Kepemimpinannya Adalah Penaklukan, Hijrahnya Adalah Kemenangan, Keteladanannya Adalah Rahmat, Download Gratis Film Umar Bin Khattab 30 Episode di sini http://omar.collectionfree.com

Umar bin khattab DI MASA ABU BAKAR ( Sikap Umar bin Khattab tentang Usamah )

0 comments

Sikap Umar bin Khattab tentang Usamah

Bagi Umar sudah menjadi kewajiban seorang politikus mempertimbangkan segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Di antara sekian banyak peristiwa itu adanya perbedaan pendapat antara Muhajirin dengan Ansar, yang pada masa Rasulullah tidak tampak, seperti yang kemudian terjadi di Saqifah, dan pembangkangan orang-orang Arab terhadap kekuasaan Medinah tidak setajam pemberontakan baru setelah tersiar berita tentang kematian Rasulullah di segenap penjuru Semenanjung Arab. Kaum Muslimin waktu itu sangat menaati segala perintah Rasulullah dengan sungguh-sungguh dan penuh keimanan. Abu Bakr tidak berhak menuntut orang agar menaatinya seperti menaati Rasulullah yang sudah menjadi pilihan Allah. Maka sudah seharusnya Khalifah memperhatikan semua masalah itu dan sudah seharusnya pula ia menjadi seorang politikus yang dapat mengatur segala persoalan dengan penalaran dan pandangan yang lebih tajam, sesudah tak ada lagi kepengurusan atau kekuasaan yang akan dapat mengawasinya dengan sungguh-sungguh dan sesudah wahyu pun terputus dengan meninggalnya Rasulullah.

Ini merupakan perbedaan dasar antara kedua tokoh itu dalam menjalankan politik negara. Tetapi perbedaan ini tak sampai mengurangi penghargaan mereka masing-masing serta kecintaan dan penghormatan mereka satu sama lain. Oleh karenanya, Umar tetap menjalankan kewajibannya terhadap Abu Bakr, dan tidak lebih ia hanya menyampaikan pendapat kaum Muslimin dan dia mendukungnya dengan alasannya sendiri. Setelah Abu Bakr bersikeras dengan pendapatnya, Umar pun berangkat sebagai seorang prajurit yang berjuang di jalan Allah di bawah pimpinan Usamah. Mengapa tidak akan dilakukannya, dia pula yang telah membaiat Abu Bakr dan mengakuinya sebagai pengganti Rasulullah. Abu Bakr pun menjalankan kewajibannya terhadap Umar, dipilihnya ia sebagai wazir-nya, sebagai tangan kanannya, untuk memberikan saran-saran kepadanya seperti kepada Rasulullah dulu. Dengan demikian, hubungan antara kedua orang ini tetap akrab dan penuh keikhlasan, saling menghormati dan bantu-membantu, demi kepentingan Islam dan kaum Muslimin.

Perbedaan pendapat demikian antara dua tokoh ini dengan pasukan Usamah masih terjadi dalam menghadapi pendukung-pendukung Rumawi di bagian utara Semenanjung Arab, yaitu tatkala kabilah-kabilah Abs dan Zubyan yang berdekatan dengan Medinah tak mau menunaikan zakat. Abu Bakr berpendapat akan memerangi mereka, dan menangkis alasan mereka yang menentang pendapatnya dengan mengatakan:
"Demi Allah, orang keberatan menunaikan zakat kepada saya, yang dulu mereka lakukan kepada Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam, akan saya perangi."
Umar termasuk orang yang menentangnya dan yang berpendapat mengambil jalan damai dengan mereka yang enggan membayar zakat itu dan lebih baik meminta bantuan mereka dalam memerangi kaum pembangkang. Umar begitu keras dalam membela pendapatnya itu sehingga kata-katanya agak tajam ditujukan kepada Abu Bakr: "Bagaimana kita akan memerangi orang yang kata Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam; 'Aku diperintah memerangi orang sampai mereka berkata: Tiada tuhan selain Allah dan Muhammad Rasul-Nya. Barang siapa berkata demikian, darah dan hartanya dijamin, kecuali dengan alasan, dan masalahnya kembali kepada Allah." Tantangan Umar itu dijawab oleh Abu Bakr dengan mengatakan: "Demi Allah, saya akan memerangi siapa saja yang memisahkan salat dengan zakat. Zakat adalah kewajiban harta. Dan dia sudah berkata: 'sesuai dengan kewajiban zakat.'" Dengan perbedaan pendapat yang demikian rupa, dengan tanggung jawab sepenuhnya yang harus dipikulkan ke bahu Abu Bakr dalam memerangi mereka yang enggan membayar zakat dan berhasil mengalahkan mereka, persahabatan antara keduanya tidak berubah. Umar tetap mendampingi Abu Bakr dengan berjuang dalam barisan Muslimin. Dia memang laki-laki yang penuh disiplin, dan Abu Bakr memang yang bertanggung jawab dalam urusan negara. Umar berkewajiban memberikan pendapat kepadanya, dan menjadi kewajibannya menaati segala perintah Khalifah, dan semua ini sudah dilakukannya.

Kemudian ia tetap sebagai wazir-nya, sebagai tangan kanannya yang patuh dan menghargai pendapatnya. Abu Bakr berhasil menghadapi mereka yang menolak membayar zakat, dan keberhasilan ini merupakan bukti yang nyata ketepatan pendapatnya dan kebijakan politiknya. Tentang Umar mengenai hal ini ada disebutkan bahwa ia berkata: "Sungguh, apa yang saya saksikan ini ternyata Allah memang telah melapangkan dada Abu Bakr dalam menghadapi perang, maka saya tahu bahwa dia benar." Sesudah keberhasilan ini, tak ada lagi orang menentang maksud Abu Bakr hendak memerangi kaum pembangkang di seluruh Semenanjung Arab. Barangkali Muslimin sekarang melihat bahwa laki-laki yang telah mendampingi Rasulullah selama dua puluh tahun itu telah mendapat tiupan semangat Rasulullah sehingga ia dapat melihat dengan cahaya Allah, dengan nur ilahi, yang tak terlihat oleh orang lain, dan mendapat ilham yang tak
diperoleh orang lain.
Pasukan Muslimin kini berangkat di bawah pimpinan Amr bin al- As dan Khalid bin al-Walid ke tempat suku Quda'ah dan Banu Asad untuk menghadapi kaum murtad dan mengembalikan mereka kepada agama Allah yang sebenarnya. Sudah tentu umat Islam merasa lega melihat bantuan Allah kepada pasukan-Nya yang berjuang di jalan Allah. Umar tetap mendampingi Abu Bakr dengan memberikan pendapatnya dan bersama-sama mengurus politik negara.

Share this article :
 
TEMPLATE ASWAJA| Umar Bin Khattab - All Rights Reserved