Muhammad bin Abdurrahman merupakan khalifah kelima
Daulah Umayyah di Cordoba. Ia diangkat menggantikan ayahnya, Abdurrahman II pada
usia 31 tahun. Dibanding para khalifah lain, masa jabatan Muhammad I terbilang
lama. Ia memerintah selama 34 tahun.
Masa pemerintahannya sezaman dengan lima khalifah Abbasiyah di Baghdad, yaitu dari masa pemerintahan Al-Mutawakkil hingga Al-Mu’tamid. Hanya saja kalau di Baghdad sedang terjadi kemelut, maka di Cordoba sebaliknya. Di bawah pemerintahan Muhammad bin Abdurrahman, masyarakat hidup cukup tenang. Pemerintahan pun tampak stabil.
Meski demikian, bukan berarti era pemerintahan Khalifah Kelima Bani Umayyah ini bebas dari gejolak. Terutama yang muncul dari pihak luar. Sebagian ahli sejarah menganalisa, beragam gejolak ini muncul lantaran maraknya pernikahan ‘campuran’ Arab dan putri Barbar yang sering diposisikan sebagai budak. Perkawinan ini tidak hanya terjadi pada masyarakat bawah, tapi juga para pejabat dan pembesar pemerintah.
Masa pemerintahannya sezaman dengan lima khalifah Abbasiyah di Baghdad, yaitu dari masa pemerintahan Al-Mutawakkil hingga Al-Mu’tamid. Hanya saja kalau di Baghdad sedang terjadi kemelut, maka di Cordoba sebaliknya. Di bawah pemerintahan Muhammad bin Abdurrahman, masyarakat hidup cukup tenang. Pemerintahan pun tampak stabil.
Meski demikian, bukan berarti era pemerintahan Khalifah Kelima Bani Umayyah ini bebas dari gejolak. Terutama yang muncul dari pihak luar. Sebagian ahli sejarah menganalisa, beragam gejolak ini muncul lantaran maraknya pernikahan ‘campuran’ Arab dan putri Barbar yang sering diposisikan sebagai budak. Perkawinan ini tidak hanya terjadi pada masyarakat bawah, tapi juga para pejabat dan pembesar pemerintah.
Selain itu,
kemakmuran yang dirintis oleh Abdurrahman Ad-Dakhil ketika masuk ke Andalusia,
melahirkan semangat baru berbagai pihak untuk menguasai daerah yang sudah
dibebaskan umat Islam.
Musa bin Zayyad yang menjabat Gubernur Saragossa, ibukota Aragon,
setelah berunding secara rahasia dengan penguasa Septemania pada 239 H,
mengumumkan membebaskan diri dari kekuasaan pusat di Cordoba. Terjadilah kemelut
di wilayah itu.
Raja Ordono I dari
kerajaan Asturia-Leon selalu berharap dapat menguasai daerah Navarre dan Castile
yang sebelumnya berhasil direbut oleh Abdurrahman II pada masa pemerintahan Raja
Alfonso II. Sedangkan Raja Ramiro I tak berhasil merebutnya kembali dari tangan
kaum Muslimin.
Setelah berunding
berkali-kali, akhirnya Gubernur Toledo menyatakan bebas dari kekuasaan pusat dan
bekerjasama dengan Raja Ordono I. Karenanya ketika Musa bin Zayyad maju ke
Navarre, ia segera berhadapan dengan pasukan Raja Ordono I. Pecah peperangan
yang dikenal dengan Perang Clavijo. Pasukan Musa porak-poranda dan mundur
kembali ke Aragon.
Kemenangan itu
membangkitkan semangat Raja Ordono I untuk merebut wilayah Castile. Peperangan
itu sekaligus memutuskan hubungan Cordoba dengan Castile. Raja Ordono I maju
dengan pasukannya ke Castile dan berhasil menguasai daerah itu.
Mendengar berita itu, Khalifah Muhammad I segera
mengirimkan pasukan. Ia sendiri memimpin pasukannya ke Toledo. Ini tentu saja
sangat berbahaya, sebab jika Muhammad I tertawan atau terbunuh, maka berakhirlah
riwayat kekuasaan Bani Umayyah di Andalusia.
Namun Muhammad I bukan baru pertama kali terjun
langsung ke medan perang. Dengan taktik jitunya, ia berhasil menguasai Toledo.
Khalifah Muhammad I wafat sebelum
sempat merebut wilayah Castile kembali. Ia meninggal pada usia 65 tahun pada 886
M. Ketabahan dan keberaniannya menyebabkan para ahli sejarah menyamakannya
dengan Khalifah Walid bin Abdul Malik di Damaskus.
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi
Bastoni