatasan wilayah Arab di utara dari serbuan Heraklius dan pasukannya. Heraklius yang telah mengalahkan imperium Persia, dan yang telah berhasil mengembalikan Salib Besar (The True Cross) ke Baitulmukadas (Yerusalem), serbuan dan kebengisannya sangat ditakutkan.
Pasukan Muslimin di Mu'tah sudah pernah bangkit tetapi tidak mampu melawan kekuatan Rumawi, meskipun tidak sampai kalah. Perang Tabuk memang berhasil baik, tetapi tidak berarti tanah Arab sudah aman dari ancaman pasukan Rumawi. Kalau pasukan Muslimin sudah dapat mengalahkan kekuatan Rumawi dalam pertempuran yang begitu sengit dan kuat itu, soalnya karena keteguhan kabilah-kabilah Arab yang tersebar di berbagai tempat. Tetapi setelah tugas mereka selesai mau tak mau pimpinan dikembalikan. Hal demikian terjadi karena kaum Muslimin sudah merasuk ke segenap penjuru Semenanjung itu dari utara sampai ke selatan, dan mereka menjadi suatu kekuatan yang harus diperhitungkan. Baik Musailimah di Yamamah, Laqit di Oman ataupun Tulaihah di kalangan Banu Asad tidak berani terang-terangan melancarkan permusuhan.
Di sadur dari buku : Abu Bakar