Kepemimpinannya Adalah Penaklukan, Hijrahnya Adalah Kemenangan, Keteladanannya Adalah Rahmat, Download Gratis Film Umar Bin Khattab 30 Episode di sini http://omar.collectionfree.com

Ke Nehrawan

0 comments

Untuk berusaha menginsyafkan kaum Khawarij yang sudah mulai berangkat ke Nehrawan guna mempersiapkan pemberontakan bersenjata, Imam Ali r.a. cepat-cepat menulis surat kepada
mereka, dibawa oleh seorang kurir. Dalam surat tersebut Imam Ali r.a. menjelaskan seperti
yang sudah pernah dikemukakan dalam khutbah-khutbahnya. Sebelum menutup suratnya
dengan kata-kata "Wassalaam", Imam Ali r.a. menegaskan ajakannya: "Seterimanya surat ini,
hendaknya kalian segera kembali kepada kami. Kami sudah siap untuk berangkat menghadapi
musuh kami dan musuh kalian, dan kami tetap memegang pimpinan seperti semula!"

Surat Imam Ali r.a. itu cepat dijawab oleh kaum Khawarij dengan penuh ejekan dan tuduhan
tak semena-mena: "Engkau marah bukan karena Allah. Engkau marah hanya karena dirimu
sendiri! Allah tidak akan menyelamatkan tipu-daya orang-orang yang berkhianat!"

Setelah membaca surat jawaban Khawarij yang seperti itu, Imam Ali r.a. putus harapan
mengajak mereka bersatu kembali. Tadinya ia berniat hendak berangkat menghadapi pasukan
Muawiyah di Shiffin, tetapi sekarang..., apa boleh buat! Daripada tertusuk dari belakang, lebih
baik kaum Khawarij "dibenahi" lebih dahulu. Usaha memberi pengertian sudah ditempuh.
Mengajak bersatu kembali telah dicoba. Ajakan untuk berjuang lagi melawan pasukan Syam
sudah ditolak. Bahkan mereka sekarang siap mengacungkan pedang. Bahaya harus ditanggulangi
satu demi satu. Yang lebih ringan perlu disingkirkan lebih dulu.

Sekarang Imam Ali r.a. merobah niat semula. Menangguhkan perlawanan terhadap pasukan
Syam dan menumpas kaum Khawarij lebih dulu. Pasukan disiapkan untuk berangkat mengejar
kaum Khawarij. Lalu Imam Ali r.a. mengucapkan amanat yang berisi petunjuk dan komando:
"Barang siapa meninggalkan perjuangan dan menjauhi perintah Allah, ia berada di tepi jurang
bahaya, sampai Allah sendiri menyelamatkan dengan rahmat-Nya. Oleh karena itu, hai para
hamba Allah, bertaqwalah kalian semua kepada-Nya. Perangilah orangorang yang bertindak
memerangi kaum pengemban Amanat Allah. Perangilah mereka yang mengubah agama Allah,
orang-orang yang tidak mau mengerti Kitab Allah, dan tidak mau mengerti isyarat-isyarat Al-
Qur'an, yaitu mereka yang tidak mau melihat persoalan dari sudut agama. Mereka itu
sesungguhnya orang-orang yang belum begitu lama memeluk agama Islam."

"Demi Allah," kata Imam Ali r.a. seterusnya, "seandainya mereka itu sampai dapat menguasai
kalian, mereka pasti akan berbuat seperti Kisra dan Kaisar (raja-raja Persia dan Romawi).
Berangkatlah sekarang dan siap bertempur. Aku sudah mengirim utusan ke Bashrah agar
saudara-saudara yang ada di sana bergabung dengan kalian. Insya Allah, mereka akan segera
datang!"

Waktu Imam Ali r.a. bersama sejumlah pasukan pengejar berangkat, kaum Khawarij sudah
sampai di sebuah pedusunan yang bernama Harura. Walaupun segalanya telah siap untuk
menumpas pemberontakan bersenjata, tetapi Imam Ali r.a. masih tetap ingin supaya orangorang
Khawarij itu dapat diajak bersatu kembali dan berjuang bersama-sama melawan pasukan
Syam.

Orang-orang yang tergabung dalam kelompok Khawarij itu banyak berasal dari prajurit-prajurit
berpengalaman. Mereka mempunyai keyakinan yang sangat teguh dan keras sekali terhadap
lawan. Lebih-lebih karena mereka semua adalah bekas pengikut Imam Ali r.a. sendiri. Dengan
ketangguhan luar biasa mereka telah menyumbangkan andil besar dalam perjuangan
mematahkan pemberontakan Thalhah dan Zubair. Dalam menghadapi pemberontakan Muawiyah
mereka pun telah memberikan jasanya, walau belum sepenuhnya.

