Sejak itu Abu Bakr tidak lagi menginggalkan Medinah. Bukan karena tidak ingin bersama-sama dengan Muslimin dalam segala perjuangan itu, tetapi karena Medinah sudah menjadi markas komando tertinggi seluruh pasukan, dan sumber semua pengiriman perintah untuk bergerak dari tempat ke tempat yang lain. Abu Bakr mengeluarkan perintah kepada semua komandan pasukan agar jangan ada yang pindah dari perang berkelompok yang sudah dimenangkan untuk bergerak ke tempat lain sebelum mendapat izin. Dia yakin sekali bahwa kesatuan komando dalam perang merupakan salah satu taktik yang paling kuat dan tepat, dan jaminan untuk mencapai kemenangan.
Memilih komandan brigade dari kalangan Muhajirin
Ada sekelompok orang dari kalangan Ansar yang menilai bahwa Abu Bakr telah menyerahkan pimpinan brigade itu hanya kepada kaum Muhajirin, tanpa ada seorang pun dari Ansar. Tetapi ia melakukan itu sebenarnya dengan tujuan supaya orang-orang Medinah (Ansar) tetap sebagai kekuatan pertahanan dalam kota, karena mereka lebih mengetahui keadaan di dalam, dan cintanya dalam menjaga daerahnya itu melebihi siapa pun. Anggapan sebagian orang bahwa mereka tidak diikutsertakan karena adanya kekhawatiran setelah melihat sikap yang mereka dulu di Saqifah Banu Sa'idah, samasekali tak beralasan. Brigade-brigade itu dibentuk hanya untuk menghadapi kaum murtad. Dalam keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya kaum Ansar tidak kurang dari Muhajirin, sehingga kekhawatiran terhadap pihak Ansar dalam memerangi kaum murtad juga tidak beralasan. Andaikata penafsiran semacam itu terhadap Ansar dapat dibenarkan, tentu hal yang sama dapat juga dibenarkan terhadap sahabat besar lainnya seperti Ali, Talhah dan Zubair, yang juga tinggal di Medinah, seperti juga Umar bin Khattab, untuk memberikan pendapat dan saran kepada Abu Bakr, sehingga segala perencanaan dari strategi yang disusun oleh pusat komando tertinggi itu akan bertambah kuat.
Di sadur dari buku : Abu Bakar