Umm Ziml ini anak perempuan Umm Qirfah yang terbimuh pada masa Nabi dengan mengerikan sekali. Zaid bin Harisah ketika itu sedang berhadapan dengan Banu Fazarah di Wadi Qurrah. Banyak anak buahnya yang mengalami luka dan Zaid sendiri luka berat dan dibawa langsung ke Medinah. Setelah sembuh oleh Rasulullah ia dikirim kembali kepada Banu Fazarah memimpin suatu pasukan. Banyak yang terbunuh, luka-luka dan tertawan dari pihak lawan. Umm Qirfah Fatimah bint Badr ini termasuk di antara yang ditawan. Dalam pertempuran pertama, dialah yang menyebabkan Zaid mengalami luka berat itu. Setelah perempuan itu tertangkap diperintahkan supaya dibunuh. Tetapi pembunuhan itu dilakukan secara kasar. Konon katanya kakinya diikatkan pada unta kemudian masing-masing unta dilepas ke arah yang berlawanan sehingga dia sobek. Anaknya, Umm Ziml ditawan yang oleh Aisyah Ummulmukminin kemudian dibebaskan dan lama ia tinggal bersama, kemudian ia pulang kembali ke kabilahnya. Tetapi kematian ibunya tetap terbayang di matanya selama ia belum mendapat jalan untuk menuntut balas.
Setelah terjadi Perang Riddah, ia juga menjadi murtad, dan dalam mengadakan balas dendam, untuk memuaskan hatinya, sisa-sisa kabilah yang masih berserakan ikut pula membantunya.
Di kalangan masyarakatnya Umm Qirfah ini cukup dihormati dan mempunyai kedudukan yang kuat. Dia bibi Uyainah bin Hisn dan istri Malik bin Huzaifah; anak-anaknya menjadi kebanggaan Banu Fazarah. Kalau ia mau menjarah kabilah lain ia pergi dengan seekor unta memelopori kaumnya di depan. Setelah ia mati untanya di tangan Umm Ziml. Kedudukan anaknya di tengah-tengah kaumnya itu juga sama dengan kedudukan ibunya. Sesudah sisa-sisa kabilah yang pernah memerangi Abu Bakr dan Khalid itu bergabung dengan dia, ia berangkat dengan mengerahkan dan membakar semangat mereka untuk bersama-sama memerangi Khalid, termasuk ke dalamnya orang-orang gelandangan, sehingga mereka merupakan sebuah kelompok besar dan kuat. Melihat keadaan ini, Khalid yang memang mengintai kaum pembangkang sambil mengumpulkan zakat dan berusaha menenteramkan keadaan itu, sekarang harus berangkat menghadapi mereka.
Di sadur dari buku : Abu Bakar