Umar mengumumkan keislamannya
Abdullah bin Umar yang ketika bapanya masuk Islam masih anak-anak tetapi sudah mengerti apa yang dilihatnya. la mengatakan mengenai keinginan bapanya untuk mengumumkan keislamannya, dan untuk itu ia mau menantang Kuraisy. Menurut sebuah sumber ia berkata:
"Bapaku Umar berkata setelah ia masuk Islam: Kuraisy yang mana yang lebih cepat menyampaikan berita? Dijawab: Jamil bin Ma'mar al-Jumahi. Pagi itu ia pergi menemui Jamil dan mengatakan kepadanya: Anda tahu, Jamil, bahwa saya sudah menjadi Muslim dan sudah menganut agama Muhammad? Ia tidak membantah tetapi berdiri dan diikuti oleh Umar. Ketika sudah berada di depan pintu mesjid ia berteriak sekuat-kuatnya: Hai Kuraisy mereka sedang berkumpul di tempat-tempat pertemuan mereka di sekitar Ka'bah ketahuilah bahwa Umar bin Khattab sudah menyimpang meninggalkan agama leluhurnya!
Umar berkata dari belakangnya: Bohong! Tetapi saya sudah masuk Islam dan bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad hamba dan Rasul-Nya! Saat itu juga mereka gaduh dengan melemparkan tuduhan kepada Umar. Mereka saling serang hingga saat matahari sudah mulai tinggi. Karena merasa sudah letih Umar duduk.
Ketika mereka berdiri mengelilinginya, Umar berkata: Lakukanlah sekehendak kalian. Saya bersumpah kalau kami sudah mencapai tiga ratus orang, akan kami tinggalkan semua itu buat kalian, atau kalian tinggalkan buat kami. Sementara mereka dalam keadaan demikian datang seorang laki-laki tua dari Kuraisy mengenakan jubah katun bergaris-garis dan baju bersulam. Ia berdiri di depan mereka seraya berkata:
Ada apa ini!? Umar meninggalkan agama leluhurnya, jawab mereka. Lalu? Kalau orang mencari sesuatu untuk dirinya sendiri kalian mau apa? Kamu kira Banu Adi bin Ka'b akan menyerahkan anggotanya begitu saja? Biarkan dia...! Seolah mereka pakaian yang sudah tak terpakai..."
Setelah hijrah Umar ditanya oleh Abdullah anaknya: Ayah, siapa laki-laki yang menghardik orang-orang di Mekah dulu tatkala ayah masuk Islam dan mereka mau menyerang ayah? Umar menjawab: Dia al-As bin Wa'il dari Banu Sahm. Al-As bin Wa'il ini ayah Amr bin As.Sampai pada waktu Umar menerima Islam ia tetap memberi perlindungan kepadanya. Pihak Kuraisy pun tetap mengancam Umar setelah ia lepas dari mereka. la tinggal di rumah menunggu dengan rasa khawatir. Abdullah bin Umar menuturkan: Selama masih dengan kekhawatirannya itu di rumah tiba-tiba datang al-As bin Wa'il as-Sahmi. Di zaman jahiliah dulu Banu Sahm ini sekutu kami. "Ada apa?" tanya al-As. "Golongan Anda bermaksud akan membunuh saya kalau saya bergabung ke dalam Islam," jawabnya. "Tak mungkin," kata al-As.
Mendengar itu Umar merasa aman. Ketika al-As keluar dari tempat Umar, ia menemui orang banyak yang sedang marah. "Mau ke mana kalian?" tanyanya. "Kami akan mendatangi Umar yang sudah meninggalkan agama kita." Al-As bertanya lagi: "Kalau Umar sudah meninggalkan agama kita lalu mengapa?! Saya akan melimdunginya!" Mereka lalu bubar.
