Pada usia 31 tahun ia dinobatkan sebagai penguasa tertinggi
Andalusia menggantikan ayahnya, Hakam I bin Hisyam. Ia adalah khalifah keempat
Dinasti Umayyah di Andalusia. Kenaikannya di tahta kekhalifahan diharapkan bisa
melahirkan kembali harapan rakyat. Banyak yang tidak menyukai kepemimpinan
ayahnya yang keras dan bertangan besi. Sebaliknya sejak muda Abdurrahman II
sudah dicintai rakyat, baik lantaran sikapnya sehari-hari maupun kebijakan yang
dia jalankan ketika mendapat tugas dari sang ayah.
Pemerintahannya ditandai
dengan dua hal. Pertama, peperangan ke luar daerah dan pengamanan dalam negara.
Kedua, pembangunan besar-besaran dan pengembangan ilmu pengetahuan. Masa
pemerintahannnya di Cordoba, bersamaan dengan masa kekuasaan Khalifah Al-Makmun
di Baghdad. Pada masa itu, kekuasaan Daulah Abbasiyah juga mencapai puncaknya.
Pada masa-masa berikutnya, ilmu pengetahuan berkembang pesat. Kecintaan rakyat
tak hanya dari mereka yang beragama Islam. Ketika wafat, dia ditangisi oleh
rakyat dari segala lapisan masyarakat. Bahkan orang-orang Yahudi dan Nasrani pun
turut berduka cita atas kematiannya. Ketika ayahnya, Hakam I bin Hisyam masih
berkuasa, Abdurrahman II sering ditugaskan dalam sejumlah peperangan. Pada usia
18 tahun, ia sudah mengepalai pasukan untuk menghadapi kekuatan Raja Alfonso II
yang ingin merebut pelabuhan Oporto dan Lisboa.
Berbeda dengan ayahnya, ketika
berhasil menaklukkan sebuah daerah, Abdurrahman II memperlakukan penduduknya
dengan baik. Inilah yang menyebabkan masyarakat menyukai kepemimpinannya. Namun
demikian, bukan berarti masa kepemimpinannya bebas dari kemelut. Hal itu
disebabkan oleh beberapa kebijakan ayahnya yang tidak disenangi rakyat. Sejak
pembunuhan massal yang dilakukan Khalifah Hakam I bin Hisyam, penduduk kota
Toledo belum bisa memadamkan dendamnya. Karena itu, ketika melihat celah
kelemahan Abdurrahman II, penduduk kota itu mulai menggerakkan pemberontakan.
Aksi ini dipimpin oleh Hasyim Adh-Dharab. Menghadapi gejala itu, Khalifah
Abdurrahman II segera mengirimkan pasukan untuk mengepung kota Toledo. Ia
menggunakan taktik pengepungan jangka lama. Karena pengepungan ini benar-benar
telah telah disiapkan sebelumnya, maka Abdurrahman II berhasil mengatasi kemelut
di kota ini. Penduduk kota Toledo berhasil ditundukkan.
Khalifah Abdurrahman II
tergolong pemimpin yang berpandangan ke depan. Karenanya ia tidak menyerang
wilayah Aragon dan Catalonia lantaran daerah tersebut sedang dalam konflik.
Panglima Musa bin Musa dari Toledo akhirnya berhasil menaklukkan wilayah itu,
bahkan membunuh Raja Alfonso II. Selanjutnya terjadi perselisihan antara
Panglima Musa dan Khalifah Abdurrahman II. Khalifah mengutus Pangliman Al-Harits
bin Yaziga untuk menghadapi Panglima Musa. Namun berkat bantuan Raja Ramiro I,
Panglima Harits berhasil ditawan. Mendengar panglimanya diperlakukan seperti
itu, Khalifah Abdurrahman II segera mengirim pasukan. Kali ini dipimpin langsung
oleh putranya, Muhammad. Kota Toledo tak bisa bertahan. Penduduknya menyerah.
Panglima Musa bukannya dipecat, tetapi dikukuhkan kembali sebagai gubernur
wilayah itu. Selain melakukan penyebaran Islam ke luar, Abdurrahman II juga
mengembangkan pembangunan dalam negeri. Ia membuat saluran irigasi,
mengembangkan seni budaya dan memperbaiki sarana transportasi dan jalan.
Khalifah Abdurrahman II pada usia 62 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung
selama 31 tahun.
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi
Bastoni