Kepemimpinannya Adalah Penaklukan, Hijrahnya Adalah Kemenangan, Keteladanannya Adalah Rahmat, Download Gratis Film Umar Bin Khattab 30 Episode di sini http://omar.collectionfree.com

Delegasi Muslimin kepada Yazdigird

0 comments

Delegasi Muslimin kepada Yazdigird

Adakah dengan suratnya itu Umar bermaksud supaya Sa'd mengirim utusan kepada Rustum atau kepada Yazdigird? Dan ke mana sebenarnya utusan-utusan itu pergi? Beberapa sumber masih berbeda pendapat. Sebagian berpendapat bahwa para utusan itu berbicara dengan Rustum. Setelah misi itu gagal terjadilah peristiwa Kadisiah. Yang sebagian lagi berpendapat bahwa utusan-utusan itu pergi sebagai delegasi kepada Yazdigird di Mada'in lalu mengalami kegagalan, maka terjadi peristiwa Kadisiah. Sumber ketiga mengatakan, bahwa para utusan itu terlebih dulu menemui Rustum, sesudah tak berhasil, baru mereka pergi sebagai delegasi menemui Yazdigird, tetapi untuk meyakinkannya ini juga'tidak lebih berhasil. Maka kembalilah mereka dari Mada'in untuk bergabung dengan saudara-saudaranya pasukan Muslimin dalam menyerang Kadisiah.

Kemungkinan delegasi pasukan Muslimin itu pergi kepada Yazdigird di Mada'in sebelum Rustum bertemu dengan siapa pun di Kadisiah. Waktu itu Rustum masih di Sabat, tak jauh dari Mada'in, seperti yang sudah kita lihat. la belum pergi ke Kadisiah untuk menghadapi Sa'd dan pasukannya di tepi seberang Sungai Furat. Rustum memang memperlambat kepergiannya sesuai dengan politik yang sudah disebutkannya kepada Yazdigird. Oleh karena itu, tatkala ia sampai di Sabat dengan perjalanan pasukannya itu ia merasa sudah cukup untuk menanamkan rasa aman dalam hati penduduk Sawad, begitu juga mengirimkan pasukannya untuk penduduk Hirah dan kota-kota lain yang tersebar di hilir sampai ke hulu Sawad dengan mengecam mereka karena kepercayaan mereka yang masih goyah akan kekuatan kerajaannya dan karena ketakutan mereka kepada Arab. Ia menjanjikan mereka akan menceraiberaikan orang-orang Arab itu dan mencampakkan mereka ke Sahara Semenanjung, dan jangan sekali-kali mereka bermimpi hendak kembali ke Irak lagi.

Kebalikannya Sa'd bin Abi Waqqas, ia harus melaksanakan perintah Umar. Oleh karena itu ia mengirim delegasi yang terdiri dari orang-orang cerdik pandai, bijaksana dan berani kepada Yazdigird. Di antara mereka an-Nu'man bin Muqarrin, Furat bin Hayyan, al-Asy'as bin Qais, Amr bin Ma'di Karib, al-Mugirah bin Syu'bah, al-Mu'anna bin Harisah dan yang lain semacamnya. Mereka mendapat perintah agar mengajaknya kepada Islam. Kalau ia menolak maka akan terjadi perang.

Bilamana delegasi itu sudah sampai di Mada'in, penduduk kota itu tak habis heran melihat mereka kurus-kurus, diperhatikannya sosok mereka, dari pakaian yang terjuntai di bahu, cambuk di tangan dan sandal di kaki, sampai kepada kuda yang begitu lemah menapak tanah dengan kakinya. Mereka bertanya-tanya antara sesama mereka: Bagaimana mereka berani memerangi kita, berambisi mengalahkan kita dan menyerbu ibu kota kita?!
Delegasi itu meminta izin hendak menghadap Yazdigird. Setelah ia memanggil para menteri dan bermusyawarah dengan mereka, delegasi itu diizinkan masuk. Dengan sikap sombong dan angkuh ia berkata kepada mereka: "Apa yang mendorong kalian datang ke negeri ini? Adakah kalian nekat mendatangi kami karena kami sedang sibuk dengan urusan kami sendiri?" Nu'man bin Muqarrin menjawab dengan menyebutkan bahwa Allah telah mengutus seorang rasul dari kalangan Arab dengan membawa wahyu dari Allah, dan diajaknya ia masuk Islam.

"Kalau Tuan-tuan menolak harus membayar jizyah, dan kalau masih juga menolak maka akan terjadi perang." Dan ditutup dengan mengatakan: "Kalau Tuan-tuan menerima agama kami, kami tinggalkan bagi Tuan-tuan Kitabullah yang akan dapat Tuan-tuan jadikan pegangan dan menjalankan hukum atas dasar itu. Kami tidak akan mencampuri urusan Tuan-tuan. Tuan-tuan sendiri yang mengurus negeri Tuan-tuan ini. Kalau Tuan-tuan membayar jizyah kewajiban kami melindungi segala kepentingan Tuan-tuan."
Berat sekali dirasakan oleh Yazdigird mendengar kata-kata semacam itu. Tetapi dia memilih cara yang lebih arif dan bijaksana disertai ketabahan hati: "Kami tfdak melihat ada suatu bangsa di dunia ini yang lebih malang, lebih kecil jumlahnya dan paling sering bertengkar seperti kalian ini," katanya kemudian. "Kami telah mengangkat kalian sebagai wakil kami di daerah-daerah pinggiran untuk menjaga dan melindungi kalian. Janganlah Persia sampai menyerbu kalian dan janganlah berambisi hendak melawan mereka. Kalaupun jumlah kalian besar, janganlah kalian tertipu oleh jumlah yang besar. Kalau kalian terpaksa harus bekerja keras, kami sudah menentukan bahan makanan untuk kesejahteraan kalian, kami hormati pemimpin-pemimpin kalian, kami beri kalian pakaian dan kami angkat seorang raja atas kalian untuk menyantuni kalian."

Mendengar kata-kata itu delegasi tersebut diam. Tetapi Mugirah berdiri dan berkata: "Paduka Raja, mereka itu pemimpin-pemimpin dan pemuka-pemuka Arab. Mereka orang-orang terhormat yang mempunyai rasa malu sebagai orang-orang terhormat. Orang yang menghormati dan menghargai hak mereka hanya orang yang terhormat. Tidak semua yang mereka bawa itu sudah mereka katakan, dan tidak semua yang Tuan katakan mereka jawab. Berikanlah jawaban Tuan kepada saya, supaya mereka menjadi saksi atas segala yang saya sampaikan Tuan. Mengenai keadaan yang begitu buruk di pihak kami, memang seperti yang Tuan katakan, bahkan lebih buruk dari itu..." Kemudian disebutkannya mengenai penderitaan hidup orang-orang Arab, dan Allah telah mengutus seorang rasul kepada mereka seperti dikatakan Nu'man bin Muqarrin tadi. 

Kemudian katanya: "Tuan pilihlah, mana yang lebih Tuan sukai: membayar jizyah, pedang atau menyerahkan diri demi keselamatan Tuan."
Mendengar itu Yazdigird sudah tklak sabar lagi. "Kalau bukan karena utusan itu tidak boleh dibunuh, kubunuh kalian. Sudah, selesai!" katanya berang. Kemudian ia minta dibawakan tanah dan berkata:
"Bawalah ini kepada pemimpin mereka kemudian seretlah ia sampai keluar dari pintu Mada'in. Kembalilah kalian kepada pemimpin kalian dan beritahukan bahwa saya akan mengirim Rustum kepadanya agar ia menguburnya dan mengubur kalian di parit Kadisiah, setelah itu ia akan mendatangi negeri kalian, ia akan membuat kalian kewalahan, kalian akan lebih hebat mengalami kehancuran daripada yang kalian alami
dari Shapur."

Delegasi itu tidak merasa takut karena kemarahan Yazdigird atau akan merasa gentar menghadapi ancamannya. Malah Asim bin Amr berdiri dan mengangkat sendiri tanah itu ke bahunya seraya berkata:
"Sayalah pemimpin mereka!" Lalu ia pergi membawa tanah itu keluar dari Iwan (balairung) Kisra. Setelah itu ia menaiki kudanya dan pergi bersama kawan-kawannya menuju Kadisiah. Begitu sampai ia menemui Sa'd di benteng Fudaik dan menceritakan semua kejadian itu dan bagaimana sampai ia membawa tanah Persia itu seraya berkata: "Ini berita bagus. Allah telah memberikan kunci kerajaan mereka kepada
kita."

Mengenai segala yang terjadi antara Yazdigird dengan delegasi Sa'd itu, semua sejarawan Arab sependapat. Tak ada perbedaan di antara mereka selain mengenai kata-kata dalam dialog kedua pihak.
Beberapa orientalis berpendapat, bahwa cerita-cerita itu baru belakangan ditulis orang — kalaupun tidak mengenai intinya, sekurang-kurangnya detailnya. Mengenai detail ini, hanya sebagian kecil saja yang kita kutip di sini. Orientalis-orientalis tersebut mengatakan demikian dengan alasan, bahwa para sejarawan Muslimin itu tidak membuang kesempatan bahwa setiap ada delegasi Muslimin yang berhubungan dengan pihak Majusi dan Nasrani, dari juru bicara mereka selalu mengalir kata-kata tentang orang Arab sebelum Islam serta bagaimana permusuhan dan pertentangan di antara mereka; tentang penderitaan mereka, sampai kemudian Allah mengutus seorang rasul kepada mereka, memberi petunjuk dan agama yang benar: Maka mereka pun dipersatukan, dilepaskan dari kelaparan. Allah telah memberikan kepada mereka kemakmuran yang tak pernah dikenal oleh leluhur mereka. Padahal ada di antara kaum Muslimin itu yang sebelum Islam dulu sudah hidup makmur dan berkecukupan, seperti penduduk Yaman dan penduduk di sepanjang pantai Teluk Persia. Kata-kata semacam itu oleh kalangan sejarawan itu dikaitkan kepada Muslimin yang hijrah ke Abisinia di masa Nabi, yaitu ketika diundang oleh Najasyi dan ditanya tentang sebab-sebab alasan mereka meninggalkan agama yang dianut masyarakatnya.

Hal demikian juga dikaitkan dengan Muslimin yang pergi ke Irak di masa Abu Bakr, kemudian yang hampir serupa terjadi juga dengan Khalid bin Walid ketika bertemu dengan Georgius, panglima Rumawi dalam Perang Yarmuk. Hal seperti itu sekarang oleh mereka dikaitkan lagi kepada delegasi dalam pertemuannya dengan Yazdigird. 

