Kepemimpinannya Adalah Penaklukan, Hijrahnya Adalah Kemenangan, Keteladanannya Adalah Rahmat, Download Gratis Film Umar Bin Khattab 30 Episode di sini http://omar.collectionfree.com

UMAR BIN KHATTAB MEMULAI TUGASNYA ( Pengosongan Nasrani Najran )

0 comments

Pengosongan Nasrani Najran

Tatkala menerima pergantian itu Umar memperhatikan masalahnya. Dalam hal ini ia menempuh suatu langkah baru. la memerintahkan kepada Ya'la bin Umayyah agar Nasrani Najran itu mengosongkan perkampungan mereka, dengan mengatakan: "Selesaikanlah urusan mereka dan janganlah mereka diganggu dari agama mereka. Keluarkanlah barang siapa yang masih berpegang pada agamanya. Tempatkanlah Muslim, dan berkelilinglah di tempat yang sudah dikosongkan. Kemudian biarlah memilih sendiri tempat lain. Katakan kepada mereka bahwa kita mengeluarkan mereka atas perintah Allah dan Rasul-Nya untuk tidak membiarkan ada dua agama di jazirah Arab. Orang yang masih berpegang pada agamanya hendaklah keluar, kemudian kita beri mereka tanah seperti tanah mereka sebagai pengakuan mereka kepada hak kita, dan memenuhi janji kita memberi perlindungan kepada mereka sebagaimana diperintahkan Allah, menggantikan hubungan mereka dengan tetangga-tetangga penduduk Yaman dan yang lain, yang sudah menjadi
tetangga-tetangga mereka di pedesaan."
Sebagian orang mengira bahwa kebijakan Umar ini melanggar apa yang sudah ditempuh oleh Rasulullah dan diteruskan oleh Abu Bakr. Kalangan orientalis berpegang pada alasan ini untuk menyerang Umar. Tetapi kalangan, sejarawan Muslim mengemukakan beberapa alasan. Rasulullah mengadakan perjanjian dengan umat Kristiani Najran untuk tidak diganggu dari agama mereka "sepanjang mereka memelihara perjanjian itu, beritikad baik dan tidak menjalankan riba." Tetapi ternyata mereka menjalankan riba dengan melipatgandakan; jadi mereka sudah melanggar janji. Maka Umar berhak mengusir mereka dari Semenanjung. Sumber lain menyebutkan bahwa mereka saling berselisih di antara sesama mereka dan setelah perselisihan makin memuncak, mereka meminta kepada Umar agar mereka dikeluarkan dari perkampungan itu. Dan yang lain lagi mengatakan, bahwa setelah kedudukan mereka makin kuat Umar khawatir, maka mereka pun dikeluarkan. Baik sebagian Sumber ini autentik atau semua tidak, menurut hemat saya penyebabnya tidak terletak pada rencana kerja Umax, untuk mengeluarkan mereka dari Semenanjung, tetapi pada ketentuan umum politik negara yang oleh Umar sudah diyakininya, lalu dengan tegas dan adil ia laksanakan.

Untuk melihat ketentuan ini baik kita singkirkan dulu .tuduhan bahwa Umar fanatik, seperti yang dilontarkan kalangan orientalis! Mereka mengatakan itu berdasarkan keyakinan orang masa kita sekarang tentang kebebasan beragama sebagai suatu argumen untuk menyalahkan tindakan Umar. Sudah tentu ini salah sekali, dengan menutup mata pada kenyataan. Kenyataannya pada masa Umar agama merupakan dasar yang paling utama dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka yang berbeda dengan agama masyarakat umumnya, atau yang melawannya, bagi mereka termasuk hukum melawan agama, dan pihak penguasa sah memerangi mereka bahkan wajib. Untuk itu Muhammad diperangi ketika mengajak orang menyembah Allah dan agama Allah, dan karena agama pulalah maka terjadi perang dahsyat antara Rumawi dengan Persia.

Keadaan tetap berjalan demikian di Eropa dan di luar Eropa sampai pada waktu belum berselang lama ini dari zaman kita. Demi agama pula pecah Perang Salib antara Islam dengan Kristen. Untuk itu pula terjadi beberapa tragedi pembantaian antara Katolik dengan Protestan. Rasulullah sudah mengadakan perjanjian dengan kaum Nasrani Najran karena kesatuan politik di Semenanjung ketika itu belum ada. Letak Najran berdekatan dengan Yaman, yang sejak waktu lama sebelum Muhammad dan sebelum Nasrani mereka memang hidup dalam paganisme.

Sesudah Rasulullah wafat dan digantikan oleh Abu Bakr, Yaman termasuk pelopor yang murtad dan memberontak kepada kekuasaan Medinah. Jadi wajar saja Abu Bakr mengadakan perjanjian dengan kaum Nasrani Najran seperti yang dilakukan oleh Rasulullah. Perang Riddah sudah dapat menumpas kaum murtad dan pemberontakannya sekaligus, yang menyebabkan mereka habis kemudian diteruskan dengan perang Irak dan Syam sehingga tergalang persatuan dan kesatuan politik dan kesatuan agama di segenap penjuru Semenanjung, dan semua itu melahirkan sebuah kedaulatan dengan Medinah sebagai ibu kotanya dan kepala pemerintahannya Khalifah Rasulullah. Tatkala Umar memegang kekuasaan, semua faktor penyebab lahirnya perjanjian Najran di masa Nabi dan masa Abu Bakr sudah tak ada lagi. Sekarang tiba saatnya Umar harus memikirkan suatu rencana baru dalam politik negara yang akan dapat menyatukan semua bagian dari utara sampai ke selatan Semenanjung dan Medinah menjadi ibu kotanya yang tak tersaingi.
Bahwa sekarang seluruh kawasan Arab sudah menjadi sebuah negara kesatuan dengan satu agama, dipimpin oleh orang yang sudah disepakati pengangkatannya, maka layak sekali apabila pemimpin ini berusaha membuang semua unsur yang akan mendatangkan kelemahan, di antaranya banyaknya suku bangsa atau agama yang berbagai macam yang mempunyai kekuasaan mutlak pada penduduk. Inilah kenyataan yang berlaku dan tetap berlaku. Kita melihat misalnya macam-macam perjanjian yang diadakan sampai waktu akhir-akhir ini mengenai perpindahan kelompok-kelompok dari jenis ras yang sama ke dalam satu lingkungan yang sama. Atas dasar itu juga suatu bangsa beradab tidak dibenarkan menganut lebih dari satu ketentuan hukum. Hal-hal yang menjadi pegangan Islam tidak sejalan dengan ketentuan-ketentuan yang ada pada agama Kristen. Islam mengharamkan riba, Kristen membolehkan;
Islam mengharamkan minuman keras, Kristen tidak mengharamkan;
dasar Islam tauhid, dasar Kristen trinitas.' Waktu itu ketentuan-ketentuan ini dan yang semacamnya berlaku ketat, orang tak dapat menenggangnya seperti sekarang, atas nama kebebasan beragama atau berkeyakinan. Tidak heran apabila Umar bersikeras tidak mau membiarkan ada dua agama di jazirah Arab. Orang-orang Arab di Semenanjung itu semua menerima dan rela hanya dengan satu agama sejak masa Rasulullah, dan sesudah pernah sebagian murtad pada masa Abu Bakr kemudian kembali lagi. Kesatuan agama itulah yang menjamin ketenteraman dan kuatnya persatuan mereka, dan jangan ada di antara mereka yang tidak seagama yang memberontak, yang akan mengganggu ketenteraman dan merusak persatuan mereka. Itulah yang dilakukannya, dan itu pula sebabnya ia memanggil Ya'la bin Umayyah untuk mengeluarkan
orang-orang Nasrani dari Najran.
Tindakan Umar dalam hal ini patut dipuji, bukan diserang dan disalahkan. Acuan mereka pada apa yang pernah dilakukan oleh kaum mayoritas dari kalangan Katolik atau Protestan ketika mereka menekan lawan sektenya sampai mereka dibunuh dan disiksa dengan berbagai macam cara.
Bahkan pesan pertama yang diberikan Umar kepada Ya'la, jangan sampai. ada orang memperdaya dan menggoda umat Nasrani Najran dari agama mereka; biarkan mereka bebas sepenuhnya, ingin tetap dengan agama mereka atau akan berpindah kepada Islam; mereka agar diberi-tanah yang sama di luar Semenanjung Arab, seperti tanah mereka itu. Dengan demikian mereka tidak dirugikan, dan apa yang dilakukan Umar itu sama seperti yang dilakukan negara-negara beradab dewasa ini, ketika ada suatu golongan atau ras menghadapi pembagian dipindahkan ke tempat golongannya yang mayoritas. Bahaya perselisihan di kalangan mereka dengan tetangga-tetangga tidak akan lebih berbahaya daripada dengan golongan mayoritas yang berada di sekitar mereka.
