Hakam bin Hisyam diangkat menjadi khalifah pada usia 23 tahun, menggantikan ayahnya, Hisyam bin Abdurrahman. Ia merupakan khalifah ketiga dalam sejarah Daulah Umayyah di Andalusia. Ia memerintah selama 27 tahun.
Ketika berita wafatnya Hisyam bin Abdurrahman dan pengangkatan Hakam bin Hisyam sampai ke telinga Gubernur Sulaiman dan Abdullah di Afrika Barat, keduanya segera bergerak menuju Andalusia.
Gubernur Abdullah berangkat lebih dahulu menuju Valencia melalui lautan. Di tempat itu ia disambut oleh penduduk kota dengan baik. Kemudian Gubernur Sulaiman segera menyusul menuju kota itu dan menjadikan Valencia sebagai markas. Penduduk kota Valencia dan sekitarnya menyatakan tunduk.
Mendengar berita ini, Khalifah Hakam I segera berangkat ke Valencia dengan pasukan besar. Perang saudara pun kembali pecah. Gubernur Sulaiman berhasil ditawan dan dijatuhi hukuman mati. Sedangkan Gubernur Abdullah meminta maaf dan diizinkan menetap di Valencia.
Pada tahun berikutnya, 797 Masehi, meletus
pemberontakan di Toledo. Gerakan ini dilakukan oleh orang-orang Kristen yang
dibantu kaum Yahudi. Khalifah Hakam segera mengirimkan pasukan besar dipimpin
oleh Amrus bin Yusuf.
Kota benteng yang terkenal tangguh itu tak mampu bertahan menghadapi
serangan pasukan Muslim. Prajurit yang ikut dalam penyerangan itu benar-benar
terlatih. Setelah berhasil menjebol tembok benteng, mereka masuk bagai air bah.
Kota Toledo berhasil dikuasai.
Kemampuan pasukan Hakam cukup menggentarkan nyali Raja Alfonso II
yang belum lama memindahkan ibukota kerajaannya ke Leon. Ia pun segera meminta
bantuan Raja Prancis Charlemagne di Achen yang masih menyimpan dendam atas
serangan Khalifah Abdurrahman Ad-Dakhil. Karena itu, begitu ada tawaran dari
Alfonso II, Charlemagne menyambut baik.
Beberapa tahun kemudian terjadi tragedi memilukan di
Cordoba. Peristiwa ini bermula dari ketidakpuasan ulama terhadap Khalifah Hakam.
Mereka menyusun kesepakatan untuk mencabut baiat dan mengangkat Muhammad bin
Qasim yang masih keturunan Quraisy. Namun rencana itu berhasil diketahui
khalifah, sekitar 72 tokoh disalib.
Panglima Amrus bin Yusuf kembali mendapat perintah untuk merebut
Toledo. Setelah melakukan pengepungan cukup lama, akhirnya Toledo kembali
berhasil dikuasai setelah sebelumnya dikuasai Alfonso II. Pasukan Alfonso II
yang mempertahankan Toledo dibinasakan.
Khalifah Hakam masih menyimpan dendam pada pemuka
penduduk Toledo yang berkhianat sehingga Alfonso II kembali merebut kota itu. Ia
pun merencanakan tipu muslihat. Panglima Amrus yang telah diangkat sebagai
gubernur berpura-pura menentang pemerintahan Hakam. Ia pun mulai melakukan
pembangunan sesuai kehendak masyarakat.
Setelah berhasil mengalahkan sisa-sisa pasukan Alfonso
II, tentara Hakam bergerak ke Toledo dan memasang tenda tidak jauh dari kota
itu. Penduduk Toledo kembali dilanda kekhawatiran.
Dengan alasan untuk menghindari pertumpahan darah,
Gubernur Amrus mengadakan pesta untuk mengundang pasukan Hakam. Para tokoh
Toledo setuju. Para undangan berdatangan. Saat itulah Amrus menjalankan siasat
khalifahnya. Para tamu diwajibkan melewati jalan yang berkelok-kelok secara
berkelompok. Saat itulah para tokoh itu dibunuh. Peristiwa ini terjadi pada 807
M, yang sekaligus menjadi noda hitam di masa pemerintahan Hakam.
Akhir masa pemerintahan Hakam lebih banyak diwarnai
pertempuran. Khalifah Hakam meninggal pada 822 M dalam usia 50 tahun. Ia
merupakan penguasa tunggal yang berhasil meletakkan sendi-sendi pemerintahan
dengan cara keras.
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi
Bastoni