Walid bin Yazid bin Abdul Malik dilahirkan pada 90 Hijriyah.
Ketika ayahnya, Yazid bin Abdul Malik, diangkat sebagai khalifah, Walid baru
berusia 11 tahun. Seperti dituturkan At-Tabari dalam Tarikh Al-Umam wa Al-Muluk,
ketika diangkat menjadi khalifah, Yazid bin Abdul Malik ingin mengangkat
putranya, Walid sebagai putra mahkota. Namun saat itu Walid masih belum cukup
usia. Yazid terpaksa mengangkat saudaranya, Hisyam bin Abdul Malik sebagai cikal
penggantinya. Sedangkan Walid sebagai putra mahkota kedua.
Ternyata, Yazid masih hidup hingga putranya cukup
usia. Yazid sangat menyesal karena terlanjur mendahulukan saudaranya daripada
putranya sendiri. Menurut riwayat, ia pernah berkata, "Tuhanlah yang menjadi
hakim antara aku dan orang-orang yang telah menjadikan Hisyam sebagai pemisah
antara aku dan engkau."
Begitu Yazid meninggal, Hisyam naik tahta sebagai
khalifah kesepuluh Daulah Umayyah. Sudah bisa ditebak, terjadi pertentangan
antara Khalifah Hisyam dan keponakannya, Walid bin Yazid. Apalagi beberapa ahli
sejarah menyebutkan, akhlak Walid tidak terlalu baik. Ia sering minum-minuman
keras dan berfoya-foya.
Kisah buruk tentang Khalifah Yazid ini tentu saja
tidak bisa diterima begitu saja. Ketika terjadi pertentangan antara dua keluarga
itu, tentu peluang menjelek-jelekkan nama baik musuh sangat besar.
Selama pemerintahan Hisyam, Walid lebih banyak
menghabiskan waktunya di luar Damaskus. Ketika Khalifah Hisyam bin Abdul Malik
meninggal dunia, Walid sedang berada di Azrak, utara Damaskus. Ia segera kembali
ke Damaskus dan dibaiat menjadi khalifah kesebelas Khalifah Bani Umayyah. Saat
itu usianya sekitar 39 tahun.
Kebijakan pertama yang ia lakukan adalah
melipat-gandakan bantuan kepada orang-orang buta dan tua yang tidak memiliki
keluarga untuk merawatnya. Ia menetapkan anggaran tersendiri untuk membiayai
masalah itu. Ia juga memerintahkan untuk memberikan pakaian kepada orang-orang
miskin.
Pertentangan antara keluarga Yazid bin Abdul Malik dan
Hisyam bin Abdul Malik agaknya tidak berhenti ketika keduanya meninggal. Ketika
berkuasa, Yazid menangkapi orang-orang yang dianggap dapat membahayakan
kekuasaannya, termasuk keluarga Hisyam. Ketika terjadi penangkapan besar-besaran
itu, Yazid bin Walid bin Abdul Malik sempat melarikan diri. Secara diam-diam,
Yazid berhasil menghimpun kekuatan. Ia pun dibaiat oleh keluarga Yamani di
daerah Syria dan Palestina.
Mengetahui ada gerakan yang akan membahayakan
kekuasaannya, Khalifah Walid bin Yazid segera mengerahkan pasukan untuk
menghancurkan pasukan Yazid. Namun terlambat, pasukan Yazid lebih dahulu
bergerak menuju istana. Khalifah Walid terkepung. Pada detik-detik menentukan
itu, sebagian besar pasukan andalannya justru bersatu dengan musuh.
Khalifah Walid segera melarikan diri ke kediamannya.
Namun sepuluh orang di antara pasukan musuh berhasil menemukan persembunyiannya.
Ketika dikepung ia sempat berkata, "Bukankah aku telah memberikan hadiah kepada
kalian? Bukankah aku telah meringankan beban kalian yang berat? Bukankah aku
telah memberi makan orang-orang fakir di antara kalian?"
Mereka yang mengepungnya menjawab, "Kami tidak
membencimu dari diri kami sendiri. Kami mengepungmu karena engkau terlalu banyak
melanggar batasan-batasan aturan Allah. Engkau minum minuman keras, menikahi
istri ayahmu dan melecehkan perintah Allah."
Ia meninggal pada usia 40 tahun, dan kepalanya
dipancung. Ia memerintah selama satu tahun dua bulan 22 hari saja.
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni