Kepemimpinannya Adalah Penaklukan, Hijrahnya Adalah Kemenangan, Keteladanannya Adalah Rahmat, Download Gratis Film Umar Bin Khattab 30 Episode di sini http://omar.collectionfree.com

Teror Abdul Rahman bin Muljam

0 comments

Sekelompok orang-orang Khawarij berkumpul memperbincangkan nasib sanak famili dan temanteman
mereka yang telah mati terbunuh dalam berbagai peperangan. Mereka berpendapat,
bahwa tanggung-jawab atas terjadinya pertumpahan darah selama ini harus dipikul oleh tiga
orang: Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sufyan dan Amr bin Al Ash. Tiga orang itu oleh
mereka disebut dengan istilah "pemimpin-pemimpin yang sesat".

Salah seorang di antara yang sedang berkumpul itu, bernama Albarak bin Abdullah. Ia bangkit berdiri sambil berkata: "Akulah yang akan membikin beres Muawiyah bin Abi Sufyan!"
Teriakan Albarak itu diikuti oleh Amr bin Bakr dengan kata-kata: "Aku yang membikin beres
Amr bin Al Ash!"
Abdurrahman bin Muljam tak mau ketinggalan. Ia berteriak: "Akulah yang akan membikin beres
Ali bin Abi Thalib!"

Tiga orang tersebut kemudian bersepakat untuk melaksanakan pembunuhan dalam satu malam
terhadap tiga orang calon korban: Imam Ali r.a., Muawiyah bin Abi Sufyan dan Amr bin Al Ash.
Terdorong oleh kekacauan aqidah dan semangat balas dendam, tiga orang Khawrij itu bertekad
hendak cepat-cepat melaksanakan rencana mereka.

Berangkatlah Abdurrahman bin Muljam meninggalkan Makkah menuju Kufah. Setibanya di
Kufah, ia singgah di rumah salah seorang teman-lamanya. Di situ ia bertemu dengan seorang
gadis bernama Qitham binti Al Akhdar. Paras gadis ini elok dan cantik. Tidak ada gadis lain di
daerah itu yang mengungguli kecantikan parasnya. Ayah dan saudara lelaki Qitham adalah
orang-orang Khawarij yang mati terbunuh dalam perang Nehrawan.

Waktu melihat kecantikan gadis itu, Abdurrahman bin Muljam sangat terpesona dan tergiur
hatinya. Dengan terus terang ia bertanya kepada Qitham, bagaimana pendapat gadis jelita itu
kalau ia mengajukan lamaran untuk dijadikan isteri. Qitham ketika itu menyahut: "Maskawin
apa yang dapat kauberikan kepadaku?"
"Terserah kepadamu, apa yang kauinginkan," jawab Abdurrahman bin Muljam.
"Aku hanya minta supaya engkau sanggup memberi empat macam," sahut gadis itu
menjelaskan: "Uang sebesar 3.000 dirham, seorang budak lelaki dan seorang budak perempuan
dan kesanggupanmu membunuh Ali bin Abi Thalib!"

Mengenai permintaanmu yang berupa uang 3.000 dirham, seorang budak lelaki dan seorang
budak perempuan, aku pasti dapat memenuhinya," jawab Abdurrahman, "tetapi tentang
membunuh Ali bin Abi Thalib, bagaimana aku bisa menjamin?"
"Engkau harus bisa mengintai kelengahannya," ujar Qitham. "Jika engkau berhasil membunuh
dia, aku dan engkau akan bersama-sama merasa lega dan engkau akan dapat hidup disampingku
selama-lamanya!"

Sebenarnya, sebelum Abdurrahman bertemu dengan Qitham binti Al Akhdar, ia sudah mulai
bimbang melaksanakan niat membunuh Imam Ali r.a. Sebab, tidaklah mudah bagi dirinya
melaksanakan pembunuhan itu. Perbuatan itu merupakan tindakan petualangan yang
berbahaya bagi keselamatan jiwanya. Tetapi suratan takdir rupanya mengendaki supaya
Abdurrahman lebih bertambah berani, hilang keraguannya dan nekad berbuat dosa yang amat
jahat. Tampaknya takdir membiarkan tangan Abdurrahman nyelonong bagaikan anak-panah
terlepas dari busurnya. Secara kebetulan ia seolah-olah digiring singgah ke rumah teman
lamanya dan dipertemukan dengan seorang gadis bernama Qitham! Setelah terjadi
pembicaraan tentang maskawin, akhirnya Abdurrahman mernberikan jawaban terakhir: "Permintaanmu tentang pembunuhan Ali bin Abi Thalib akan kupenuhi."

Sebagaimana tersebut di atas tadi Al-Barak bin Abdullah, Amr bin Bakr dan Abdurrahman bin
Muljam, telah sepakat hendak melasanakan pembunuhan serentak dalam satu malam, pada
waktu subuh. Tetapi terjadi satu kebetulan yang agak aneh juga, karena tragedi yang
ditimbulkan oleh tiga orang komplotan tersebut ternyata berakhir dengan akibat yang
berlainan.

Amr bin Al-Ash secara kebetulan tidak mengalami nasib seperti yang dialami temannya. Cerita
tentang peristiwanya itu sebagai berikut: "Pada malam terjadinya peristiwa itu, Amr bin Al-Ash
merasa terganggu kesehatannya. Ia tidak keluar bersembahyang di masjid dan tidak juga untuk
keperluan lainnya. Ia memerintahkan seorang petugas keamanan, bernama Kharijah bin
Hudzafah, supaya mengimami shalat subuh jama'ah sebagai penggantinya. Amr bin Bakr
menduga, bahwa Kharijah itu adalah Amr bin Al-Ash. Amr bin Bakr segera menyelinap dan
mendekat, kemudian Kharijah ditikam dengan senjata tajam. Seketika itu juga Kharijah
meninggal dan Amr bin Bakr sendiri tertangkap basah. Waktu dihadapkan kepada Amr bin Al-
Ash, ia (Amr bin Al Ash) berkata kepadanya : 'Engkau menghendaki nyawaku, tetapi Allah
ternyata menghendaki nyawa Kharijah bin Hudzafah!' Setelah itu ia memerintahkan supaya Amr
bin Bakr segera dibunuh."

Adapun Muawiyah yang menjadi sasaran Al-Barak bin Abdullah, pada saat ia sedang lengah,
ditikam oleh Al-Barak. Mujur bagi Muawiyah. Ia tidak mati, sebab tikaman itu hanya mengenai
samping pantatnya. Hal itu dimungkinkan karena sejak terbukanya permusuhan antara Imam Ali
r.a. dengan dirinya, Muawiyah selalu mengenakan baju berlapis besi. Al-Barak tertangkap dan
ia dihadapkan kepada Muawiyah.

Mengenai peristiwa ini terdapat penulisan sejarah yang agak berlainan. Abu Faraj Al-Ashfahaniy
mengatakan: "Waktu Al-Barak dihadapkan kepada Muawiyah, ia berkata: "Aku membawa berita
untukmu." Muawiyah bertanya: "Berita Apa?"

Al-Barak lalu menceritakan apa yang pada malam itu dilakukan oleh dua orang temannya.
"Malam itu…," katanya, "…Ali bin Abi Thalib akan mati dibunuh. Biarlah aku kau tahan dulu. Jika
benar ia mati terbunuh, terserahlah apa yang hendak kau lakukan terhadap diriku. Tetapi jika
ternyata ia tidak berhasil dibunuh, aku berjanji kepadamu, akulah yang akan membunuhnya.
Lantas aku akan kembali lagi kepadamu menyerahkan diri. Selanjutnya terserah hukuman apa
yang akan kau jatuhkan atas diriku!"

Al-Barak lalu ditahan oleh Muawiyah. Setelah terdengar berita tentang terbunuhnya Imam Ali
r.a., Al-Barak dibebaskan.
Sumber riwayat lain mengatakan dengan pasti, bahwa waktu Al-Barak dihadapkan kepada
Muawiyah, seketika itu juga Muawiyah memerintahkan supaya Al-Barak segera dibunuh.

Sumber

Buku : Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a.
Oleh : H.M.H. Al Hamid Al Husaini
Share this article :

Post a Comment

 
TEMPLATE ASWAJA| Umar Bin Khattab - All Rights Reserved