Ketika berhasil mematahkan perlawanan Kaisar Nicephorus dari
Imperium Byzantium di wilayah Asia Kecil, Khalifah Harun Ar-Rasyid kembali ke
wilayah Bagian Timur.
Di sana terjadi pergolakan yang dipimpin Rafi' bin
Al-Laits bin Nashar. Mereka sudah berhasil menduduki Samarkand dan kota-kota
sekitarnya. Ketika memasuki kota Thus yang terletak antara kota Nishapur dan
Merv, Khalifah Harun Ar-Rasyid jatuh sakit. Beberapa saat kemudian ia meninggal
dunia.
Putra termuda sang Khalifah, Shalih bin Harun, segera
mengambil baiat dari seluruh pasukan di tempat itu untuk saudara tertuanya,
Muhammad bin Harun di Baghdad. Selanjutnya, ia mengirimkan utusan ke Baghdad
untuk menyampaikan berita kemangkatan sang Khalifah dan mengirimkan Al-Khatim
(stempel kebesaran) dan Al-Qadhib (tongkat kebesaran), serta Al-Burdah (jubah
kebesaran) pada Muhammad bin Harun.
Begitu mendengar berita wafatnya sang ayah, Muhammad
bin Harun yang menjabat gubernur Baghdad segera menuju Masjid Agung Baghdad.
Berlangsunglah baiat secara umum. Muhammad bin Harun Ar-Rasyid menjabat khalifah
keenam Daulah Abbasiyah pada usia 24 tahun. Dalam sejarah, ia dikenal sebagai
Khalifah Al-Amin (809-813 M).
Meninggalnya Harun Ar-Rasyid, dianggap sebagai peluang
emas bagi Kaisar Nicephorus untuk membatalkan kembali perjanjian damai dengan
Daulah Abbasiyah. Ia segera menggerakkan pasukannya untuk menyerang perbatasan
bagian utara Syria dan bagian utara Irak. Khalifah Al-Amin segera mengirimkan
pasukan untuk menghalau serangan itu. Berlangsung pertempuran cukup lama yang
berujung pada tewasnya sang kaisar.
Di kota Hims juga terjadi pergolakan. Karena tak mampu
memadamkan pemberontakan, Khalifah Al-Amin memecat Gubernur Ishak bin Sulaiman
dan menggantinya dengan Abdullah bin Said Al-Harsy. Keamanan pun pulih kembali
di bawah kendali gubernur baru itu.
Pada 195 H muncul seorang tokoh berpengaruh di
Damaskus. Ia adalah Ali bin Abdullah bin Khalid bin Yazid bin Muawiyah bin Abi
Sufyan. Karenanya, ia dikenal sebutan As-Sufyani. Tokoh ini menjadi lebih
berpengaruh karena tak hanya merupakan keturunan Bani Umayyah, tetapi juga Bani
Hasyim. Ibunya adalah putri Abdullah bin Abbas bin Ali bin Hasan bin Ali bin Abi
Thalib. Berdasarkan silsilah keturunannya ini, ia sering berkata, "Saya adalah
putra dua tokoh yang pernah bertentangan di Shiffin—maksudnya Ali bin Abi Thalib
dan Muawiyah bin Abi Sufyan.
Ia menyatakan berdirinya khilafah baru di Damaskus.
Namun masa pemerintahannya tidak berlangsung lama. Panglima Ibnu Baihas segera
mengepung Damaskus dan menaklukkan penduduk kota itu. Sedangkan tokoh As-Sufyani
melenyapkan diri entah kemana.
Di antara seluruh Khalifah Abasiyah, hanya Khalifah
Al-Amin yang ayah dan ibunya keturunan Bani Hasyim (Arab). Ayahnya Harun
Ar-Rasyid dan ibunya Zubaidah binti Ja'far bin Manshur masih keturunan Bani
hasyim. Sedangkan Al-Makmun sendiri yang direncanakan kelak akan menjadi
khalifah setelah Al-Amin, masih keturunan Iran.
Oleh sebab itu, beberapa pihak membujuk Khalifah
Al-Amin untuk membatalkan hak khilafah Al-Makmun, dan menggantinya dengan
putranya sendiri, Musa bin Muhammad Al-Amin. Semula Khalifah Al-Amin menolak.
Tetapi karena terus didesak dan dibujuk, ia pun melakukan pembatalan itu dan
mengangkat putranya sebagai calon khalifah dengan gelar An-Nathiq bil
Haq.
Tentu saja tindakan ini memancing amarah Al-Makmun.
Saat itu ia berada di Khurasan di tengah keluarga besarnya. Permintaan sang
Khalifah yang mengundangnya kembali ke Baghdad tak ia penuhi. Bahkan ia pun
dibaiat dan dinyatakan sebagai khalifah.
Mendengar kejadian tersebut, Khalifah Al-Amin segera
mengirimkan pasukan ke Khurasan di bawah pimpinan Panglima Ali bin Isa bin
Mahan. Al-Makmun pun segera menyiapkan pasukannya di bawah komando Thahir bin
Hasan.
Kedua pasukan bertemu di kota Ray, yang saat ini
dikenal dengan nama Teheran, ibukota Iran. Pertempuran pun tidak berlangsung
lama. Panglima Ali bin Isa Tewas. Berita kekalahan itu sangat mengejutkan
Khalifah Al-Amin. Ia pun segera mengirimkan pasukan bantuan di bawah komando
Panglima Ahmad bin Mursyid dan Panglima Abdullah bin Humaid. Dalam perjalanan
menuju Khurasan, terjadi perselisihan sengit antara dua panglima. Pasukan itu
pun kembali ke Baghdad sebelum berhadapan dengan musuh.
Al-Makmun segera memerintahkan pasukan Thahir bin
Hasan untuk terus maju ke Baghdad. Ia menambah pasukannya di bawah pimpinan
Hartsamad bin Ain. Hampir satu tahun Baghdad dikepung. Karena kekurangan
persediaan makanan, akhirnya pertahanan Baghdad pun runtuh.
Khalifah Al-Amin bertahan di Qashrul Manshur yang
terletak di pusat kota. Setelah berlangsung penyerbuan cukup lama, istana yang
dibangun oleh Al-Manshur itu pun bisa ditaklukkan. Khalifah Al-Amin tewas di
tangan pasukan saudaranya sendiri. Ia meninggal pada usia 28 tahun. Masa
pemerintahannya berlangsung selama empat tahun delapan bulan.
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni