Kepemimpinannya Adalah Penaklukan, Hijrahnya Adalah Kemenangan, Keteladanannya Adalah Rahmat, Download Gratis Film Umar Bin Khattab 30 Episode di sini http://omar.collectionfree.com

WAFATNYA IMAM ALI R.A.

0 comments

Sementara Imam Ali r.a. menanggulangi pemberontakan Khawarij di Nehrawan, Muawiyah
meningkakan terus kekuatannya, mengkonsolidasi barisan serta mengokohkan kedudukannya.
Mereka memperoleh waktu yang sangat cukup untuk mempersiapkan peperangan lebih lama
lagi, berkat politik "tahkim" yang disusun oleh arsiteknya, Amr bin Al Ash.

Sebaliknya, dengan muslihat "tahkim" itu, kekuatan Imam Ali r.a. sekarang menjadi berkurang.
Ia ditinggalkan, bahkan dilawan oleh pengikut-pengikutnya sendiri, yang sudah memisahkan diri
sebagai kaum Khawarij. Dalam menumpas gerakan Khawarij, Imam Ali r.a. telah kehilangan
beberapa anggota pasukan yang cukup merugikan, walaupun berhasil mencapai kemenangan.
Imbangan kekuatan yang sekarang sangat menguntungkan fihak Muawiyah difahami benar-benar
oleh para pengikut Imam Ali r.a. Secara diam-diam banyak di antara mereka yang sudah
kejangkitan penyakit putus asa. Belum lagi kita sebutkan besarnya dana yang dihamburkan
Muawiyah untuk membeli pengikut sebanyak-banyaknya. Bagaimana pun juga hal ini besar
pengaruhnya di kalangan para pengikut Imam Ali r.a. yang kurang teguh iman dan
pendiriannya. Kepada para pengikut Imam Ali r.a. yang mau menyeberang, Muawiyah
mengiming-imingkan hadiah berlipat ganda.

Perlawanan terhenti

Selesai perang melawan kaum Khawarij dan sebelum meninggalkan Nehrawan untuk berangkat
melanjutkan perang melawan Muawiyah, Imam Ali r.a. mengucapkan pidato di depan para
pengikutnya. Antara lain ia berkata: "Cobaan Allah yang kalian hadapi telah berakhir dengan
baik. Allah telah memenangkan kalian dengan pertolongan-Nya. Sekarang marilah kita
berangkat untuk menghadapi Muawiyah dan para pendukungnya yang durhaka itu. Mereka yang
meninggalkan Kitab Allah di belakang punggung dan telah menjual-belikannya dengan harga
murah. Alangkah buruknya apa yang telah mereka beli dengan Kitab Allah itu!"

Bagaimana sambutan pengikut Imam Ali r.a. Kali ini Imam Ali r.a. terbentur lagi pada ranjau
yang dipasang oleh Al Asy'ats bin Qeis. Asy'ats ternyata sudah berhasil mempengaruhi banyak
anggota pasukan Imam Ali r.a. supaya meninggalkan barisan, dengan jalan mencari tempattempat
peristirahatan di daerah-daerah yang berdekatan. Alasan yang digunakan dalam
kampanye itu ialah mereka sudah terlampau letih dan sangat perlu beristirahat, untuk
memulihkan tenaga lebih dulu, sebelum bergabung dalam pasukan.

Jasa Asy'ats nampaknya tidak kecil bagi Muawiyah. Tidak keliru rasanya kalau ada sementara
penulis yang mengatakan, bahwa bukan hanya Abu Musa dan kaum Khawarij saja yang berberjasa kepada Muawiyah, tetapi juga Al Asy'ats bin Qeis.

Waktu Imam Ali r.a. mengajak anggota-anggota pasukannya berangkat memerangi Muawiyah,
mereka menjawab sesuai dengan garis yang sudah diletakkan Al Asy'ats: "Ya Amiral Mukminin,
anak panah kami sudah habis, tangan kami sudah terlalu payah, pedang kami banyak yang
patah dan tombak kami sudah tumpul! Biarkanlah kami pulang dulu agar kami dapat
mempersiapkan perbekalan dan perlengkapan yang lebih baik. Mungkin Amirul Mukminin akan
memberi tambahan senjata kepada kami, agar kami lebih kuat dalam menghadapi musuh!"
Sulit mencari orang yang bertabiat keras seperti Imam Ali r.a. tetapi juga sangat sulit mencari
orang yang sabar seperti dia. Sukar mencari orang yang waspada seperti Imam Ali r.a., tetapi
juga sangat sukar mencari orang yang mempercayai sahabat sepenuh hati seperti dia.
Bagaimana harus dibantah, bukankah mereka itu benar-benar baru saja menyelesaikan
peperangan? Jadi alasan mereka itu memang masuk akal! Imam Ali r.a. setuju mereka
beristirahat, tetapi tidak pulang ke rumah masing-masing. Mereka harus diistirahatkan bersama
di suatu tempat, agar setiap saat dapat dikerahkan bila dipandang perlu.

Mereka kemudian diajak oleh Imam Ali r.a. ke sebuah tempat bernama Nakhilah. Selain
menjadi tempat istirahat, Nakhilah juga dijadikan tempat pemusatan pasukan. Kepada semua
pasukan diperintahkan supaya jangan sampai ada yang meninggalkan tempat. Semua pasukan
harus selalu dalam keadaan siaga untuk melanjutkan peperangan melawan pasukan Syam. Jika
anak isteri tidak seberapa jauh dari Nakhilah, boleh saja menjenguk mereka, tetapi jangan
terlalu sering. Masing-masing anggota pasukan diminta supaya selalu siap menantikan saat
keberangkatan ke Shiffin.

Apa yang terjadi?

Ternyata hanya beberapa hari saja mereka tinggal bersama Imam Ali r.a. di Nakhilah. Banyak
sekali yang tanpa izin menyelinap pergi ke Kufah untuk bersenang-senang dengan anak isteri
mereka. Tidak sedikit yang bertebaran ke daerah-daerah sekitar Nakhilah untuk mencari
hiburan dan kesenangan. Imam Ali r.a. ditinggal bersama beberapa orang sahabat terdekat dan
sejumlah pengikut. Akhirnya Imam Ali r.a. dan para sahabat terdekat itu terpaksa
meninggalkan Nakhilah dalam keadaan kosong.

Sejak saat itu perlawanan terhadap Muawiyah praktis terhenti. Kesetiaan pendukungnya sudah
tak dapat diandalkan lagi. Banyak di antara mereka yang mulai terpikat hatinya oleh
kepentingan duniawi yang dinikmati oleh kaum muslimin di Syam. Selain itu banyak juga yang
patah semangat dan kejangkitan penyakit putus asa.

Terhentinya perlawanan menumpas pemberontakan Muawiyah bukan disebabkan ketidak
mampuan Imam Ali r.a., melainkan karena sikap massa yang dipimpinnya sudah goyah dan tidak
mantap, terutama mereka yang berasal dari Kufah. Tanda-tanda akan terjadinya hal yang harus
disayangkan itu, sudah nampak sejak Imam Ali r.a. memasuki kota tersebut. Bahkan beberapa
bulan sebelum itu pun di Madinah Imam Ali r.a. sudah menghadapi bermacam-macam kesulitan,
yaitu sejak pembai'atannya sebagai Khalifah.

Sumber

Buku : Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a.
Oleh : H.M.H. Al Hamid Al Husaini
Share this article :

Post a Comment

 
TEMPLATE ASWAJA| Umar Bin Khattab - All Rights Reserved