Nama lengkapnya Ahmad An-Nashir Lidinillah. Ia adalah khalifah
Bani Abbasiyah ke-34 (1180-1225 M). Dalam lembaran sejarah, ia juga sering
dikenal dengan Abu Al-Abbas bin Al-Mustadhi Biamrillah. Khalifah yang lahir pada
Senin, 10 Rajab 553 H ini, dilantik menggantikan ayahnya, Al-Mustadhi, pada 2
Dzulqa'dah 576 H.
Khalifah An-Nashir merupakan khalifah yang memerintah
dalam kurun paling lama, yaitu hampir 46 tahun. Masa pemerintahannya diwarnai
dengan kestabilan dan kemuliaan serta keagungan. Tak satu pun yang melakukan
pemberontakan kecuali berhasil ditaklukkannya.
Masa pemerintahannya yang lama dan stabil itu tak
lepas dari siasat dan kecerdikannya. Ia selalu menjalin persahabatan tanpa
pandang bulu dengan para sulthan yang sebenarnya menjadi lawan politiknya. Tak
satu pun masalah yang tak diketahui oleh khalifah.
Khalifah An-Nashir juga adala sosok pemberani dan
cerdik. Ia mempunyai mata-mata di Irak dan wilayah-wilayah lain yang berada
dalam kekuasaannya.
Namun demikian, ibarat pepatah, tak ada gading yang
tak retak. An-Nashir dikenal juga cenderung melakukan tindakan kontroversial dan
juga berpihak kepada Syiah Imamiyah. Padahal perbuatan ini tak dilakukan oleh
para khalifah sebelumnya.
Ketika An-Nashir diangkat menjadi khalifah, ia
mengirimkan utusan kepada Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi dan kembali mengangkatnya
menjadi sultan. Pada 575 H, saat Sultan Shalahuddin memakai nama Al-Malik
An-Nashir, dia mendapat teguran dari Khalifah An-Nashir karena nama tersebut
telah dipakai oleh sang khalifah.
Pada 583 H, terjadi beberapa pembebasan wilayah.
Sultan Shalahuddin berhasil menaklukkan sejumlah wilayah Syam yang sebelumnya
berada di tangan orang-orang Eropa. Peristiwa terbesar adalah pembebasan Al-Quds
yang sebelumnya dikuasai Eropa selama 91 tahun.
Pada 589 H, Sultan Shalahuddin meninggal dunia.
Diutuslah seorang utusan ke Baghdad dengan membawa baju besi perang Shalahuddin
dan kudanya serta uang satu dinar dan tiga puluh dirham.
Pada 606 H, orang-orang Eropa berhasil menguasai
Konstantinopel. Mereka mengusir orang-orang Romawi dan menguasai wilayah itu
hingga 660 H. Setelah itu mereka dikalahkan kembali oleh orang-orang Romawi.
Akhirnya Konstantinopel mendapatkan cahaya dengan datangnya Islam.
Khalifah An-Nashir meninggal dunia pada 622 H. Menurut
banyak riwayat, ia meninggal karena keracunan air yang diminumnya sehingga
mengganggu saluran kantong kemihnya.
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni