Kepemimpinannya Adalah Penaklukan, Hijrahnya Adalah Kemenangan, Keteladanannya Adalah Rahmat, Download Gratis Film Umar Bin Khattab 30 Episode di sini http://omar.collectionfree.com

Imam Ali r.a. Digugat

0 comments

Sekarang, setelah ternyata politik tahkim itu benar-benar hanya tipu muslihat Muawiyah,
kelompok kontra tahkim yang terdapat dalam pasukan Imam Ali r.a. menggugat, mengungkit
dan melemparkan segala kesalahan kepada pundak Imam Ali r.a. Lebih aneh lagi karena banyak
yang tadinya pro tahkim, setelah kelompok kontra tahkim bergerak, mereka ikut-ikutan
menentang Imam Ali r.a. dan bergabung dengan kelompok kontra tahkim.

Kelompok kontra tahkim itu dalam sejarah dikenal dengan nama Khawarij (orang-orang yang
keluar meninggalkan barisan Imam Ali r.a.). Pada suatu hari kelompok ini berkumpul di rumah
Abdullah bin Wahb Ar Rasibiy. Di tempat pertemuan ini tampil tokoh-tokoh mereka bergantian
beragitasi membakar semangat perlawanan terhadap Imam Ali r.a.

Abdullah Ar Rasibiy dalam pidatonya mengatakan: "Saudara-saudara, bagi kaum yang beriman
kepada Allah Ar Rahman, yang patuh kepada hukum Al-Qur'an, kehidupan dunia ini harus diisi
dengan amr ma'ruf dan nahi mungkar, serta dengan perkataan yang benar walau pahit dan
berbahaya. Sekalipun pahit dan berbahaya, tetapi pada hari kiyamat kelak orang akan
memperoleh keridhoan Allah dan kekal menikmati kehidupan sorga. Oleh karena itu marilah
kita keluar meninggalkan negeri yang penduduknya sudah menjadi dzalim ini dan pergi ke
daerah lain! Kita harus menolak bid'ah yang sesat ini (yakni: tahkim) dan menentang hukum
yang durhaka!"

Sedang Hurqush bin Zuhair berkata: "Saudara-saudara, kesenangan di dunia ini sungguh amat
sedikit. Tidak ayal lagi, kita ini pasti akan berpisah dengan dunia. Oleh karena itu kalian jangan
sampai merasa terikat oleh keindahan dan kegemerlapannya, atau ingin tetap hidup selamalamanya!
Janganlah kalian lengah dari kewajiban menuntut kebenaran dan menentang
kebatilan. Sesungguhnya Allah senantiasa beserta orang yang bertawa dan orang-orang yang
berbuat kebajikan. Hai saudara-saudara, kita sudah bersepakat bulat mengenai kebenaran itu.
Sekarang angkatlah salah seorang dari kalian sebagai pemimpin. Sebab bagaimana pun juga
kalian tetap memerlukan tiang untuk bersandar, dan membutuhkan adanya suatu lambang di
mana kalian akan berhimpun di sekitarnya dan kembali kepadanya."

Habis berkumpul di rumah Abdullah Ar Rasibiy, mereka pergi bersama-sama ke rumah Zafr bin
Hushn At Tha'iy. Di rumah ini Zafr beragitasi dengan hebatnya: "Hai saudara-saudara,
sebenarnya kita ini telah berjanji setia kepada Allah s.w.t. untuk berbuat amr ma'ruf dan nahi
mungkar, berkata benar dan berjuang menegakkan jalan yang lurus. Allah sudah
memerintahkan kepada Rasul-Nya, Daud: "Hai Daud, engkau telah kami jadikan Khalifah di
bumi, maka laksanakanlah hukum dengan adil di antara sesama manusia, dan janganlah engkau
menuruti hawa nafsu, sebab hal itu akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Orang-orang
yang sesat dari jalan Allah akan memperoleh siksa amat berat" (As Shad:26).

"Juga Allah telah berfirman," kata Zafr: "Barang siapa tidak menetapkan hukum menurut apa
yang telah diturunkan Allah, mereka itu adalah orang-orang kafir." (Al-Ma'idah: 44).
"Oleh karena itu", kata Zafr selanjutnya, "bersumpahlah kalian untuk melawan orang yang dulu
kita dukung ajarannya. Orang itu sekarang sudah mengikuti hawa nafsu, mengabaikan hukum
Allah, berlaku dzalim dalam menetapkan hukum dan melaksanakannya. Oleh karena itu perjuangan melawan orang-orang seperti itu adalah wajib bagi kaum mukminin.

"Aku bersumpah, demi Allah, seandainya tak ada seorang pun yang mau berjuang menghapus
kemungkaran itu, atau tidak ada orang yang mau membantu perjuangan melawan orang-orang
bathil dan durhaka itu, aku akan memerangi mereka seorang diri sampai aku berjumpa dengan
Allah s.w.t. Biarlah Allah sendiri yang menjadi saksi, dengan lidah aku telah berjuang
memperbaiki keadaan sesuai dengan kehendak-Nya dan menurut keridhoan-Nya."

"Saudara-saudara, hantamlah muka dan kepala mereka dengan pedang, sampai Allah 'Azaa wa
Jalla ditaati oleh mereka. Jika orang itu sudah mau taat kepada Allah sebagaimana yang kalian
inginkan, Allah akan mengaruniakan pahala kepada kalian sebagai orang-orang yang telah
membuktikan ketaatan dan telah melaksanakan perintah-Nya. Jika kalian mati terbunuh,
apakah yang lebih penting daripada berjalan menuju keridhoan Allah dan sorga-Nya?
"Ketahuilah saudara-saudara, mereka sekarang sudah siap untuk mempertahankan hukum yang
sesat. Marilah kita semua keluar menuju ke sebuah daerah yang telah kita sepakati dalam
pertemuan kita ini. Kalian telah menjadi pembela-pembela kebenaran di tengah-tengah ummat
manusia. Sebab kalian sudah mengumandangkan kebenaran dan tetap bertekad hendak berkata
benar."

"Marilah kita pergi ke Madain yang telah kita sepakati itu, kita buka pintunya dan kita kerahkan
penduduknya, kemudian kita kirimkan utusan kepada saudara-saudara kita di Bashrah, agar
mereka mau bergabung dengan kita!"
Sesudah agitasi Zafr ini, tampil Zaid bin Hushn At Tha'iy, saudara Zafr, dengan kata-kata: "Di
daerah itu nanti akan ada orang-orang yang merintangi kalian masuk, dan mereka pun akan
mencegah kalian menduduki daerah itu. Oleh karena itu sebaiknya kita segera menulis surat
kepada saudara-saudara kita di Bahsrah. Beritahukan mereka tentang keluarnya kalian sekarang
ini. Setibanya di sana, berhentilah kalian di Nehrawan!"

Semua pidato itu mendapat sambutan hangat dan yang hadir menyatakan persetujuan bulat.
Kemudian ditulislah sepucuk surat kepada teman-teman mereka di Bashrah. Isinya sebagai
berikut : "…Orang-orang yang dulu kami dukung seruannya (yakni Imam Ali) sekarang sudah
mengangkat orang untuk menetapkan tahkim terhadap agama Allah. Mereka membiarkan
orang-orang durhaka menguasai hamba-hamba Allah. Oleh sebab itu kami sekarang menentang
mereka dan sudah meninggalkan mereka. Dengan cara itu kami hendak mendekatkan diri
kepada Allah, dan sekarang kami sudah berada di jembatan Nehrawan. Kami ingin memberi
tahukan kalian, agar kalian dapat ikut ambil bagian untuk memperoleh pahala. Wassalaam."

Jawaban dari teman-teman mereka di Bashrah mengatakan, bahwa mereka mendukung dan
membenarkan tekad mereka, serta siap menjalankan perintah Allah dan bersedia ambil bagian
dalam perjuangan melawan Imam Ali r.a. dan pendukungnya. Surat itu diakhiri dengan katakata:
"Kami sudah bersepakat untuk segera berangkat guna bergabung dengan kalian."
Menurut rencana, mereka hendak berangkat pada malam Kamis. Sebelum berangkat mereka
berkumpul sekali lagi di rumah Hurqush bin Zuhair. Setelah mengadakan pembicaraan sejenak,
akhirnya mereka sepakat mengundurkan waktu keberangkatan
menjadi malam Jum'at. Kesepakatan itu berubah lagi berdasarkan saran Hurqush: "Malam
Jum'at sebaiknya kalian tinggal di sini saja dulu untuk banyak-banyak beribadah kepada Allah,
dan pergunakanlah sebagai kesempatan untuk meninggalkan wasiyat-wasiyat. Malam Sabtu
barulah kalian berangkat, seorang-seorang atau dua-dua, agar jangan sampai menyolok mata
orang banyak."

Sumber

Buku : Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a.
Oleh : H.M.H. Al Hamid Al Husaini
Share this article :

Post a Comment

 
TEMPLATE ASWAJA| Umar Bin Khattab - All Rights Reserved