Khalid makin percaya kepada Mujja'ah sesudah ia diberi tugas melindungi Umm Tamim, demikian juga kejujurannya mengenai Musailimah dan pengikut-pengikutnya. Orang ini datang kepada Khalid mengatakan:
"Yang sudah kauperoleh itu hanya orang-orang baris depan saja; di dalam benteng masih banyak tokoh-tokoh yang lain. Bersediakah kau mengadakan perdamaian sehubungan dengan orang-orang yang menjadi tanggung jawabku?"
Khalid memperhatikan angkatan bersenjatanya. Tampaknya mereka sudah letih sekali dicabik perang, sudah banyak pula di antara pemuka-pemuka mereka yang mengalami luka-luka. Mereka ingin kembali membawa
kemenangan yang membanggakan itu. Kalau dengan maksudnya itu Mujja'ah jujur, menurut hematnya memang sebaiknya mengajaknya damai, dengan catatan pihak Muslimin tetap menguasai rampasan perang yang sudah menjadi bagiannya, kecuali separuh dari orang-orang tawanan.
Selanjutnya kata Mujja'ah:
"Sekarang aku akan menemui kaumku dan akan kutawarkan apa yang sudah kulakukan ini."
la pergi menemui perempuan-perempuan di tempat itu dan katanya kepada mereka: "Pakailah pakaian besi kalian dan tampillah ke depan benteng."
Setelah mereka melakukan itu dan Khalid menyaksikannya, ia yakin bahwa Mujja'ah tidak membohonginya. Tetapi kemudian Mujja'ah kembali lagi dan berdalih bahwa apa yang sudah dilakukannya itu mereka tak setuju. Hanya sebagian yang tampil ke depan benteng kemudian kembali menyatakan pendapat mereka yang sama. Khalid mengalah dari separuh tawanan yang sudah disetujuinya itu. Tetapi ketika benteng itu dibuka yang ada hanya perempuan, anak-anak dan orang tua-tua yang sudah lemah. Khalid menatap Mujja'ah dengan pandangan berang.
"Celaka engkau! Kau mau menipu aku?!"
"Tenanglah," kata Mujja'ah. "Mereka itu kaumku. Aku tak dapat berbuat lain selain apa yang sudah kulakukan itu."
Khalid sangat menghargai kesungguhan solidaritasnya itu. Kemudian perjanjian perdamaian disetujui dan orang itu pun dibebaskan.
Disebutkan juga bahwa sebelum diadakan perjanjian dan sebelum Khalid melihat siapa yang ada dalam benteng itu, Mujja'ah pergi menemui kaumnya dan menawarkan perjanjian tersebut kepada mereka.
Tetapi Salamah bin Umair dari Banu Hanifah menentangnya.
"Tidak," katanya. "Kita tidak setuju. Kita akan mengajak penduduk dan budak-budak, kita akan terus berperang, bukan berdamai dengan Khalid.
Benteng kita kuat, makanan cukup dan musim dingin sudah tiba."
"Engkau ini sial!" kata Mujja'ah, "masih hijau, kurang pengalaman.
Engkau keliru mengira aku menipu mereka sampai dapat memenuhi permintaanku untuk damai. Masih adakah orang dari kita yang dapat diharapkan atau dapat mempertahankan diri? Aku cepat-cepat bertirdak
demikian sebelum kalian ditimpa malapetaka seperti yang dikatakan Syurahbil bin Musailimah 'Sebelum perempuan-perempuan kita mendapat giliran sebagai tawanan, dan dijadikan gundik-gundik.'" Mendengar kata-kata itu mereka lebih menyetujui perdamaian dan tidak lagi menghiraukan kata-kata Salamah bin Umair.
Di sadur dari buku : Abu Bakar