Bukankah semua ini menunjukkan bahwa kata-kata semacam itu baru belakangan saja dikarang orang untuk maksud-maksud politik, dan yang dikatakan Muslimin yang mula-mula dulu itu sebagai propaganda Islam di satu segi, dan di segi lain untuk memperkuat kekuasaan amirulmukminin? Selanjutnya kalangan orientalis itu menambahkan — untuk memperkuat kritik mereka — bahwa para sejarawan Muslimin itu tidak segan-segan membawa cerita-cerita yang lebih menyerupai dongeng. Di antaranya Yazdigird memanggil pembesar-pembesarnya dan memanggil juga Rustum dari Sabat dengan menceritakan kepada mereka pertemuannya dengan delegasi Muslimin itu, dan katanya ia menganggap pemimpin mereka orang pandir, bodoh, karena telah membawa tanah di atas kepalanya. Kalau mau, dapat saja ia menyuruh yang orang lain.
Lalu kata Rustum kepadanya: Dia tidak pandir, juga bukan pemimpin mereka. Tetapi dia bermaksud mempertaruhkan diri demi masyarakatnya. Dari apa yang didengarnya itu Rustum kemudian meramal. Dia keluar dari tempat Raja dengan perasaan marah bercampur sedih. Soalnya, karena dia seorang peramal bintang-bintang sudah menunjukkan, bahwa orang1orang yang keluar dari Mada'in membawa tanahnya berarti mereka keluar akan membawa bumi Persia. Untuk menjaga akibat ramalan ini, setelah mereka pergi ia memanggil seseorang dan katanya: "Kalau tanah itu dapat disusul dan dikembalikan kepada kita, kita akan dapat mengatasi masalah. Kalau sampai mereka berhasil membawanya kepada pemimpin mereka, berarti mereka akan menguasai bumi kita." Sesudah ternyata orang itu tak dapat menyusul mereka, Rustum bertambah pesimis dan menganggap pendapat dan perbuatan Raja itu sangat keji.
Tetapi, sungguhpun begitu ia dapat menentang Raja tatkala ia diperintahkan pergi mengadakan serangan kepada pasukan Muslimin. Ketika itu Yazdigird berkata kepadanya: "Berangkatlah; kalau tidak saya sendiri yang akan berangkat." Rustum berangkat dari Sabat, dengan memerintahkan Jalinus di barisan depan memimpin 40.000 prajurit, dan dia sendiri mernimpin 60.000, dengan menempatkan Hormuzan di sayap kanan, dan di sayap kiri Mehran Bahram Razi. Kemudian ia menulis surat kepada saudaranya, Bendawan: "Maka perkuatlah benteng-benteng kalian dan persiapkanlah kekuatan kalian, sehingga seolah-olah pasukan Arab itu sudah memerangi negeri dan keluarga kalian. Saya berpendapat mereka harus dicegah dan dilawan sehingga keberuntungan mereka akan berbalik menjadi kekalahan." Setelah menerangkan apa yang telah dilihatnya dalam ramalan nujum ia menyudahi suratnya dengan mengatakan: "Saya kira mereka akan mengalahkan kita dan menguasai segala milik kita." Kendatipun begitu ia meneruskan perjalanannya seolah-olah takdir sudah memaksanya untuk menghancurkan Persia, termasuk dia sendiri.
Kalangan orientalis itu menganggap sumber tentang penujuman ini sebagai khayalan kosong, dan menganggapnya untuk memperkuat bantahannya tentang cerita para sejarawan Muslimin mengenai apa yang terjadi antara delegasi Sa'd dengan Yazdigird. Saya tidak begitu cenderung dengan pendapat mereka, tetapi juga tidak merasa begitu perlu menuduh mereka.
Bahwa kaum Muslimin dahulu itu mengatakan kepada musuh-musuh mereka mengenai perpecahan dan segala kelemahan yang mereka alami sebelum Islam, dan kemudian mereka menjadi umat yang bersatu dan kuat sesudah bergabung ke dalam panji Islam, dan mereka berbicara tentang diutusnya Rasulullah yang membawa agama dan prinsip-prinsip yang luhur, karena memang itulah yang sebenarnya maka mereka menjadi kuat dan bersatu. Jika memang demikian keadaannya, tidak heran dan kemudian tidak perlu mereka mengarang-ngarang cerita untuk maksud-maksud politik atau apa pun. Agama ini memang suatu revolusi terhadap kepercayaan-kepercayaan dan sistem yang berlaku di tanah Arab, Persia dan Rumawi waktu itu. 

