Tawanan perang dipulangkan kepada keluarga masing-masing
Tak ada pemuka-pemuka dan orang-orang bijak yang segera metnenuhi seruan Umar itu. Kalau mereka saja sudah enggan lebih-lebih lagi masyarakat umum tentunya. Sejenak Umar mengangguk-angguk, kemudian kembali ke tempatnya semula di Masjid. Orang banyak pun masih berturut-turut meneruskan acara baiat tadi. Lepas isya baru mereka bubar. Tinggal Umar malam itu yang masih terus berpikir. Pagi-pagi keesokannya ia kembali ke tempatnya di Masjid. Orang pun masih meneruskan acara pembaiatannya.
Sementara itu terdengar suara azan untuk salat lohor. Tak lama kemudian setelah Umar keluar dari tempat itu ia berseru kepada orang banyak dengan suaranya yang menggelegar, memerintahkan mereka untuk membebaskan semua tawanan Perang Riddah (kaum murtad) dan mengembalikan kepada keluarga-keluarga mereka, dengan mengemukakan alasan: "Saya tidak ingin melihat adanya tawanan perang menjadi kebiasaan di kalangan Arab."
Mendengar perintah itu mata mereka terbelalak melihat kepada Umar. Satu sama lain mereka saling bertanya: Apa maksudnya!? Kaum Muslimin memang sudah menawan orang-orang Arab tawanan Perang
Riddah sesuai dengan perintah Abu Bakr tatkala ia mengumumkan ke seluruh Semenanjung Arab dengan perintah kepada setiap panglima agar menyerukan orang murtad kembali kepada Islam. Yang menolak supaya diperangi, dan jangan membiarkan orang yang masih kuat; mereka supaya dibakar dengan api dan dibunuh habis, semua perempuan dan anak cucu mereka supaya ditawan. Dengan perintah itu adakah maksud Umar hendak menentang Abu Bakr dan akan berjalan sendiri tanpa menghiraukan tuntunannya? Ataukah karena dia melihat orang masih malas-malas ketika diminta berangkat bersama Musanna lalu ia mau membujuk orang-orang Arab dari berbagai kabilah untuk membantu Musanna? Apa pun masalahnya, perintah yang baru dalam politik negara boleh kita pikirkan dalam-dalam dan perlu dipertanyakan.
Sebenarnya sedikit sekali Umar tidur dalam dua malam setelah kematian Abu Bakr itu. Orang masih berdatangan meneruskan baiat untuk menghormati Abu Bakr dan wasiatnya. Tetapi pemuka-pemuka mereka masih tidak puas dengan sikap Umar yang begitu keras, dan di antara mereka memang ada yang mempunyai ambisi kekuasaan. Suatu pemerintahan tidak akan stabil jika dalam menjalankan politiknya para pemikirnya tidak dilibatkan. Keadaan memang sangat pelik untuk membiarkan segalanya kepada waktu, dan Umar cukup dengan hanya berdoa kepada Allah supaya orang mencintainya dan dia mencintai mereka.
Kalau dia tak dapat menanganinya dengan tegas, pemerintahan akan menjadi kacau. Bahwa dia sudah mengeluarkan perintah agar tawanan perang dikembalikan kepada keluarga masing-masing dan untuk mengambil hati kabilah-kabilah Arab yang dulu menjauhinya karena sikapnya yang keras itu, jangan diragukan lagi biarlah politik ini diteruskan.



