Penunggang kuda
Dari antara berbagai macam olahraga, naik kuda itulah yang paling disukainya sepanjang hidupnya. Selama dalam pemerintahannya pernah ia datang dengan memacu kudanya sehingga hampir menabrak orang. Ketika mereka melihatnya, mereka heran. Apa yang membuat kalian heran? tanyanya. Aku merasa cukup segar lalu kukeluarkan seekor kuda dan kupacu.
Dalam perang juga dia memegang peranan penting, yang diwarisinya dari pihak saudara-saudara ibunya Banu Makhzum. Ketika dalam sakitnya yang terakhir Abu Bakr sudah berkata: "Tatkala aku mengirim Khalid bin Walid ke Syam aku bermaksud mengirim Umar bin Khattab ke Irak. Ketika itu sudah kubentangkan kedua tanganku demi di jalan Allah."
Di samping kemahirannya dalam olahraga berkuda, adu gulat dan berbagai olahraga lain, apresiasinya terhadap puisi juga tinggi dan suka mengutipnya. la suka mendengarkan para penyair membaca puisi di Ukaz dan di tempat-tempat lain. Banyak syair yang sudah dihafalnya dan membacanya kembali mana-mana yang disenanginya, di samping kemampuannya berbicara panjang mengenai penyair-penyair al-Hutai'ah, Hassan bin Sabit, az-Zibriqan1 dan yang lain. Pengetahuannya yang cukup menonjol mengenai silsilah (genealogi) orang-orang Arab yang dipelajarinya dari ayahnya, sehingga ia menjadi orang paling terkemuka dalam bidang ini. Retorikanya baik sekali dan ia pandai berbicara.
Karena semua itu ia sering pergi menjadi utusan Kuraisy kepada kabilah-kabilah lain, dan dalam menghadapi perselisihan kepemimpinannya disukai seperti kepemimpinan ayahnya dulu. Seperti pemuda-pemuda dan laki-laki lain di Mekah, Umar gemar sekali meminum khamar (minuman keras) sampai berlebihan. Bahkan barangkali melebihi yang lain. Juga waktu mudanya itu ia tergila-gila kepada gadis-gadis cantik, sehingga para penulis biografinya sepakat bahwa dia ahli minuman keras dan ahli mencumbu perempuan. Tetapi yang demikian ini memang sudah menjadi kebiasaan masyarakatnya.
Penduduk Mekah memang sangat tergila-gila pada minuman keras. Dalam suasana teler demikian mereka merasa sangat nikmat. Perempuan-perempuan hamba sahaya milik mereka menjadi sasaran kenikmatan mereka, juga mereka yang di luar hamba sahaya. Syairsyair mereka zaman jahiliah pandai sekali berbicara mengenai soal-soal semacam itu. Sesudah datang Islam, yang terkenal dalam soal ini penyair Umar bin Abi Rabi'ah dan yang semacamnya. Puisi-puisi mereka biasa menggoda gadis-gadis Mekah dengan dorongan cinta berahi yang mereka warisi dari ibu-ibu dan bibi-bibi mereka. Dalam Islam hal ini dipandang perbuatan dosa, sedang sebelum itu dianggap soal biasa.