Tidak heran jika al-As akan melindungi Umar bin Khattab mengingat apa yang sudah kita lihat di atas mengenai perlindungan Banu Sahm terhadap Banu Adi bin Ka'b di masa jahiliah, yakni tatkala Banu Adi bersaing dengan Banu Abdu-Syams dan kalah, kemudian diusir oleh Banu Abdu-Syams dari Safa sehingga terpaksa mereka berlindung kepada Banu Sahm. Perlindungan ini membuat Umar makin berani dalam menganut Islam dan merupakan tantangan bagi Kuraisy, yang sekaligus merupakan pembelaan bagi Muslimin dalam menghadapi penganiayaan mereka. Dengan demikian kepribadiannya makin menonjol dan makin percaya diri. Dia memang memegang beberapa peranan penting yang tak ada pada mereka yang sudah lebih dulu dalam Islam.
Dalam catatan kalangan sejarawan ia mendapat pujian dan dikagumi luar biasa. Disebutkan bahwa Umar pernah bertanya kepada Nabi: "Rasulullah, bukankah hidup dan mati kita dalam kebenaran?" Rasulullah 'alaihis-salam menjawab: "Memang benar! Demi Allah, hidup dan mati kalian dalam kebenaran." "Kalau begitu," kata Umar lagi, "Mengapa kita sembunyi-sembunyi? Demi Yang mengutus Anda demi kebenaran, kita harus keluar!" Tak lama Nabi pun keluar dalam dua rombongan.
Dalam rombongan yang satu ada Umar dan dalam rombongan kedua ada Hamzah. Keduanya merupakan lambang keperkasaan. Tatkala memasuki mesjid, Kuraisy hanya melihat dengan wajah sendu, baik mereka yang beringas ataupun yang bijak, tak ada yang berani mendekati kedua rombongan yang di dalamnya ada dua tokoh itu. Dia sudah menerima Islam, dan semua orang harus tahu bahwa dia sudah menganut agama Islam. Siapa saja boleh marah kepadanya, terserah. Siapa saja boleh memeranginya kalau mau. Siapa saja, biar mereka yang berkumpul di tempat-tempat pertemuan mereka di sekitar Ka'bah berkomplot melawan dan memusuhinya, biar dia sampai merasa letih ancamannya terhadap mereka tak akan berkurang dan ia akan berterus terang kepada mereka.bahwa dia akan menghadapi mereka, dan bahwa kaum Muslimin bilamana sudah mencapai jumlah tiga ratus orang perang akan pecah, sampai mereka dapat mengusir kaum musyrik dari Mekah, atau mereka yang diusir oleh kaum musyrik. Kendati ia sudah tahu bahwa Abu Jahl beringas dan kejam, ia tak akan mundur, ia akan mendatanginya dan akan mengetuk pintu rumahnya serta menyatakan kepadanya bahwa dia sudah menerima Islam. Dia kuat, dan percaya kepada kekuatan. Dia masih muda, yang sangat percaya kepada kekuatan. Dia pemberani, terbuka, tak gentar bertarung dan tak pernah takut kepada siapa pun. Oleh karena itu, tak perlu ia sembunyisembunyi seperti Muslimin yang lain. Malah ia sudah bersumpah akan bersembahyang di Ka'bah, yaitu setelah dulu mereka salat dengan sembunyi-sembunyi di celah-celah pegunungan di sekitar Mekah.
Ia sudah memenuhi sumpahnya. Mengenai hal ini Abdullah bin Mas'ud berkata: "Islamnya Umar suatu pembebasan, hijrahnya suatu kemenangan dan kepemimpinannya suatu rahmat. Sebelum Umar memeluk Islam kami tak dapat salat di Ka'bah; setelah ia menjadi Muslim diperanginya mereka sampai mereka membiarkan kami maka kami pun dapat melakukan salat." Dia juga berkata: "Sejak Umar bergabung ke dalam Islam kita merasa mempunyai harga diri." Menurut sumber dari Suhaib bin Sinan ia berkata: "Sejak Umar menganut Islam, Islam tampil ke depan dan berdakwah terang-terangan. Kami duduk di sekitar Ka'bah dalam lingkaran-lingkaran dan kami pun tawaf di Ka'bah; kami berlaku adil terhadap orang yang dulu memperlakukan kami dengan kasar, dan kini gayung bersambut, kata berjawab." Sebenarnya Umar tidak puas sebelum ia dapat melawan Kuraisy supaya haknya dan hak saudara-saudaranya kaum Muslimin sama dengan hak yang lain di Ka'bah dan dalam melaksanakan salat di sekelilingnya. Sementara dalam perjuangannya ia melihat Hamzah bin Abdul-Muttalib juga melakukan perjuangan yang sama. Ia dan Hamzah serta kaum Muslimin yang lain sekarang dapat bersikap positif, yang dulu tak pernah mereka lakukan, sikap memperjuangkan hak-hak kaum Muslimin seperti hak-hak yang ada pada Kuraisy, juga agar mereka mendapat kebebasan berdakwah agama, sebab baik Kuraisy atau yang lain tak boleh merintangi.
Sikap positif ini ada juga pengaruhnya terhadap semua kabilah Kuraisy. Ternyata banyak di antara mereka yang begitu cenderung kepada Islam, hanya saja mereka masih takut karena harus menghadapi gangguan Kuraisy. Tetapi sesudah Umar masuk Islam dan siap memerangi Kuraisy, kemudian salat di Ka'bah bersama semua Muslimin, mereka pun bergabung ke dalam agama Allah dengan anggapan bahwa mereka akan bebas dari gangguan dan penganiayaan Kuraisy. Dalam hal ini Kuraisy berkata satu sama lain: "Hamzah dan Umar sudah menganut Islam dan ajaran Muhammad sudah tersebar ke seluruh Kuraisy." Sekarang mereka berpikir-pikir, bagaimana cara menghadapi situasi baru ini.
Berita besarnya sambutan Kuraisy terhadap Islam sudah tersiar luas. Berita ini kemudian tersebar dari Hijaz ke Abisinia. Muslimin yang dulu hijrah ke sana mendengar berita ini mereka kembali pulang ke tanah air. Tatkala sudah sampai di dekat Mekah, mereka mendapat kabar bahwa apa yang dikatakan orang bahwa penduduk Mekah sudah beragama Islam, rupanya tidak sesuai dengan kenyataan. Soalnya, setelah Kuraisy melihat keluarga mereka banyak yang mengikuti jejak Umar dan menjadi pengikut Muhammad, kabilah-kabilah Kuraisy itu mengadakan kesepakatan bersama dengan menulis sebuah piagam yang isinya memboikot Banu Hasyim dan Banu Abdul-Muttalib: untuk tidak saling mengawinkan dan tidak saling berjual beli. Piagam itu digantungkan di Ka'bah sebagai penegasan dari pihak mereka. Mereka yang hatinya sudah cenderung kepada Islam tetapi belum masuk Islam melihat apa yang dilakukan Kuraisy itu mereka menjadi maju mundur dan tidak segera mengikuti Rasulullah.
Dengan demikian perang yang tiada hentinya antara Kuraisy dan Muslimin pecah lagi. Setelah kaum Muslimin yang baru kembali dari Abisinia mengetahui soal itu, tak seorang pun dari mereka yang mau memasuki tanah suci, kecuali yang sudah mendapat perlindungan atau masuk dengan sembunyi-sembunyi.
Sebagian besar mereka kembali ke Abisinia. Perang berkepanjangan antara Kuraisy dengan pihak Muslimin sekarang pecah lagi. Tak pelak Umar pun menjadi sasaran seperti yang dialami oleh sahabat-sahabat Rasulullah yang lain. Pengalaman yang pernah menimpa mereka kini juga menimpa Umar.
Dengan terus mengikuti turunnya wahyu yang datang dari Allah imannya bertambah kukuh; ia bertambah cermat dengan disiplin yang tinggi disertai wawasannya yang tepat setelah ia berada di dekat Nabi; ia mendapat tempat di hati Rasulullah, untuk kemudian menjadi seorang sahabat Rasulullah kemudian menjadi sahabat Abu Bakr pada masanya itu; dan dalam sejarah Islam pengaruhnya yang begitu besar, sehingga namanya merupakan lambang kekuatan, keadilan, kasih sayang dan kebaktian sekaligus. Zaman Umar merupakan zaman yang terbesar dalam sejarah Kedaulatan Islam, bahkan dalam sejarah peradaban umat manusia.