Ketika kemelut berlangsung di Cordoba, Bani Hamud membangun
kekuasaannya di Afrika Barat yang bebas dari Andalusia. Kekuasaan ini berpusat
di kota Ceuta. Pendiri Daulah Bani Hamud adalah Ali bin Hamud bin Maimun bin
Ahmad bin Ali bin Umar dari keturunan Bani Idris. Dia pernah membangun Daulah
Idrisiyah di sebelum ditaklukkan oleh Khalifah Abdurrahman III (912-961
M).
Ali bin Hamud melihat kemelut di Cordoba sebagai kesempatan emas baginya untuk mengembangkan kekuasaan. Berlangsunglah surat-menyurat antara Ali bin Hamud dan Khairan Al-Amiri di Almeria. Ali bin Hamud diundang ke Andalusia.
Mendapat undangan itu, Ali bin Hamud dan saudaranya, Qasim bin Hamud, segera menyeberangi selat Jabal Thariq dengan pasukan besar menuju Cordoba. Khairan Al-Amiri menyambut dengan pasukan yang tak kalah besarnya. Dari berbagai daerah bala bantuan datang untuk memperkuat pasukan menuju Cordoba.
Ali bin Hamud melihat kemelut di Cordoba sebagai kesempatan emas baginya untuk mengembangkan kekuasaan. Berlangsunglah surat-menyurat antara Ali bin Hamud dan Khairan Al-Amiri di Almeria. Ali bin Hamud diundang ke Andalusia.
Mendapat undangan itu, Ali bin Hamud dan saudaranya, Qasim bin Hamud, segera menyeberangi selat Jabal Thariq dengan pasukan besar menuju Cordoba. Khairan Al-Amiri menyambut dengan pasukan yang tak kalah besarnya. Dari berbagai daerah bala bantuan datang untuk memperkuat pasukan menuju Cordoba.
Akhirnya, Cordoba
benar-benar jatuh ke tangan Ali bin Hamud pada 407 H (1017 M), sedangkan
Khalifah Sulaiman gugur dalam pertempuran itu. Ali bin Hamud segera mengumumkan
dirinya sebagai penguasa mutlak atas nama Khalifah Hisyam II Al-Muayyad. Ia
menyebut dirinya dengan Mulk Al-Mutawakkil. Ia sempat berkuasa selama dua
tahun.
Pada masa
pemerintahannya, ia mulai mengikis unsur-unsur Bani Umayyah. Khairan Al-Amiri
yang merasa tidak mendapat tempat sangat kecewa. Pada 1023 M, ia mengangkat
Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman III sebagai khalifah ke-6 atau ke-13
dari seluruh penguasa Bani Umayyah di Cordoba. Ia biasa dipanggil dengan gelar
Al-Murtadha. Ada juga yang menyebutnya Abdurrahman IV.
Dalam sejarah Bani Umayyah di Andalusia, ia termasuk
penguasa yang bernama Abdurrahman. Tokoh ini diharapkan dapat menjadi pembangkit
semangat rakyat Cordoba. Namun ia tak bisa berkuasa lama. Mulk Al-Mutawakkil
segera memukul pemberontakan itu. Khalifah Al-Murtadha gugur dalam sebuah
peperangan. Sedangkan Khairan Al-Amiri sempat melarikan diri ke
Almeria.
Peristiwa ini kian
membangkitkan dendam di kalangan Bani Umayyah. Mereka pun segera mempersiapkan
rencana untuk membunuh Mulk Al-Mutawakkil. Saat itu, Mulk Al-Mutawakkil tengah
mempersiapkan diri untuk berangkat ke Almeria guna menghabisi Khairan Al-Amiri.
Pasukan sudah siap, tinggal
menunggu kedatangan Mulk Al-Mutawakkil. Lama ditunggu, namun ia tak
muncul-muncul. Ternyata Mulk Al-Mutawakkil dibunuh oleh sekelompok hamba sahaya
ketika ia sedang mandi di istana. Ia dicekik hingga tewas.
Begitu mengetahui Mulk Al-Mutawakkil tewas, bersama
pasukannya Qasim bin Hamud segera memasuki Cordoba dan mengumumkan dirinya
sebagai penguasa mutlak dengan sebutan Mulk Al-Makmun. Ia sempat berkuasa selama
lima tahun.
Pada 1023 M, kembali
pecah pertempuran. Pihak Bani Umayyah menuntut kekuasaan. Akhirnya tercapai
kesepakatan, jabatan khalifah untuk Bani Umayyah kembali dihidupkan. Abdurrahman
bin Hisyam diangkat sebagai khalifah dengan panggilan Khalifah Al-Mustazhir.
Namun ia hanya sempat berkuasa selama dua tahun. Karenanya, ia tak dianggap
sebagai khalifah resmi Bani Umayyah di Andalusia.
Peristiwa itu disebabkan oleh adanya serangan yang
dipimpin Muhammad bin Ubaidillah bin Abdurrahman III hingga Al-Mustazhir dan
Mulk Al-Mutawakkil tewas. Khalifah Muhammad III diangkat sebagai khalifah ke-7
atau ke-14 dari penguasa Bani Umayyah di Andalusia. Ia biasa dipanggil Khalifah
Al-Mustakfi. Ia memerintah selama dua tahun. Setelahnya ada dua khalifah lagi
yang berkuasa di Cordoba; Khalifah Al-Mu'tamid dan Umayyah bin Abbdurrahman.
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi
Bastoni