Ketika Baghdad diserang pasukan Tartar, Al-Hakim
bersembunyi dan berhasil menyelamatkan diri. Ia kemudian lari dari Baghdad
bersama sekelompok orang yang menemaninya.
Dalam perjalanan, Al-Hakim menuju kediaman Husain bin
Falah, pemimpin Bani Khafajah. Untuk beberapa lama dia tinggal bersamanya.
Kemudian dia berangkat ke Damaskus bersama orang-orang Arab yang berada di
Khafajah, dan tinggal bersama Pangeran Isa bin Muhanna.
An-Nashir, penguasa Damaskus, mendengar kedatangannya.
An-Nashir kemudian mengirim utusan meminta agar Al-Hakim segera datang ke
Damaskus. Namun kedatangan Al-Hakim pada saat itu bersamaan dengan kedatangan
pasukan Tartar.
Tatkala Malik Al-Muzhaffar datang ke Damaskus, dia
segera menyuruh Amir Qalaj Al-Baghdadi untuk menjemputnya. Akhirnya Al-Hakim
Biamrillah tiba di Damaskus dan dilantik sebagai khalifah.
Al-Hakim banyak dibantu oleh orang-orang terkemuka
dari kalangan Arab. Dengan bantuan merekalah, ia mampu menaklukkan Ghanah,
Al-Haditsah, Hita dan Al-Anbar. Dia bertempur melawan pasukan Tartar dan
berhasil mengalahkan mereka.
Akhirnya, Al-Hakim kembali ke Halb dan kemudian
dibaiat menjadi khalifah oleh penguasa dan para pembesar kota itu. Di antara
orang-orang yang membaiatnya adalah Abdul Halim Ibnu Taimiyah. Al-Hakim berkuasa
dalam waktu yang sangat lama, sekitar empat puluh tahun lebih (1262-1302
M).
Syekh Quthbuddin mengatakan, pada Kamis 8 Muharram 660
H, Sultan Malik Azh-Zhahir melakukan rapat umum. Khalifah Al-Hakim Biamrillah
datang ke tempat tersebut. Dia duduk bersama sultan, yang kemudian mengangkat
tangannya dan membaiatnya sebagai khalifah kaum Muslimin. Setelah dibaiat,
Al-Hakim langsung mengangkat tangan Sultan Al-Malik dan memberikan tugas-tugas.
Setelah itu para hadirin membaiatnya bergantian sesuai kedudukan dan posisi
masing-masing.
Keesokan harinya, Jumat 9 Muharram 660 H, Al-Hakim
berkhutbah di masjid. Dalam khutbahnya, ia menyebutkan tentang jihad dan
kepempimpinan (imamah). Tak lupa juga ia mengutarakan tentang pengrusakan
kehormatan negara Islam (khilafah) oleh para musuh.
Kemudian Al-Hakim berkata, "Sultan ini (Malik
Azh-Zhahir) telah berhasil menyelamatkan kepemimpinan Islam saat para
pendukungnya sangat sedikit. Dia telah berhasil mengusir tentara-tentara kafir
setelah sebelumnya mereka berhasil mengobrak-abrik tanah kaum Muslimin. Segala
puji bagi Allah yang telah menjadikannya penolong bagi Bani Abbas."
Setelah itu, ia mengirimkan surat ke seluruh
pelosok negeri untuk mendoakan Sultan Malik.
Pada tahun ini, beberapa orang Tartar datang menemui
khalifah dan menyatakan masuk Islam dengan penuh kesadaran. Setelah bersyahadat,
mereka pun diberi roti dan makanan yang biasa dimakan kaum Muslimin. Ini
merupakan permulaan terhentinya kejahatan mereka.
Pada bulan Muharram 676 H, Sultan Malik Azh-Zhahir
meninggal dunia di Damaskus. Setelah itu, anaknya, Malik As-Sa'id yang berumur
18 tahun, menggantikan ayahnya sebagai sultan.
Pada 678 H, Sultan Malik As-Sa'id dicopot dari
jabatannya. Akhirnya ia diberangkatkan ke Karak untuk menjadi sultan di sana.
Namun ia meninggal dunia tahun itu juga. Maka diangkatlah saudaranya, Badruddin
Salamusy yang saat itu berusia tujuh tahun, sebagai sultan. Mereka menggelarinya
Al-Malik Al-Adil, dan diangkat pula Saifuddin Qalawun sebagai
menterinya.
Namun tak berapa lama, Salamusy juga diturunkan dari
kursi kesultanan. Sebagai penggantinya diangkatlah Saifuddin Qalawun. Pada
Dzulqa'dah 689 H, Sultan Qalawun meninggal dunia. Sebagai penggantinya,
diangkatlah Malik Al-Asyraf Shalahuddin Khalil. Saat memerintah, dia menampakkan
dukungan yang sangat besar pada Khalifah Al-Hakim.
Pada malam Jumat, 18 Jumadil Ula 701 H, Khalifah
Al-Hakim Biamrillah wafat. Dia dishalatkan dekat benteng. Semua pejabat negara
hadir saat pemakamannya, dan semuanya berjalan kaki. Al-Hakim dimakamkan
berdekatan dengan kuburan Sayyidah Nafisah. Dia adalah khalifah pertama yang
dimakamkan di tempat itu. Sebelum meninggal, Al-Hakim telah mewasiatkan
kekhalifahan kepada anaknya, Sulaiman Abu Ar-Rabi.
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni