Kepemimpinannya Adalah Penaklukan, Hijrahnya Adalah Kemenangan, Keteladanannya Adalah Rahmat, Download Gratis Film Umar Bin Khattab 30 Episode di sini http://omar.collectionfree.com

UMAR BIN KHATTAB MEMULAI TUGASNYA ( Khalid bin Walid dipecat dari pimpinan militer )

0 comments

Khalid bin Walid dipecat dari pimpinan militer

Semua orang sudah tahu pandangannya yang begitu jelek terhadap Khalid bin Walid dan keprihatinannya sehubungan dengan peristiwa Malik bin Nuwairah. Ia meminta kepada Abu Bakr supaya Khalid dijatuhi sanksi. Sejak peristiwa itu pandangan Umar terhadap Khalid tidak berubah. Jenderal itu telah dipindahkan dari Irak ke Syam atas perintah Abu Bakr dan menyerahkan pimpinan kepada pasukan Muslimin.
Di samping itu sudah lebih dari sebulan ia tak dapat mengalahkan pasukan Rumawi, bahkan tidak menghadapinya. Mana ada kesempatan lebih baik dari ini untuk memecat Khalid dari pimpinan militer dan menyerahkannya kepada Abu Ubaidah! Dan inilah yang dilakukan Umar. Keesokan harinya sesudah Abu Bakr wafat ia menulis surat kepada Abu Ubaidah memberitahukan tentang meninggalnya Khalifah, kemudian surat tentang pemecatan Khalid dan pengangkatan Abu Ubaidah menggantikannya sebagai panglima dan Khalid sebagai komandan batalion yang tadinya dipegang Abu Ubaidah. Untuk menyampaikan berita wafatnya Abu Bakr Umar mengutus Yarfa' pembantunya, sedang mengenai pemecatan Khalid dan pengangkatan Abu Ubaidah yang diutusnya Mahmiyat bin Zanim dan Syaddad bin Aus.
Dalam surat pengangkatannya ia berpesan kepada Abu Ubaidah dengan mengatakan: "Jangan menjerumuskan pasukan Muslimin karena mengharapkan rampasan perang. Janganlah menempatkan mereka di suatu tempat sebelum Anda merahasiakan kekuatannya dari mereka dan mengetahui bagaimana kedatangannya. Janganlah mengirim satuan kecuali dalam rombongan besar. Janganlah menjerumuskan pasukan Muslimin ke dalam malapetaka! Allah telah menguji Anda dengan saya dan mengujiku dengan Anda. Tutuplah matamu dari kesenangan dunia dan lupakan. Janganlah Anda sampai binasa seperti yang terjadi dengan yang sebelummu, dan Anda sudah melihat sendiri kehancuran mereka!"

Bagaimana Umar berani mempertaruhkan diri dengan memecat Khalid padahal pimpinan angkatan bersenjata Muslimin di Syam di tangan Khalid dan angkatan ini dalam situasi yang sangat genting! Mereka di sana tidak menghadapi pihak Rumawi secara berhadap-hadapan, dan untuk itu memang tidak mampu. Demikian juga halnya pasukan Rumawi terhadap pasukan Muslimin. Begitulah keadaan mereka sebelum keberangkatan Khalid bin Walid dari Irak ke Syam. Setelah Khalid berada di tengah-tengah mereka keadaan pun tetap demikian. Kedua pihak menunggu kesempatan keluar dari situasi- yang begitu mencekam untuk menyerbu musuh. Tidakkah Khalifah merasa khawatir dengan pemecatan Khalid itu keadaan pasukan Muslimin akan berantakan dan situasinya akan makin gawat? Tidakkah lebih baik ia menunggu sampai Khalid lepas dari situasi kritis sekarang ini. Sesudah itu baru ia bertindak dengan cara yang bagaimanapun?!
Melihat perkembangan perang yang sedang berlangsung itu, sudah tentu segala pertimbangan ini besar sekali artinya. Nanti akan kita lihat bahwa Abu Ubaidah sangat menghargainya tanpa merasa khawatir Khalifah akan marah kepadanya. Tetapi Umar melihatnya dari segi lain.

Jika pemecatan Khalid ditunda sampai perang selesai keadaan akan membahayakan politiknya dan akan merusak strateginya. Tak terlihat jalan lain dalam perang itu: berkesudahan dengan kekalahan pasukan Muslimin, atau dengan kemenangan. Kalau Muslimin kalah, pemecatan Khalid tak ada arti apa-apa atas kekalahan itu. Kebalikannya, kalau menang dan Khalid sebagai panglimanya, Umar tidak akan memecat seorang panglima yang sedang dalam puncak kejayaannya. Kalau ini juga yang dilakukannya, berarti ia mengambil suatu tindakan yang sangat mengerikan. Umar cenderung tidak akan membiarkan Khalid sebagai panglima tertinggi di Syam atau di tempat lain. Oleh karenanya ia cepat-cepat mengeluarkan perintah pemecatannya. Apa boleh buat, Khalid tak dapat mewujudkan apa yang dipercayakan Abu Bakr kepadanya.

Kalau sesudah itu pasukan Muslimin menang, Umar tidak salah. Ia hanya melakukan apa yang diyakininya bahwa dia benar. Dalam hal ini Khalid dalam posisi yang tidak dirugikan oleh orang yang memerintahkan pemecatannya.

Sampai pada masa kita sekarang ini orang masih bertanya-tanya gerangan apa rahasia di balik pemecatan Khalid oleh Umar itu, dan Khalid Saifullah seperti diucapkan oleh Rasulullah. Dialah yang ber-hasil menumpas kaum murtad, kaum pembangkang dan yang telah membebaskan Irak. Dia pahlawan yang tak ada bandingannya dan dia jenius perang yang sudah tak dapat dibantah. Benarkah terbunuhnya Malik bin Nuwairah dan dikawininya istrinya oleh Khalid itu juga yang masih membekas di hati Umar sehingga ia bertindak seperti itu?
Ataukah Umar khawatir orang akan terpengaruh oleh Khalid karena kemenangannya yang terus-menerus di medan perang, yang bukan tidak mungkin akibatnya akan menjerumuskan negara ke dalam bencana?
Ada beberapa orang yang berpendapat seperti kemungkinan terakhir ini.

Mereka mengatakan bahwa ketika Khalid kembali ke Medinah menanyakan kepada Umar alasan pemecatannya Umar menjawab: "Saya memecatmu bukan karena meragukan Anda, tetapi banyak orang sudah tergila-gila kepadamu, maka saya khawatir Anda pun akan terpengaruh oleh mereka." Sumber ini tak ada dasarnya. Yang jelas sesudah pemecatannya itu Khalid tidak pergi ke Medinah. Ia tetap di Syam meneruskan tugasnya dalam perang di bawah pimpinan Abu Ubaidah, sampai pada tahun tujuh belas sesudah hijrah Umar baru memecatnya dari segala jabatannya dalam tentara. Saya juga tidak berpendapat bahwa terbunuhnya Malik bin Nuwairah menjadi sebab pemecatannya.
Peristiwa itu sudah berlalu dua tahun silam setelah Umar mejijabat Khalifah, dan selama dalam dua tahun ini kehebatan Khalid dalam pimpinan militer mencapai puncaknya. Peranannya dalam perang Yamamah dan perang Irak sudah menjadi buah bibir semua orang di seluruh Semenanjung, di Persia dan di Rumawi. Menurut hemat saya, Umar memecat Khalid karena krisis kepercayaan antara kedua orang ini.
Sejak sebelum Umar menjadi Khalifah sampai selama ia dalam jabatan itu kepercayaan ini memang sudah tidak ada. Yang saya maksudkan bukan kepercayaan Umar kepada kejeniusan Khalid, atau kepercayaan Khalid akan keadilan Umar. Tetapi yang sayamaksudkan kepercayaan orang yang berpandangan bijaksana terhadap temannya. Karena itu ia menutup mata atas segala kekurangannya, sehingga segala perbuatannya yang baik dapat dua kali lipat menghapus kejahatannya. Umar melihat Khalid begitu sombong sehingga ia serba tergesa-gesa, kendati ketergesaan ini bukan alasan lalu boleh melanggar perintah atasan. Karena kesombongan dan main tergesa-gesa itu juga maka ketika dalam pembebasan Mekah dulu ia melakukan pembunuhan, padahal Nabi sudah melarang pembunuhan. Begitu juga ketika ia pergi ke tempat Banu Tamim, ia membunuh Malik bin Nuwairah tanpa izin dari Abu Bakr. Khalid menuduh Umar yang mendorong Khalifah pertama itu menimpakan segala kesalahan kepadanya, sehingga tatkala Abu Bakr memerintahkan ia meninggalkan Irak pergi ke Syam ia berkata: "Ini perbuatan si kidal anak Um Sakhlah1, dia dengki kepada saya karena saya yang membebaskan Irak." Jika kepercayaan antara kedua orang itu sudah hilang sedemikian rupa, kerja sama pun sudah tidak akan mungkin, terutama jika yang seorang kepala negara dan yang seorang lagi pemimpin militer dan panglimanya. Jadi tidak heran Umar memecat Khalid. Maksudnya supaya antara keduanya jangan ada hubungan langsung. Malah ia meminta Abu Ubaidah untuk menjadi atasan Khalid dan mengeluarkan segala instruksi kepadanya. Persahabatan antara Khalid dengan Abu Ubaidah sangat akrab dan baik sekali.
Kadang ada yang berkeberatan dengan pendapat kita ini, karena Khalifah tidak mengurus masalah negara untuk kepentingan dirinya, melainkan untuk kepentingan umat. Oleh karena itu Umar harus melupakan segala persoalan dengan Khalid, dan membiarkan Saifullah berjalan tanpa diamati, dengan mengambil contoh dari Abu Bakr, dan apa yang dikerjakannya menjadi contoh pula bagi kaum Muslimin dalam menilai pekerjaan orang, dan penilaian ini berada di atas segala pertimbangan dan kecenderungan pribadi. Sudah tentu menurut teori logika keberatan ini ada nilainya juga, tetapi dalam kenyataan hidup nilai ini menjadi hilang samasekali. Kita umat manusia tak dapat bertindak sendiri menghadapi masalah-masalah kehidupan ini menurut pertimbangan akal kita saja; perasaan kita juga sering sekali mempengaruhi kita. Baik yang kita isyaratkan itu khusus mengenai persoalan kita sendiri atau mengenai persoalan orang lain yang diwakilkan kepada kita. 

Seperti dengan pikiran kita, kita terpengaruh ketika tindakan itu kita lakukan dengan perasaan kita. Dalam kecenderungan kita, adakalanya pengaruh perasaan itu lebih besar daripada pengaruh pikiran kita. Suatu hal yang mustahil kita dapat membuat tabir pemisah antara kekuatan perasaan dengan kekuatan akal pikiran. Memang benar, ada orang yang lebih banyak terpengaruh oleh perasaan, ada pula yang lebih banyak terpengaruh oleh pikirannya. Tetapi perbedaan jumlah tidak akan mengubah perpaduan perasaan dengan akal pikiran itu dalam menjalankan keputusan-keputusan kita. Sudah tentu, Umar juga terpengaruh oleh perasaannya sendiri terhadap Khalid. Barangkali juga ia menduga bahwa Khalid mendengkinya dalam soal kekhalifahan, seperti halnya dengan Khalid dulu yang mengira Umar mendengkinya dalam soal pembebasan Irak. Kedua orang ini luar biasa kuatnya dalam bidangnya masing-masing. Jika dua perasaan ini saling bertemu dalam keadaan demikian, dikhawatirkan akan terjadi perbenturan, dan perbenturan ini akan membawa akibat yang buruk sekali terhadap negara dan masa depannya. Oleh karena itu Umar segera mengambil langkah tegas yang tak kenal ampun. Yang dilihatnya bukan segi keadilan, tetapi segi ketertiban umum dan keselamatan negara.

