Dimana-mana kita melihat dan membaca ungkapan Marhaban ya Ramadhan. Kata Marhaban ya Ramadhan adalah kata seru yang kita gunakan untuk menggambarkan kegembiraan kita, kesediaan jiwa kita untuk menyambut bulan Ramadhan.
Banyak cara yang dilakukan oleh masyarakat islam untuk menyambut Bulan Ramadhan. Dahulu di negara kita ini ada ribuan lampu-lampu khusus untuk menyambutnya yang di gantungkan di pekarangan-pekarangan Rumah. Di Timur tengah mereka juga membuat kue-kue khusus untuk menyambut bulan Ramadhan, seperti halnya kita di indonesia.
Itu semua bagus akan tetapi yang lebih penting adalah mempersiapkan jiwa kita untuk menyambutnya. Mempersiapkan diri kita dengan mengucapkan Marhaban ya Ramadhan. Seakan-akan kita mengatakan Hati kami lapang menyambutmu,hati kami siap untuk menerima bekal dalam rangka perjalanan menuju ALLAH.
Dalam perjalanan islam, Puasa tidak di maksudkan untuk menyiksa diri, puasa tidak di maksudkan untuk mengabaikan sisi fisik kita, memang kita manusia terdiri dari Rohani dan jasmani, kita manusia bukan juga malaikan dan syetan. Ada keseimbangan yang harus kita ciptakan dalam kegiatan kita termasuk di bulan Ramadhan ini antara sisi Jasmani dan Rohani.
Dulu Nabi Musa As. ketika bermunajat kepada ALLAH dia tenggelam dalam kerohanian sehingga dia bagaikan tidak berpijak lagi di bumi. Allah menegur musa dengan satu cara yakni dengan bertanya apa itu di tangan kanan mu ya Musa. maka Nabi Musa terhentak dan sadar. Bahwa dia memegang tongkat dan tongkatnya itu diuraikannya untuk tujuan-tujuan tertentu.
Demikian seseorang tidak harus menempatkan sisi jasmaninya dalam kegiatan-kegiatan ibadahnya. Itu juga sebabnya dalam Al Qur'an kita menemukan bahwa walaupun dalam konteks berpuasa kita tidak boleh makan, minum dan melakukan berhubungan suami istri. Tetapi kita di larang untk berpuasa terus menerus tanpa berpuasa. Kita di larang menyambung puasa sehari ke hari yang lainnya tanpa makan sesuatu.
Kita juga dianjurkan untuk makan sahur agar jasmani kita tetap sehat dan untuk itu pula agar rohani kita lebih sehat. Dulu pada masa sahabat ada orang-orang yang menduga bahwa di malam hari bulan puasa. tidak di benarkan melakukan hubungan suami istri maka turun firman ALLAH yang menyatakan
"Allah menghalalkan untuk kamu untuk melakukan suami istri karena istri-istrimu adalah pakaian untuk kamu dan kamu adalah pakaian untuk mereka."
Demikianlah keseimbangan antara jasmani dan Rohani harus di hidupkan dalam diri umat Muslim.
Banyak cara yang dilakukan oleh masyarakat islam untuk menyambut Bulan Ramadhan. Dahulu di negara kita ini ada ribuan lampu-lampu khusus untuk menyambutnya yang di gantungkan di pekarangan-pekarangan Rumah. Di Timur tengah mereka juga membuat kue-kue khusus untuk menyambut bulan Ramadhan, seperti halnya kita di indonesia.
Itu semua bagus akan tetapi yang lebih penting adalah mempersiapkan jiwa kita untuk menyambutnya. Mempersiapkan diri kita dengan mengucapkan Marhaban ya Ramadhan. Seakan-akan kita mengatakan Hati kami lapang menyambutmu,hati kami siap untuk menerima bekal dalam rangka perjalanan menuju ALLAH.
Dalam perjalanan islam, Puasa tidak di maksudkan untuk menyiksa diri, puasa tidak di maksudkan untuk mengabaikan sisi fisik kita, memang kita manusia terdiri dari Rohani dan jasmani, kita manusia bukan juga malaikan dan syetan. Ada keseimbangan yang harus kita ciptakan dalam kegiatan kita termasuk di bulan Ramadhan ini antara sisi Jasmani dan Rohani.
Dulu Nabi Musa As. ketika bermunajat kepada ALLAH dia tenggelam dalam kerohanian sehingga dia bagaikan tidak berpijak lagi di bumi. Allah menegur musa dengan satu cara yakni dengan bertanya apa itu di tangan kanan mu ya Musa. maka Nabi Musa terhentak dan sadar. Bahwa dia memegang tongkat dan tongkatnya itu diuraikannya untuk tujuan-tujuan tertentu.
Demikian seseorang tidak harus menempatkan sisi jasmaninya dalam kegiatan-kegiatan ibadahnya. Itu juga sebabnya dalam Al Qur'an kita menemukan bahwa walaupun dalam konteks berpuasa kita tidak boleh makan, minum dan melakukan berhubungan suami istri. Tetapi kita di larang untk berpuasa terus menerus tanpa berpuasa. Kita di larang menyambung puasa sehari ke hari yang lainnya tanpa makan sesuatu.
Kita juga dianjurkan untuk makan sahur agar jasmani kita tetap sehat dan untuk itu pula agar rohani kita lebih sehat. Dulu pada masa sahabat ada orang-orang yang menduga bahwa di malam hari bulan puasa. tidak di benarkan melakukan hubungan suami istri maka turun firman ALLAH yang menyatakan
"Allah menghalalkan untuk kamu untuk melakukan suami istri karena istri-istrimu adalah pakaian untuk kamu dan kamu adalah pakaian untuk mereka."
Demikianlah keseimbangan antara jasmani dan Rohani harus di hidupkan dalam diri umat Muslim.
Mutiara Hati SCTV
M. Quraish Shihab
M. Quraish Shihab
Post a Comment