Dan memang menjadi suatu revolusi yang universal yang dibawa oleh pengemban risalah itu untuk disampaikan kepada segenap umat manusia serta mengajak mereka kepada prinsip-prinsip yang dibawanya. Sudah menjadi kewajiban mereka pula yang sudah beriman kepada ajarannya dan menjadi pengikutnya untuk meneruskan dan kemudian menyampaikan ajarannya itu. Dalam menyampaikan ajaran Islam, Rasulullah sudah menulis kepada Heraklius, kepada Kisra, kepada raja-raja dan pemimpin- pemimpin yang lain, yang sekaligus mengajak mereka. Tidak heran jika umat Islam kemudian mengikuti jejaknya, dan berbicara mengenai agama mereka di mana pun mereka berada, dan kepada setiap orang yang berhubungan dengan mereka. Itu hal yang wajar sekali waktu itu.
Tokoh-tokoh revolusi Prancis berbicara tentang itu dan menyiarkannya ke mana pun mereka pergi di muka bumi ini. Mereka berbicara tentang penindasan dan kezaliman Prancis sebelum revolusi, serta kekuasaan, kehormatan dan kedudukan yang diperoleh Prancis sesudah itu, karena prinsip-prinsip ideologinya yang luhur. Demikian juga di Rusia, yang masih terus mereka lakukan. Jadi tidak heran jika kaum Muslimin berbicara tentang agama mereka, dengan menyebutkan keadaan yang begitu buruk sebelumnya dan berjayanya kedudukan mereka sesudah itu. Yang mengherankan justru kalau mereka tidak melakukannya! Bagaimana orang beriman akan tidak mengajak orang pada yang diimaninya kalau ia yakin bahwa itu benar, dan yakin pula bahwa orang yang mendiamkan kebenaran adalah setan bisu! Bagaimana seorang mukmin yang melihat dasar-dasar kebahagiaan umat manusia dalam prinsip-prinsip yang dianutnya itu tidak mengajak orang lain untuk itu, kalau memang sudah itu yang menjadi keimanannya.
Kalau mereka juga yakin dengan prinsip-prinsip tersebut tugasnya terhadap mereka sudah dijalankannya, dan itulah yang menjadi dasar persaudaraan yang sebenarnya antara dia dengan mereka, dan dasar kebebasan, kebahagiaan dan keislaman mereka. Tentang pendapat yang mengatakan bahwa penujuman itu lebih menyerupai dongeng, rasanya tidak perlu saya ikut berbicara lebih dalam, karena saya tidak mengerti soal nujum, juga saya tidak tahu sampai sejauh mana ilmu itu dapat mengantarkan kita kepada seluk beluk bumi tempat kita hidup ini, dan peristiwa-peristiwa apa yang terjadi di sana. Tetapi masih banyak orang yang mempercayainya dan menganggap bahwa ilmu nujum itu dapat mengantarkan orang pada hal-hal yang gaib. Bagaimanapun juga, yang sudah pasti orang-orang Persia masa itu merupakan orang yang paling banyak mempercayai perbintangan dan menjadikannya pegangan dalam kehidupan, dari kaum terpandangnya sampai orang-orang awam. Mereka tidak menganggap ilmu itu cerita takhayul. Dalam menentukan pasti tidaknya peristiwa-peristiwa itu, sudah menjadi suatu keharusan bagi seorang sejarawan, bahwa yang akan dijadikan ukurannya bukanlah sampai berapa jauh hal-hal dan segala pendapat itu sesuai atau tidak dengan penilaiannya secara pribadi, tetapi yang menjadi ukuran dalam menentukan keabsahannya adalah kepercayaan dan pandangan masyarakat pada waktu peristiwa-peristiwa itu terjadi. Bahwa orang-orang Persia pada zaman itu mempraktekkan ilmu nujum, besar sekali dugaan bahwa para komandan pasukannya juga sangat besar perhatiannya pada masalah itu.

Menurut sumber yang sudah umum diketahui, bahwa Rustum sendiri seorang ahli ilmu nujum, dan bahwa dengan itu ia sudah melihat apa yang akan terjadi terhadap Persia. Ambisi dan kesombongannya itulah yang membuatnya menentang apa yang dilihatnya itu, dan dalam mengurus negeri ia bersekutu dengan Boran. Kepergiannya memimpin pasukan untuk menghadapi Sa'd bin Abi Waqqas dan pasukan Muslimin adalah atas perintah Yazdigird.

Share this article :
 
TEMPLATE ASWAJA| Umar Bin Khattab - All Rights Reserved