Brigade Khalid bin Walid adalah yang terkuat dari antara sebelas brigade yang dibentuknya. Anggotanya terdiri atas para pejuang pilihan dari Muhajirin dan Ansar. Dan barangkali Khalid sendiri yang memilih mereka. Nanti akan kita lihat bahwa dalam Perang Riddah mereka telah benar-benar berjuang mati-matian. Kemudian dalam menghadapi Irak dan Syam perjuangan mereka juga tiada taranya, tiada celanya.
Khalid bin Walid panglima genius dan Pedang Allah Tidak heran jika demikian keadaan brigade yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Allah telah memberi karunia berupa bakat kepadanya, seperti yang diberikan kepada Iskandar Agung, Jengiz Khan, Julius Caesar, Hannibal dan Napoleon. Ia seorang pahlawan lapangan yang berani dan nekat, penilaiannya cepat dan tepat, tak pernah mundur menghadapi bahaya, pandai mengelak dan menyerang dalam perang. Sudah banyak orang yang menyaksikan kejelian dan kehebatannya di medan perang.
Rasulullah pernah memberikan gelar Saifullah "Pedang Allah" kepadanya tatkala ia memimpin pasukan di Mu'tah setelah terbunuhnya Zaid bin Harisah, Ja'far bin Abi Talib dan Abdullah bin Rawahah. Dalam menghadapi pasukan Rumawi ia pandai mengelak dan menyerang, kemudian ia berbalik dan dapat melepaskan diri dengan selamat. Meskipun tidak membawa kemenangan, tetapi juga tidak dalam kekalahan yang memalukan. Khalid Saifullah selalu berada dalam medan pertempuran sampai akhir hayatnya.
Sebelum menganut Islam Khalid adalah seorang pahlawan Kuraisy yang ditakuti dan penunggang kuda yang hebat. Dalam Perang Badr, Uhud dan Khandaq ia masih berada dalam barisan kaum musyrik. Ia mempunyai sifat-sifat seorang prajurit yang berwatak kasar, cenderung pada kekerasan dan mengandalkan kekuatan.
Kalau tidak karena punya penilaian yang tepat dan cepat, wataknya akan membahayakan dirinya sendiri. Tak pernah ia gentar menghadapi lawan di medan perang, tak pernah takut kepada siapa pun. Ketika Rasulullah pergi ke Mekah dalam menunaikan umrah setelah Perjanjian Hudaibiyah kemudian kembali ke Medinah, di hadapan orang-orang Kuraisy Khalid berkata: "Bagi orang berpikiran sehat sudah jelas sekarang bahwa Muhammad bukan tukang sihir dan bukan penyair. Yang dikatakannya itu ialah firman Allah seru sekalian alam. Sudah seharusnya orang yang punya hati nurani akan mengikutinya."
Pernah terjadi diskusi dia dengan Ikrimah bin Abi Jahl, tetapi tak sampai terjadi kekerasan karena khawatir akan akibatnya. Dalam pertemuan itu Abu Sufyan tidak hadir. Tetapi ketika mendengar Khalid sudah masuk Islam, dipanggilnya Khalid dan ditanya: Benarkah demikian?
Khalid menjawab bahwa memang benar, dia sudah masuk Islam dan bersaksi tentang kerasulan Muhammad. Abu Sufyan berang, lalu katanya: "Demi Lat dan Uzza, kalau aku tahu apa yang kaukatakan itu benar, sebelum Muhammad tentu kaulah yang akan kumulai." Tetapi sebagai orang yang punya harga diri Khalid menjawab dengan nada keras: "Demi Allah, orang suka atau tidak, sungguh dia benar." Khalid lalu pergi ke Medinah. la segera mendapat tempat di hati Muslimin sebagai seorang panglima perang. Ketika terjadi perang Mu'tah, dialah Pedang Allah di sana, dan Pedang Allah sesudah itu. Di tangannya Allah memberi kemenangan atas Irak dan Syam dan menundukkan Persia dan imperium Rumawi, dua adikuasa yang menguasai dunia saat itu. Tidak heran jika Abu Bakr menempatkannya untuk memimpin brigadenya yang paling tangguh. Tidak pula heran jika juga Khalid yang harus menghadapi perang Riddah dan yang sesudahnya, seperti yang akan kita uraikan nanti lebih lanjut.
Di sadur dari buku : Abu Bakar