Al-Mu'taz Billah (866-869 M) dilahirkan pada 231 H. Ibunya
seorang mantan budak yang berasal dari Romawi bernama Qabihah. Dia dilantik
menjadi khalifah ketika Al-Musta'in Billah menyatakan mundur dari kursi khalifah
pada 4 Muharram 252 H. Saat itu umurnya baru menginjak 19 atau 20
tahun.
Al-Mu'taz Billah bernama Muhammad. Namun ada pula yang
menyebutnya Zubair. Dia biasa dipanggil dengan Abu Ubaidillah bin Al-Mutawakkil
bin Al-Musta'in bin Ar-Rasyid dan merupakan khalifah Bani Abbasiyah
ke-13.
Dia berwajah tampan. Ali bin Harb, salah seorang guru
Al-Mu'taz dalam bidang hadits berujar, "Saya belum pernah melihat seorang
khalifah yang lebih tampan darinya."
Ia adalah khalifah pertama yang menghiasi
kendaraan-kendaraannya dengan emas setelah khalifah sebelumnya hanya
menghiasinya dengan perak yang sangat tipis.
Pada tahun pemerintahannya, Asynas, orang yang
diangkat Al-Watsiq sebagai penguasa Sulthanah, meninggal dunia. Dia meninggalkan
harta 500.000 dinar. Al-Mu'taz mengambil harta itu dan mencopot Muhammad bin
Ath-Thahir dari kedudukannya. Begitu juga Bugha Asy-Syarabi yang kemudian
melakukan pemberontakan dan berhasil dikalahkan oleh Al-Mu'taz.
Pada bulan Rajab tahun itu pula, Al-Mu'taz mencopot
adiknya, Al-Muayyad, dari kedudukannya serta memenjarakannya. Al-Muayyad yang
waktu itu menjadi Panglima Besar di Baghdad dianggap berbahaya. Ketika diundang
ke Samarra, ia ditangkap lalu dijebloskan ke dalam penjara. Di tempat itu ia
meninggal lantaran disiksa.
Al-Mu'taz sangat lemah dalam menghadapi orang-orang
Turki. Apalagi ketika para pemimpin mereka menemuinya dan berkata, "Wahai Amirul
Mukminin, kami minta dana untuk memindahkan Shalih bin Washif."
Al-Mu'taz yang sangat takut dengan Shalih bin Washif
segera meminta dana kepada ibunya, namun ibunya menolak sedangkan harta di
Baitul Mal saat itu telah habis terkuras.
Karena permintaan mereka tak dikabulkan, orang-orang
Turki segera membuat kesepakatan untuk mencopot khalifah dari kekuasaannya. Hal
ini disetujui oleh pemimpin mereka, Shalih bin Washif dan Muhammad bin
Bugha.
Para pemberontak akhirnya menyerang istana khalifah
yang saat itu memang tak mempunyai tentara yang kuat lagi, sehingga dengan mudah
mereka dapat menangkap Khalifah Al-Mu'taz dan memperlakukannya dengan tidak
layak. Mereka memaksa khalifah untuk mengundurkan diri seraya berkata, "Nyatakan
olehmu bahwa engkau mengundurkan diri!"
Lalu mereka menghadirkan hakim Ibnu Abi Syawarib dan
beberapa orang saksi untuk menyaksikan pencopotan Al-Mu'taz dari kekuasaannya.
Kemudian mereka mendatangkan Muhammad bin Al-Watsiq dari Baghdad ke pusat
khilafah di Samarra. Akhirnya, Al-Mu'taz menyerahkan kursi khilafah kepada
Muhammad bin Al-Watsiq dan menyatakan baiatnya.
Mereka tidak puas hanya dengan pengunduran diri
Al-Mu'taz dan pembaiatan Muhammad bin Al-Watsiq. Para pemberontak menyiksa
Al-Mu'taz setelah lima hari disingkirkan dari kekuasaannya. Mereka memasukkan
Al-Mu'taz ke kamar mandi dan memaksanya mandi hingga waktu yang sangat
lama.
Setelah dipaksa mandi, Al-Mu'taz merasa sangat
kehausan, namun mereka tidak memberinya minum. Akhirnya, Al-Mu'taz meninggal
karena kehausan. Peristiwa tragis ini terjadi pada bulan Sya'ban tahun 255
H.
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni