Al-Mustazhir dilahirkan pada Syawwal 420 H. Dia dilantik
sebagai khalifah Bani Abbasiyah ke-28 (1094-1118 M) pada saat kematian ayahnya.
Saat itu, usianya baru menginjak 16 tahun dua bulan.
Al-Mustazhir memiliki perilaku lembut, berakhlak
mulia, dan berlaku baik kepada setiap orang. Ia banyak beramal saleh, tulisannya
indah, dan tidak ada seorang pun yang mampu menyamainya.
Selain itu, ia dikenal sebagai sosok yang mencintai
ulama dan orang-orang saleh. Namun demikian, kekhilafahannya tidaklah mulus.
Bahkan pemerintahannya selalu berada dalam guncangan yang
terus-menerus.
Di awal pemerintahannya, Al-Mustansir Al-Ubaidi,
seorang pemimpin Syiah yang berkuasa di Mesir meninggal dunia. Dia digantikan
anaknya, Al-Musta'li Ahmad. Di tahun ini, orang-orang Romawi berhasil merebut
Balansiyah.
Pada 490 H, Sultan Arsalan Arghun bin Alib Arsalan
As-Saljuki, penguasa di Khurasan meninggal dunia, maka kesultanan diserahkan
kepada Sultan Barkiyaruq. Negeri itu tunduk di bawah kekuasaannya. Pada tahun
ini orang-orang Eropa berhasil mencaplok Nicae.
Pada 492 H, aliran kebatinan menyebar di Isfahan. Pada
tahun ini pula orang-orang Eropa berhasil merampas Al-Quds dari tangan umat
Islam setelah dikepung selama satu bulan setengah.
Saat itu, lebih dari 70.000 orang dibantai. Di antara
mereka yang terbunuh adalah kalangan ulama, ahli ibadah dan orang-orang zuhud.
Orang-orang Eropa juga menghancurkan tempat-tempat ibadah kaum Muslimin. Selain
itu, mereka menghimpun orang-orang Yahudi di tempat peribadatan mereka, lalu
membakarnya.
Pada 498 H, Sultan Barkiyaruq meninggal dunia. Para
pembesar mengangkat anaknya yang bernama Jalal Ad-Daulah Malik Syah sebagai
penggantinya. Khalifah pun menyetujuinya.
Pada 509 H, Maudud, penguasa Mosul, datang dengan
angkatan perang yang sangat besar untuk memerangi orang-orang Eropa yang
bercokol di Al-Quds. Akhirnya terjadilah peperangan sengit antara kedua pasukan.
Usai pertempuran, Maudud meninggal karena dilukai musuh.
Pada tahun 512 H, Khalifah Al-Mustazhir wafat,
tepatnya pada Rabu 13 Rabiul Awwal, dalam usia 41 tahun. Dia memerintah selama
24 tahun 3 bulan 11 hari. Jenazahnya dimandikan Ibnu Aqil, seorang ulama madzhab
Hambali.
Sedangkan anaknya, Al-Mustarsyid bertindak sebagai
imam. Tak lama setelah kematian khalifah, neneknya yang bernama Arjuwan, ibu
dari Al-Muqtadi, juga meninggal dunia.
Ada peristiwa aneh terkait dengan meninggalnya sang
khalifah. Ketika Sultan Alep Arsalan meninggal dunia, tak lama kemudian
meninggal juga Khalifah Al-Qaim Biamrillah. Ketika Sultan Malik Syah meninggal,
wafat juga setelahnya Khalifah Al-Muqtadi Biamrillah.
Ketika Sultan Muhammad meninggal, wafat juga Khalifah
Al-Mustazhir Billah. Peristiwa ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap
kondisi pemerintahan Bani Abbasiyah yang kehilangan tokoh secara
bersamaan.
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni