Beberapa tahun sebelum kerasulan Nabi, apabila sudah tiba bulan
Zulhijah orang-orang Arab dari berbagai penjuru di Semenanjung
itu seperti biasa, sebelum musim ziarah setiap tahun datang berbondong-
bondong menuntun unta mereka untuk digelar di Pasar Ukaz.
Pada saat semacam itu pasar memang ramai oleh kedatangan berbagai
macam kabilah ke tempat tersebut, di antara mereka terdapat tidak
sedikit dari penduduk Mekah.
Orang-orang Arab itu memasang tendatenda
besar di tengah-tengah hamparan padang pasir yang terbentang
luas tempat pasar itu diadakan, dan sebagian dijadikan tempat bursa. Di
depan tenda-tenda besar di bagian ini orang ramai menawarkan barangbarang
dagangan mereka. Barang-barang buatan penduduk Hijaz sendiri
tidak banyak. Sementara penduduk Mekah sudah datang, termasuk juga
orang-orang yang kebanyakan dari Yaman dan Syam dalam perjalanan
musim dingin dan musim panas. Mereka yang datang menuju tempat
ini terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mereka membeli barang-barang
yang mereka sukai. Sebagian besar perempuan itu berada di tempat
pedagang pakaian, membalik-balik barang-barang itu, kemudian pilihan
pun jatuh pada barang-barang buatan Yaman atau Syam kesenangan
mereka. Jika di antara mereka ada yang cantik, pemuda-pemuda pun
datang ke tenda-tenda itu berpura-pura mau membeli barang. Mereka
lebih ingin menikmati kecantikan perempuan-perempuan itu daripada
berhubungan dengan segala macam barang untuk kemudian dibawa
pulang.
Tak jauh dari pasar itu terdapat tempat-tempat hiburan yang di
waktu siang hari dikunjungi pemuda-pemuda dan lebih banyak lagi di waktu malam. Perempuan-perempuan cantik itu pun tak berkeberatan
berada di dekat-dekat tempat itu. Apabila malam tiba pemuda-pemuda
itu pergi mencicipi minuman sampai mereka terhuyung-huyung. Mereka
memperturutkan kecenderungan hendak bersenang-senang itu dan tidak
jarang kecenderungan demikian kemudian menjurus kepada pertengkaran
yang mulanya tak seberapa tetapi kemudian menjadi besar, dan
berakhir dengan peperangan antarkabilah yang kadang berlanjut sampai
bertahun-tahun.
Suatu hari ada seorang penyair tampil di samping pasar itu membacakan
puisinya, yang dibuka dengan syair cinta dan dari syair cinta
pindah ke syair membanggakan diri dan kabilahnya, kemudian menantang
dan mengumpat kabilah lain yang tahun lalu pernah berseteru
dengan kabilahnya. Orang banyak pun berdatangan dari pasar mengerumuni
penyair yang berjaya itu, mereka memuji sajak-sajak cintanya
itu. Setelah dari cinta beralih kepada kebanggaan diri banyak orang
yang bertepuk tangan kegirangan, tetapi ada juga yang berteriak
menyangkal dan menjelek-jelekkannya. Ketika beralih menantang dan
mengumpat suatu kabilah yang pernah bermusuhan dengan kabilahnya,
teriakan-teriakan yang menyambut gembira dan yang menentang itu
tiba-tiba berubah menjadi pertengkaran sengit, yang bukan tidak mungkin
akan dilanjutkan dengan menghunus pedang. Sesudah sang penyair selesai
membacakan syairnya, ada orang tua yang bijak dapat menengahi
mereka untuk mengajak damai dan ajakannya itu pun dipatuhi.
Di antara kerumunan orang banyak itu ada seorang pemuda di
bawah umur dua puluh tahun — bertubuh kekar, besar dan tingginya
melebihi semua orang yang hadir, putih kemerah-merahan dan agak
kecoklatan—juga ikut mendengarkan pembacaan puisi itu. la mengikutinya
dengan tekun disertai rasa kagum dan sebentar-sebentar menganggukkan
kepala, menunjukkan kegembiraannya dan seleranya yang
tinggi atas segala yang didengarnya itu. Tetapi dia tidak ikut berteriak,
sebab kebanggaan sang penyair atas kabilahnya itu dan tantangannya
kepada kabilah lain tak ada sangkut-pautnya dengan dirinya. Dia tidak
termasuk salah satu kabilah itu. Bahkan keduanya mungkin jauh dari
tempatnya. Karenanya ia tak akan dapat menikmati sajak-sajak yang
telah didengarnya itu.
Download Film Umar Bin Khattab 30 Episode Gratis!!!!
penulis :Muhammad Husain Haekal
Download Film Umar Bin Khattab 30 Episode Gratis!!!!
penulis :Muhammad Husain Haekal