Apa yang dilakukan Khalid itu sampai juga kepada Abu Bakr. Begitu mengetahui ia terkejut sekali; kemudian berubah marah; kemudian kemarahannya meledak menjadi berang luar biasa. Satu-satunya pembelaannya dulu ketika Khalid mengawini Laila Umm Tamim bahwa dia membunuh suaminya bukan untuk mengawini istrinya. Dan kalaupun dia bersalah, kesalahannya itu karena dia telah melanggar adat kebiasaan Arab. Melakukan perkawinan serupa itu sungguh suatu perbuatan yang sangat tercela sekali mengingat darah masih mengalir dan orang masih dalam suasana berkabung. Bagaimana pula sekarang ia mengulangi perbuatannya itu di Yamamah, padahal ada sebanyak seribu dua ratus Muslimin yang terbunuh, sedang dalam peristiwa Malik bin Nuwairah tak ada seorang pun yang terbunuh! Oleh karena itu, Abu Bakar, orang yang begitu bijaksana, sudah tak dapat lagi menahan kemarahannya.
Bahkan terdorong oleh keberangan itu ia menulis suratnya "dengan darah mengalir," meminjam kata-kata Tabari yang bunyinya sebagai berikut:
"Demi hidupku, ah anak Umm Khalid! Sungguh engkau orang tak berakal! Engkau kawin dengan perempuan itu sedang bercak darah seribu dua ratus Muslim di beranda rumahmu belum lagi kering!"
Setelah surat itu diterima, Khalid merenungkannya sejenak. Sedih sekali ia karena kemarahan Abu Bakr itu. la menggelengkan kepala seraya berkata: Ini tentu perbuatan si kidal maksudnya Umar bin Khattab. Tetapi soalnya, akibat kemarahan Abu Bakr itu, dari pihak Khalid tak lebih dari sekadar sedih, dan di pihak Abu Bakar tak lebih dari sekadar marah kepada Khalid dengan surat tersebut.
Apa artinya putri Mujja'ah itu dalam arti merayakan kemenangan yang harus dirayakan untuk Khalid? Tak lebih dia hanya sebuah persembahan yang diletakkan di telapak kaki panglima genius itu, yang telah membasahi bumi Yamamah dengan darah untuk membersihkannya dari segala kekotoran. Bahkan perempuan itu pun tak lebih dari hanya salah seorang hamba sahaya penabuh gendang dan menyanyi-nyanyi
gembira pada hari perayaan itu, karena Islam telah kembali seutuhnya ke dalam perlindungan Islam. Tetapi! Mahaagung Engkau ya Allah! Islam tidak mengenal perayaan-perayaan semacam ini. Tetapi yang dikenalnya ialah bahwa kemenangan itu dari Allah, diberikan kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Dan kemenangan kini itu sudah diberikan kepada Khalid. Maka agama-Nya yang benar telah diperkuat, dan segala pemurtadan dan kaum murtadnya sudah dihancurkan.
Dengan ekspedisi Yamamah itu Khalid telah berhasil mengikis pemurta dan dan kaum murtadnya. Dengan demikian sudah saatnya tanah Arab untuk kembali tenang dan berpegang teguh pada agama Allah.
Jikapun masih ada berita-berita tentang perang pemurtadan di Mahrah, Oman dan Yaman sesudah Yamamah, semua itu bahayanya tidaklah sebesar Yamamah. Itu pula sebabnya, sesudah Yamamah sekarang tiba saatnya buat Abu Bakr untuk hidup lebih tenang, dan Khalid pun sesudah itu boleh beristirahat.
Sekarang Khalid sudah pindah ke sebuah lembah di kawasan Yamamah yang disebut Lembah Wabr. Putri Mujja'ah dan Umm Tamim dikumpulkan dalam satu rumah di tempat itu.
Lamakah dia tinggal di tempat itu dan sudah cukupkah beristirahat? Itulah yang tidak diberitakan kepada kita oleh buku-buku sejarah. Tetapi strategi Abu Bakr dan strategi Islam masih sangat memerlukan pedang Khalid. Dan ini yang akan kita lihat sebentar lagi. Sampai bertemu lagi genius perang, Pedang Allah! Sampai bertemu lagi di tepi Sungai Furat (Euphrate).
Di sadur dari buku : Abu Bakar
Penulis :Muhammad Husain Haekal