Kepemimpinannya Adalah Penaklukan, Hijrahnya Adalah Kemenangan, Keteladanannya Adalah Rahmat, Download Gratis Film Umar Bin Khattab 30 Episode di sini http://omar.collectionfree.com

Ali Bin Abi Thalib R.A Wafat Karena Di bunuh oleh Abdurrahman bin Muljam

0 comments

Allah s.w.t. rupanya telah mentakdirkan bahwa Imam Ali r.a. harus meninggal karena
pembunuhan pada waktu subuh tanggal 17 Ramadhan, tahun 40 Hijriyah. Ketika Imam Ali r.a.
sedang menuju masjid, sesudah mengambil air sembahyang untuk melakukan shalat subuh,
tiba-tiba muncul Abdurrahman bin Muljam dengan pedang terhunus. Imam Ali r.a. yang
terkenal ulung itu tak sempat lagi mengelak. Pedang yang ditebaskan Abdurrahman tepat
mengenai kepalanya. Luka berat merobohkannya ke tanah. Imam Ali r.a. segera diusung
kembali ke rumah.

Saat itu semua orang geram sekali hendak melancarkan tindakan balas dendam terhadap Ibnu
Muljam. Tetapi Imam Ali r.a. sendiri tetap lapang dada dan ikhlas, tidak berbicara sepatahpun
tentang balas dendam. Tak ada isyarat apa pun yang diberikan ke arah itu. Semua orang yang
berkerumun di pintu rumahnya merasa sedih. Mereka berdoa agar Imam Ali r.a. dilimpahi
rahmat Allah yang sebesar-besarnya dan dipulihkan kembali kesehatannya. Semua mengharap
semoga ia dapat melanjutkan perjuangan menghapus penderitaan manusia.

Beberapa orang sahabat Imam Ali r.a. mendatangkan tabib terbaik di Kufah. Seorang tabib yang
berpengalaman mengobati luka, bernama Atsir Ibnu Amr bin Hani. Setelah memeriksa luka-luka
di kening, dengan hati cemas dan suara putus asa, Atsir memberi tahu: "Ya Amiral Mukminin, berikan sajalah apa yang hendak anda wasiyatkan. Pukulan orang terkutuk itu mengenai
selaput otak anda."

Imam Ali r.a. tidak mengeluh. Ia menyerahkan nasib sepenuhnya kepada Allah s.w.t. Ia
memanggil dua orang puteranya: Al Hasan r.a. dan Al Husein r.a. Dari seluruh hidupnya yang
penuh dengan pengalaman-pengalaman pahit dalam perjuangan menegakkan kebenaran Allah
dan Rasul-Nya, Imam Ali r.a. menarik pelajaran-pelajaran yang sangat tinggi nilainya. Hal itu
dituangkan dalam wasiyat yang diberikan kepada putera-puteranya beberapa saat sebelum
meninggalkan dunia yang fana ini.

Abu Ja'far Muhammad bin Jarir At Thabariy dalam Tarikh-nya dan Abu Faraj Al Ashfahaniy
dalam Maqatilut Thalibiyyin masing-masing mengetengahkan wasiyat Imam Ali r.a. sebagai
berikut:
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa tanpa sekutu apapun bagi-Nya, dan
bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, diutus membawa hidayat dan agama
yang benar, untuk dimenangkan atas agama-agama lain, walau kaum musyrikin tidak
menyukainya. Kemudian shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semuanya kupersembahkan
kepada Allah, Tuhan penguasa alam semesta, tanpa sekutu apa pun bagi-Nya. Itulah yang
diperintahkan kepadaku, dan aku ini adalah orang muslim pertama.

"Kuwasiyatkan kepada kalian berdua supaya tetap bertaqwa kepada Allah. Janganlah kalian
mengejar-ngejar dunia walau dunia mengejar kalian, dan janganlah menyesal jika ada sebagian
dunia itu lepas meninggalkan kalian. Katakanlah hal-hal yang benar dan
berbuatlah untuk memperoleh pahala akhirat. Jadilah kalian penentang orang dzalim dan
pembela orang madzlum."

"Kuwasiyatkan kepada kalian berdua, kepada semua anak-anakku, para ahlu-baitku, dan kepada
siapa saja yang mendengar wasiyatku ini, supaya senantiasa bertaqwa kepada Allah. Hendaknya
kalian mengatur baik-baik urusan kalian dan jagalah hubungan persaudaraan di antara kalian.
Sebab aku mendengar sendiri Rasul Allah s.a.w. mengatakan: Memperbaiki dan menjaga baikbaik
hubungan persaudaraan antara sesama kaum muslimin lebih afdhal daripada sembahyang
dan puasa umum. Ketahuilah, bahwa pertengkaran itu merusak agama, dan ingatlah bahwa tak
ada kekuatan apa pun selain atas perkenaan Allah. Perhatikanlah keadaan sanak famili kalian
dan eratkan hubungan dengan mereka, Allah akan melimpahkan kemudahan kepada kalian di
hari perhitungan kelak."

"Allah…, Allah, perhatikanlah anak-anak yatim. Janganlah mereka itu sampai kelaparan dan
jangan sampai kehilangan hak. Aku mendengar sendiri Rasul Allah s.a.w. berpesan: Barang
siapa mengasuh anak yatim sampai ia menjadi kecukupan, orang itu pasti akan dikaruniai sorga
oleh Allah. Sama halnya seperti siksa neraka yang pasti akan ditimpakan Allah kepada orang
yang memakan harta anak yatim."

