Demikianlah cerita tentang Sajah bint Haris. Seperti saya sebutkan di atas, yang memang aneh sekali ceritanya. Adakah yang lebih aneh daripada petualangannya yang keluar dari Mesopotamia untuk memerangi Abu Bakr, kemudian begitu cepat membatalkan niatnya setelah berbicara dengan Malik bin Nuwairah. Setelah itu berbalik pergi ke Yamamah hendak menemui Musailimah lalu kawin dengan laki-laki itu dan kembali lagi ke daerahnya, dan selanjutnya tinggal dengan sesama kaumnya seolah ia tak pernah keluar dari lingkungannya itu dan tak pernah kawin dengan orang luar!
Tetapi apa yang terjadi dengan Musailimah lebih aneh lagi. Kalaupun benar ia telah kawin dengan perempuan itu, tentu itu merupakan suatu bukti kemahirannya dalam politik serta kepandaiannya merajuk hati orang. Ia sudah ingin melepaskan diri dari Sajah gurta melapangkan jalan dalam memerangi kabilah-kabilah di sekitarnya dan Muslimin yang diutus oleh Abu Bakr untuk memeranginya. Dilihatnya perempuan itu begitu lemah dan sifat betinanya cukup menggoda hatinya. Setelah perempuan itu menyerah dan mengikutinya, ditinggalkannya begitu saja.
Sebenarnya pembicaraan perempuan ini dengan Malik bin Nuwairah kemudian dengan rekannya yang mengaku nabi itu, membuktikan bahwa di samping ia pandai membaca sajak-sajak mantra dalam kapasitasnya sebagai dukun, juga sebagai perempuan ia sangat lemah lembut. Kebalikannya Musailimah, seorang laki-laki bersosok kecil, kerdil, tampangnya tidak menarik selain tutur katanya yang manis, tidak banyak tertarik pada perempuan atau pada kecantikannya. Oleh karena itu, salah satu ketentuan yang diterapkan pada kaumnya ialah barang siapa mempunyai anak laki-laki tak boleh ia mendekati istrinya kecuali jika anak itu mati. Kalau anaknya meninggal, ia boleh mencampuri istrinya untuk memperoleh anak lagi. Maka barang siapa sudah mempunyai anak laki-laki, semua perempuan diharamkan buat dia!
Di sadur dari buku : Abu Bakar