Sudah menjadi kepribadian Imam Ali r.a., bahwa ia tidak melihat orang hanya dari segi
kekurangan dan kesalahannya saja, tetapi juga tidak melupakan kebaikan dan kebenarannya.
Selain itu, walau kelompok Khawarij sekarang berbalik menentang Imam Ali r.a., namun
mereka itu tidak menyeberang atau berfihak kepada Muawiyah. Harus disayangkan, dalam
keadaan sedang genting-gentingnya menghadapi lawan yang kuat, Syam, kelompok yang sangat ekstrim itu hendak menusuk dari belakang atau menggunting dalam lipatan.

Dengan berbagai perasaan yang serba resah seperti itu, Imam Ali r.a. masih ingin mencoba
sekali lagi mengembalikan mereka tanpa kekerasan. Mereka hendak diajak bertukar-fikiran
mengenai masalah gawat yang sedang mencekam perhatian mereka, yaitu "tahkim". Lewat
seorang kurir Imam Ali r.a. minta supaya kaum Khawarij mengirimkan seorang wakil untuk
diajak bertukar-fikiran, dengan jaminan bahwa wakil itu akan dilindungi keamanan dan
keselamatannya.

Dalam permintaannya itu Imam Ali r.a. menyatakan janji, jika hujjah (argumentasi) yang
dikemukakan oleh wakil mereka itu kuat dan benar, Imam Ali r.a. bersedia mohon
pengampunan kepada Allah dan bertaubat atas kesalahannya menerima "tahkim". Sebaliknya,
jika ternyata hujjah Imam Ali r.a. yang kuat dan benar, mereka pun harus bersedia mohon
pengampunan dan bertaubat kepada Allah s.w.t.

Permintaan Imam Ali r.a. dapat disetujui kaum Khawarij. Mereka mengirim Ibnul Kawwa
sebagai wakil. Berlangsunglah diskusi panjang lebar. Masing-masing mengemukakan alasan dan
hujjah untuk memperkuat dan membenarkan pendiriannya sendiri-sendiri. Tetapi akhirnya
dengan mengadu hujjah berdasar Kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya, Ibnul Kawwa tergiring ke
sudut sampai tidak dapat lagi menemukan alasan untuk menyanggah hujjah-hujjah yang
dikemukakan Imam Ali r.a. secara terperinci.

Selesai diskussi, Ibnul Kawwa kembali kepada kaumnya. Dengan jujur Ibnul Kawwa
mengatakan, bahwa berdasar hujjah-hujjah yang dikemukakan, Imam Ali r.a. berada di fihak
yang benar menurut hukum Allah dan sunnah Rasul-Nya. Semua hujjah Imam Ali r.a. wajib
diterima oleh mereka. Demikian kata Ibnul Kawwa kepada kaumnya.

Kaum Khawarij tak dapat menerima hasil diskusi yang telah berlangsung antara Imam Ali r.a.
dengan Ibnul Kawwa. Ibnul Kawwa dikatakan bukan imbangannya untuk berdiskusi dengan
Imam Ali r.a. Ibnul Kawwa tidak boleh diberi kesempatan lagi untuk menghadapi diskusi dengan
Imam Ali r.a., karena ia tidak akan mampu menghadapi hujjah, logika dan kesanggupan berfikir
Imam Ali r.a. Mereka menuntut pertukaran-fikiran seperti itu dihentikan saja.

Kaum Khawarij bersikeras untuk tetap melancarkan pemberontakan bersenjata dan tidak mau
menerima apa yang datang dari Imam Ali r.a. Mereka tetap memandang Imam Ali r.a. sebagai
orang yang sudah murtad dan menjadi kafir karena menerima "tahkim". Oleh karena itu mereka
memandang Imam Ali sebagai orang yang telah keluar dari rel agama dan harus diperlakukan
sebagai musuh Allah! Begitulah pendirian kaum Khawarij yang sudah tidak dapat berubah lagi.
Betapa pilu hati Imam Ali r.a. menghadapi pendirian orang-orang yang kemarin masih menjadi
pendukung dan pembelanya, tetapi hari ini sudah berbalik menjadi lawan yang sangat keras
kepala. Ia sangat menyesal karena mereka sekarang sudah dikuasai oleh fikiran kacau, sampai
mereka buta melihat kebenaran.

Sumber

Buku : Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a.
Oleh : H.M.H. Al Hamid Al Husaini
Share this article :

Post a Comment

 
TEMPLATE ASWAJA| Umar Bin Khattab - All Rights Reserved