"Allah…, Allah, perhatikanlah Al-Qur'an, jangan sampai kalian kedahuluan orang lain dalam
mengamalkannya. Allah…, Allah…, perhatikanlah tetangga-tetangga kalian, sebab mereka itu
adalah wasiyat Nabi kalian. Sedemikian sungguhnya beliau mewasyiatkan, sampai kami
menduga bahwa beliau akan menetapkan hak waris bagi mereka. Allah…, Allah…, perhatikanlah
rumah Allah, masjid Al-Haram, janganlah kalian tinggalkan selama kalian masih hidup. Sebab
jika sampai kalian tinggalkan, kalian tidak akan dipandang orang. Barang siapa selalu dekat
kepadanya, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Allah…, Allah…, peliharalah
shalat baik-baik, sebab shalat itu amal perbuatan yang paling mulia dan merupakan tiang
agama kalian. Allah…, Allah…, tunaikanlah zakat sebagaimana mestinya, sebab zakat itu
meniadakan murka Allah. Allah…, Allah…, laksanakanlah puasa bulan Ramadhan, sebab puasa
itu merupakan penutup jalan ke neraka."

"Allah…, Allah…, berjuanglah di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Hanya ada dua
macam saja orang yang berjuang di jalan Allah, yaitu seorang pemimpin yang memberikan
bimbingan dan orang yang patuh kepada pemimpin serta mengikuti kebenaran pimpinannya.
Allah..., Allah…, jagalah baik-baik keturunan Nabi kalian, jangan sampai mereka dianiaya orang
di depan mata kalian. Jagalah baik-baik para sahabat Nabi yang tidak mengada-adakan bid'ah
mungkar, dan yang tidak melindungi orang yang mengada-adakan bid'ah mungkar. Sebab Rasul
Allah s.a.w. telah memberi wasiyat tentang mereka itu, dan mengutuk orang dari mereka atau
orang yang bukan mereka, yang mengada-adakan bid'ah mungkar dan mengutuk pula orangorang
yang memberi perlindungan kepada mereka."

"Allah…, Allah…, perhatikanlah para fakir miskin. Ikut sertakan mereka dalam kehidupan kalian.
Allah…, Allah…, jagalah baik-baik wanita kalian dan para hamba sahaya kalian, sebab Rasul
Allah s.a.w. mewasiyatkan supaya kalian menaruh perhatian kepada dua golongan lemah itu,
yaitu kaum wanita dan para hamba sahaya."

Setelah berhenti sebentar untuk memulihkan tenaga yang semakin melemah, Imam Ali r.a.
melanjutkan:
"Dalam menjalankan kewajiban terhadap Allah, janganlah kalian takut dicela orang lain. Allah
akan melindungi dan menyelamatkan kalian dari orang-orang yang hendak berbuat jahat
terhadap kalian. Berkatalah baik-baik kepada semua orang sebagaimana telah diperintahkan
Allah kepada kalian. Janganlah kalian lengah meninggalkan amr ma'ruf dan nahi mungkar, agar
Allah tidak melimpahkan kekuasaan kepada orang-orang yang berperangai jahat. Sebab dalam
keadaan seperti itu doa kalian tidak akan dikabulkan lagi."

"Hendaknya kalian saling berhubungan erat, saling tolong-menolong dan saling bercinta-kasih.
Janganlah kalian saling memutuskan hubungan, saling bertolak belakang atau bercerai-berai.
Hendaknya kalian saling bantu-membantu dalam kebajikan dan taqwa, dan janganlah salingbantu
dalam berbuat dosa dan permusuhan."

"Bertaqwalah kalian kepada Allah, karena sesungguhnya siksa Allah itu sangat berat. Semoga
Allah senantiasa menjaga dan memelihara kalian, hai para ahlul-bait. Allah melestarikan Nabi
s.a.w. melalui kalian. Kuucapkan selamat tinggal sebaik-baiknya kepada kalian dan kuucapkan
pula Assalaamu'alaikum wa rahmatullahi wabarakaatuh…"

Ibnul Atsir meriwayatkan, bahwa sesudah Imam Ali r.a. menyampaikan wasiyat tersebut kepada
Al Hasan r.a. dan Al Husin r.a., ia menoleh kepada puteranya yang lain, Muhammad Ibnul
Hanafiyah, lalu bertanya: "Apakah engkau sudah memahami benar-benar apa yang
kuwasiyatkan kepada kedua orang saudaramu?"
"Ya," jawab Muhammad Ibnul Hanafiyah.
"Kepadamu juga kuwasiyatkan," kata Imam Ali r.a. meneruskan: "hal yang sama seperti itu.
Kuwasiyatkan juga supaya engkau selalu menghormati dua orang saudaramu yang besar itu.
Janganlah mereka kautinggalkan dalam urusan apa pun."

Selesai menekankan hal itu kepada Muhammad Ibnul Hanafiyah, Imam Ali r.a. menambahkan
wasiyatnya kepada Al Hasan r.a. dan Al Husein r.a. "Kuwasiyatkan kepada kalian berdua supaya
menjaga dia (Muhammad Ibnul Hanafiyah) dengan baik. Sebab dia itu saudara kalian sendiri dan
putera ayah kalian. Kalian tahu benar, bahwa ayah kalian juga mencintai dia…"
Imam Ali r.a. mengulangi ucapannya tentang Abdurrahman bin Muljam. Kepada Al Hasan r.a.
Imam Ali r.a. berkata: "Perhatikanlah orang yang memukulku. Berilah ia makan seperti
makananku dan minuman seperti minumanku!"

Sumber

Buku : Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a.
Oleh : H.M.H. Al Hamid Al Husaini
Share this article :

Post a Comment

 
TEMPLATE ASWAJA| Umar Bin Khattab - All Rights Reserved