Abdullah bin Muhammad adalah Khalifah Ketujuh Daulah Umayyah
di Andalusia. Ia menjadi khalifah menggantikan saudaranya, Mundzir bin Muhammad,
yang wafat pada 275 H. Khalifah Abdullah memerintah selama 25 tahun. Namun
masa-masa awal pemerintahannya diwarnai banyak kerusuhan.
Imam As-Suyuthi dalam Tarikh Al-Khulafa’ mengatakan, Abdullah bin Muhammad adalah khalifah yang paling baik di Andalusia, baik dari sisi ilmu pengetahuan maupun sisi agama.
Wilayah Lusitania yang telah berhasil diamankan pada masa pemerintahan Mundzir bin Muhammad, bergejolak kembali di bawah pimpinan Muhammad bin Taqut, Gubernur Torre er Mosa, yang terletak di sebelah utara Badajoz. Ia berhasil merebut ibukota wilayah Lusitania, kota Merida.
Imam As-Suyuthi dalam Tarikh Al-Khulafa’ mengatakan, Abdullah bin Muhammad adalah khalifah yang paling baik di Andalusia, baik dari sisi ilmu pengetahuan maupun sisi agama.
Wilayah Lusitania yang telah berhasil diamankan pada masa pemerintahan Mundzir bin Muhammad, bergejolak kembali di bawah pimpinan Muhammad bin Taqut, Gubernur Torre er Mosa, yang terletak di sebelah utara Badajoz. Ia berhasil merebut ibukota wilayah Lusitania, kota Merida.
Sementara itu, Ibnu Marwan Al-Ghaliki yang sebelumnya diporak-porandakan oleh pasukan Mundzir, kembali menyusun kekuatan. Ia berhasil merebut berbagai kota dan benteng di wilayah Lusitania.
Ghalib bin Umar yang telah menguasai wilayah bagian utara itu menjalin hubungan dengan Dinasti Aghlabiyah di Qairawan. Ia menyatakan tunduk kepada Daulah Abbasiyah yang berpusat di Baghdad.
Ketika Dinasti Aghlabiyah ditaklukkan oleh Dinasti Fathimiyah, Ghalib bin Umar segera mendekati Dinasti Fathimiyah, dan menyatakan tunduk di bawah kekuasaan dinasti beraliran Syiah itu.
Lama-kelamaan, Ghalib bin Umar berhasil maju dan masuk ke wilayah Castile hingga Raja Alfonso III dan putranya, Don Garcia, terus terdesak. Di wilayah Zamora, pecahlah peperangan sengit. Ghalib bin Umar dan panglimanya, Abul Qasim, tewas.
Sementara itu, Khalifah Abdullah berhasil mengamankan wilayah barat dan selatan kekuasaannya. Ketika Raja Alfonso III hendak maju ke Toledo, Navarre dan Aragon. Khalifah Abdullah dan pasukannya maju ke arah utara.
Di lain pihak, terdapat ketidakpuasan Don Garcia pada ayahnya. Kemelut pun pecah dan berlangsung lama hingga Raja Alfonso III meletakkan jabatannya. Situasi ini dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Khalifah Abdullah untuk memulihkan wilayah itu.
Pada usia 42 tahun, Khalifah Abdullah meninggal dunia. Sepuluh tahun terakhir dari masa kekuasaannya digunakan untuk memulihkan pembangunan akibat kemelut yang terus terjadi. Kesempatan itu terbuka karena tak ada ancaman dari wilayah Asturia dan Leon. Wilayah itu tengah dilanda kemelut antar ayah dan anak.
Masa pemerintahannya yang berlangsung selama 25 tahun dicatat oleh sejarawan dengan kalimat sirah syaja’atin wa sikha’, riwayat hidup yang melukiskan keberanian dan kedermawanan.
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi
Bastoni