Abdurrahman III adalah orang yang paling cakap dan paling besar di antara para khalifah Bani Umayyah di Andalusia. Dia merupakan khalifah ke-8 yang menduduki tahta pada 912 M saat berusia 23 tahun. Ia memiliki kepribadian kuat, pertimbangan tepat, keteguhan hati, dan keberanian.
Ketika Abdurrahman naik tahta, Bani Umayyah berada dalam keadaan yang paling lemah. Namun ia meninggalkannya dalam keadaan paling kuat. Pemerintahannya membuka pertanda menggembirakan bagi jazirah itu karena menandai fajar kedamaian, kemakmuran dan kemegahan. Sehingga ia disebut sebagai Sang Penyelamat Imperium Muslim Andalusia.
Setelah naik tahta, ia dalam suatu pernyataan menuntut semua warganya untuk tunduk tanpa syarat, tanpa memandang kelas. Dia berusaha membuang kebijakan pembangkang dan penjahat dalam pemerintahannya. Rencana besarnya, selain membasmi kekuatan-kekuatan penyeleweng dan pengacau, juga berupaya menciptakan keseimbangan politik, memulihkan perdamaian dan stabilitas dinasti yang tengah kacau.
Abdurrahman membuktikan dirinya sebagai seorang yang
terhormat. Dia memiliki keteguhan hati dan keberanian yang menjadi ciri pemimpin
di segala zaman. Kebijakan yang menunjukkan keberaniannya adalah memadamkan
semua pemberontakan dan menegakkan kekuasaannya dari sungai Ebro sampai Atlantik
dan dari kaki pegunungan Pyreneen sampai Gibraltar pada 913 M.
Dia memimpin sendiri tentaranya melawan para
pemberontak di selatan. Keinginannya yang nyata untuk bersama-sama merasakan tak
hanya kejayaan, tetapi juga keletihan dan bahaya, membangkitkan semangat
tentaranya secara luar biasa. Sehingga ia berhasil merebut benteng Ecija,
menundukkan Gubernur Sevilla serta menghancurkan musuh Bani Umayyah yang paling
bandel, Ibnu Hafishan—sehingga
bentengnya (Barbastro) berhasil diduduki. Begitu pula dengan
pemberontak-pemberontak di sebelah barat, juga berhasil
ditundukkan.
Pada masa
pemerintahan Abdurrahman III, ketertiban dan kemakmuran meliputi seluruh
imperium. Organisasi polisinya juga sempurna sehingga orang-orang asing atau
para pedagang dapat bepergian ke daerah-daerah yang paling sukar dicapai tanpa
sedikit pun takut akan mendapatkan penganiayaan atau bahaya. Untuk menyampaikan
laporan dengan cepat, kuda-kuda penyambung ditempatkan di berbagai pos.
Berbagai fasilitas umum dibiayai
dengan uang negara. Rumah-rumah sakit dan rumah-rumah peristirahatan untuk orang
miskin dibangun. Sekolah-sekolah, perguruan tinggi-pergururan tinggi, serta
perpustakaan terdapat di mana-mana di seluruh negeri. Perdagangan dan industri,
kesenian dan ilmu pengetahuan juga didorong dan dikembangkan.
Sepertiga dari pendapatan negara setiap tahun
dibelanjakan untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan. Para astronom seperti
Ahmad bin Nasar, para filsuf seperti Ibnu Masarrah, dan para dokter seperti Said
dan Yahya bin Isyak, muncul dan berkembang pada masa pemerintahan Abdurrahman
III.
Banyak karya orang
Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Dekat Cordoba, ia juga membangun
sebuah istana yang indah, Az-Zahra, yang dianggap sebagai suatu keajaiban
kesenian Islam. Istana kerajaan ini memiliki 400 kamar yang konon dapat
menampung ribuan budak dan pegawai. Istana Az-Zahra terbuat dari pualam putih
yang didatangkan dari Nurmidia dan Carthago. Ia juga menerangi sebuah jalan
Cordoba sepanjang 16 kilometer dengan cahaya yang begitu terang. Padahal,
jalan-jalan yang bagus di Inggris dan Prancis pada saat itu masih
langka.
Dengan seluruh
pencapaiannya, dapatlah dikatakan bahwa masa pemerintahannya merupakan masa
keemasan Andalusia (Spanyol). Dia mengangkat negeri yang berantakan itu ke
tempat yang sukar dibayangkan sebelumnya.
Abdurrahman III wafat pada Oktober 961 M. Masa
pemerintahannya berlangsung selama 49 tahun. Seperti dituturkan Imam As-Suyuthi,
dialah yang pertama kali dipanggil dengan sebutan Amirul Mukminin, bertepatan
dengan masa kemunduran Daulah Abbasiyah di Baghdad di bawah kepemimpinan
Khalifah Al-Muqtadir. Sebelumnya, khalifah Daulah Umayyah di Andalusia dipanggil
dengan sebutan Amir.
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi
Bastoni