Lepas dari soal perbedaan pendapat di kalangan para ahli sejarah itu mengenai baiat serta ikut sertanya Keluarga Hasyim dan pihak Muhajirin yang lain atau tidak ikut sertanya sebagian mereka, yang sudah disepakati tanpa ada perbedaan pendapat ialah, bahwa sepeninggal Rasululiah, sejak hari pertama yang harus memegang pimpinan adalah Abu Bakr. Dari mereka yang tertunda memberikan baiat itu tak ada yang mengatakan bahwa dari kalangan Banu Hasyim atau yang lain mencoba mengadakan perlawanan senjata atau berusaha menggugat-gugat Khalifah yang pertama itu. Adakah itu karena kedudukan Abu Bakar di mata Rasulullah, yang sampai mengatakan: 'Kalau ada dari hamba Allah yang akan kuambil sebagai khalil, maka Abu Bakr-lah khalil-ku.' Atau karena dia diminta menemani Rasulullah dalam hijrah serta jasa-jasanya yang begitu besar di samping kesiapannya selalu membela Rasululiah dalam pelbagai kesempatan? Ataukah juga karena Rasululiah memintanya mewakiliiya dalam salat selama dalam sakitnya yang terakhir?
Apa pun alasan yang menyebabkan kaum Muslimin memberikan ikrar kepada Abu Bakr sebagai Khalifah setelah Rasululiah berpulang, yang jelas tak seorang pun ada yang menentangnya, juga tak ada yang bergabung kepada mereka yang belum ikut membaiat. Ini merupakan suatu bukti, bahwa pandangan Muslimin yang mula-mula itu tentang kekhalifahan tidak sama dengan pandangan mereka yang datang kemudian, yakni sejak masa kedaulatan dinasti Umayyah. Pandangan mereka lebih dekat dengan nilai-nilai orang Arab asli di sekitar mereka, dan yang memang sudah cukup dikenal di seluruh Semenanjung itu sejak sebelum kerasulan Nabi 'alaihis-salam. Sesudah kawasan Islam bertambah luas dan masyarakat Arab bergaul dengan bangsa-bangsa lain yang mereka datangi, gambaran masyarakat Muslimin tentang konsep kekhalifahan itu juga ikut berubah, sesuai dengan pengaruh pergaulan dan luasnya kawasan pemerintahan Islam.
Penulis :Muhammad Husain Haekal
Buku : Abu Bakar as Sidiq
Buku : Abu Bakar as Sidiq