Tetapi dari pihaknya tindakan Umar memecat Khalid tidak aneh, sekalipun ini yang pertama dalam bentuknya. Bahkan inilah politiknya yang dijalankan terhadap para wakil dan gubernurnya selama pemerintahannya itu. Kelak akan kita lihat bahwa tindakannya terhadap para pejabatnya dengan disiplin yang keras sudah biasa dalam garis kebijaksanaannya, dan memang ini pula yang diajarkan kepada mereka dan jika ada pengaduan dalam soal ini mereka akan diadili, dan siapa saja yang tidak memuaskan dalam memegang amanat dan menjalankan tugasnya akan dipecat. Itulah, karena ia cenderung memusatkan semua kekuasaan di tangannya. Pada pertama kali memegang jabatannya itu ia berkata: "Demi Allah, jika terjadi sesuatu mengenai persoalan kalian ini, lalu yang lain datang berkuasa jauh sesudahku, maka mereka kembali akan meninggalkan pesan dan amanat itu. Kalau mereka berbuat baik akan saya balas dengan kebaikan, tetapi kalau melakukan kejahatan terimalah bencana yang akan saya timpakan kepada mereka."
Kalau pandangan demikian bertemu dalam suatu politik negara seperti yang dikenal tentang Umar dan pandangannya terhadap Khalid serta hilangnya kepercayaan dan persahabatan antara kedua orang ini, rahasia pemecatan Khalid ini akan terungkap, dan akan terungkap pula letal rahasia ini dari hati Umar.
Umar sudah memecat Khalid dari pimpinan militer di Syam dan pimpinan itu diserahkannya kepada Abu Ubaidah. Tetapi ini tidak mengubah posisi pasukan Muslimin terhadap Rumawi dan tidak pula akan memperkuat mereka dalam perang. Bahkan sebaliknya, akan menimbulkan malapetaka besar.
Kalau Umar memerintahkan agar tawanan perang dari kaum murtad dikembalikan kepada keluarganya, dan dengan begitu dapat mengambil hati mereka, maka dari segenap penjuru kini mereka cepat-cepat datang memenuhi seruannya dengan tujuan ingin ikut mengambil bagian dalam perang, ingin membersihkan diri dari kemurtadan mereka yang lalu, mereka dan yang sesama mereka akan mendapat pula rampasan perang seperti yang diperoleh Muslimin yang lain. Dengan demikian Umar merasa puas dengan karunia Allah dalam mengatasi situasi yang begitu genting dihadapi pasukan Muslimin di luar Semenanjung Arab. Sekarang pikirannya tertuju ke arah lain yang pada dasarnya tidak menyimpang dari kebijaksanaan Rasulullah dan kebijaksanaan Abu Bakr, kendati dalam beberapa hal secara detail berbeda.
Rasulullah mengajak semua orang kepada agama Allah, tidak membeda- bedakan antara Ahli Kitab dengan yang lain. Tetapi orang-orang Yahudi Medinah melihat dakwah ini membahayakan mereka. Maka mereka pun mengadakan pendekatan dengan Muhammad dan mengadakan perjanjian tentang kebebasan beragama. Hanya saja tak lama setelah mereka melihat keadaan Nabi sudah stabil, mereka berkomplot memusuhinya. Maka mereka pun dihadapinya dan dikeluarkan dari Medinah dan dari beberapa perkampungan mereka di Jazirah Arab.

Mereka yang masih tinggal hanya sebagian kecil, yang sesudah perang Khaibar mereka meminta damai untuk tetap tinggal dan bekerja di daerah mereka dengan ketentuan separuh dari hasil pertanian untuk Muslimin. Adapun kaum Nasrani Najran mereka mengirim delegasi untuk berdebat dengan Nabi. Setelah Nabi mengajak mereka agar hanya menyembah Allah dan jangan mempersekutukan-Nya dengan siapa pun dan mereka tidak akan saling mempertuhan selain Allah, mereka menolak dan kembali ke negeri mereka. Setelah itu mereka mengirim sebuah delegasi lagi meminta damai dengan membayar jizyah dengan imbalan mereka mendapat perlindungan dan kebebasan atas keyakinan agama mereka. Pihak Nasrani Najran juga memberikan pengakuan pada pemerintahan Abu Bakr dan mengadakan perjanjian yang sama dengan perjanjian yang diadakan dengan Nabi. Juga perlakuan terhadap Yahudi Khaibar sama dengan perlakuan Rasulullah terhadap mereka.

Penulis :Muhammad Husain Haekal 

Download Film Umar Bin Khattab 30 Episode Gratis!!!!
Share this article :
 
TEMPLATE ASWAJA| Umar Bin Khattab - All Rights Reserved