Sesudah orang tahu Umar mengeluarkan kaum Nasrani Najran, mereka pun yakin bahwa ia akan juga mengeluarkan orang-orang Yahudi dan bukan Muslim lainnya dari Semenanjung Arab. Politik macam ini baru adanya. Tetapi buat mereka bukan sesuatu yang aneh dan tidak heran. Justru yang barangkali lebih aneh buat mereka pengangkatan Abu Ubaid as-Saqafi menjadi komandan pasukan di Irak termasuk adanya orang-orang Medinah dari kaum Muhajirin dan Ansarnya di dalamnya. Dan yang lebih lagi mengherankan mereka pemecatan Khalid bin Walid dari pimpinan militer di Syam. Mereka juga melihat tindakan yang diambil Umar itu tegas dan adil. Mereka ingat posisi Umar dengan Rasulullah dan dengan Abu Bakr, juga
mereka ingat posisi Muslimin dan gentingnya keadaan di Irak dan Syam. Mereka melihat ketika ia berpidato di hadapan mereka. la tidak mementingkan diri sendiri, tetapi semata-mata demi Allah dan demi kepentingan umat. Maka lebih baik mereka menyerahkan persoalan dan tanggung jawab itu ke tangannya. Mereka hanya akan bermohon kepada Allah dengan doa semoga ia berhasil seperti keberhasilan Abu Bakr sebelumnya.
Apa yang dipidatokan Umar itu pengaruhnya tidak kurang dari pandangan-pandangannya yang lain dalam hati mereka. Ketulusan hatinya terpantul dalam kata-katanya. Sikapnya tidak mementingkan diri sendiri tetapi semata-mata demi Allah dan untuk kepentingan umum tampak dari setiap kata yang diucapkannya. Katanya kepada mereka:
"Saya mengharapkan masih akan bersama-sama dengan Saudara-saudara. Sedikit banyak saya akan bekerja atas dasar kebenaran insya Allah. Jangan sampai ada seorang Muslim walaupun sedang dalam dinas militernya yang tidak mendapat haknya dan bagiannya dari harta Allah." Ia juga berkata: "Saya seorang manusia Muslim, seorang hamba yang lemah, kecuali jika dapat pertolongan Allah Yang Mahakuasa. Yang telah memberi kepercayaan kepada saya dalam kekhalifahan ini samasekali tidak akan mengubah perangai saya, insya Allah. Keagungan hanya pada Allah 'Azza wa Jalla. Tak ada seorang hamba pun yang mempunyai keagungan, jangan ada di antara kalian yang akan mengatakan, bahwa sejak pengangkatannya Umar sudah berubah. Saya menyadari hak saya, akan saya kemukakan dan akan saya jelaskan keadaan saya ini kepada Saudara-saudara. Siapa pun orang yang memerlukan atau merasa dirugikan atau ada keluhan tentang saya sehubungan dengan perangai saya, temuilah saya. Saya adalah salah seorang dari kalian...Yang menjadi dambaanku hanya kebaikan bagi kalian." Segala kritik kalian sangat berharga bagi saya, dan saya bertanggung jawab atas amanat yang dipercayakan kepada saya. Insya Allah saya akan mengawasi dan datang sendiri, tidak akan saya wakilkan kepada orang lain. Hanya di tempat-tempat yang jauh akan saya serahkan orang yang dapat memegang amanat dan orang-orang yang ikhlas memberikan pendapat di antara kalian untuk kepentingan umum. Insya Allah saya tidak akan memberikan kepercayaan ini selain kepada mereka."
Dengan kata-kata itu dan yang senada dengan itu Umar berpidato kepada mereka serta mendekatkan hati mereka. Hati orang Arab di seluruh Semenanjung sudah merasa dekat kepadanya sejak ia memerintahkan pengembalian para tawanan perang kaum murtad kepada keluarga mereka. Sesudah ia mengangkat Abu Ubaidah dan memecat Khalid dan memerintahkan pengosongan kaum Nasrani Najran, tidak ada lagi orang yang merasa kesal kepadanya, kendati mereka melihat hal-hal baru yang diadakan Umar menurut pendapatnya sendiri selama masanya itu, yang dalam hal ini ia tidak mencontoh pendahulunya.
Buat apa mereka harus merasa kesal, sedang segala tanggung jawab ada di tangannya. Mereka pun sudah mengenalnya, sudah biasa ia memikul tanggung jawab besar tanpa harus merasa lelah, dan tidak jarang Allah memberi ilham kepadanya sehingga ia dapat mengatasinya sampai mencapai hasil gemilang.

Penulis :Muhammad Husain Haekal 

Download Film Umar Bin Khattab 30 Episode Gratis!!!!
Share this article :
 
TEMPLATE ASWAJA| Umar Bin Khattab - All Rights Reserved