Kepemimpinannya Adalah Penaklukan, Hijrahnya Adalah Kemenangan, Keteladanannya Adalah Rahmat, Download Gratis Film Umar Bin Khattab 30 Episode di sini http://omar.collectionfree.com

Pasukan Rumawi di Mosul dan Tikrit

0 comments

Pasukan Rumawi di Mosul dan Tikrit

Pembagian ini dihadiri oleh Ziyad bin Abi Sufyan. Kemudian ia segera kembali kepada Sa'd bin Abi Waqqas dengan membawa surat dari Umar yang berisi perintah jangan mengejar pasukan Persia di dalam negeri mereka itu. Setelah membacanya Sa'd menganggap kebijakan Amirulmukminin ini penting; sebab ketika ia menulis surat melaporkan kepada Umar tentang berkumpulnya pihak Persia di Jalula dan bala bantuan yang dikirimkan oleh Yazdigird kepada mereka dari Hulwan, juga melaporkan bahwa pihak Rumawi di Mosul sudah berkumpul di Tikrit di tepi Sungai Tigris ke utara Mada'in, dan bahwa banyak orang Arab Nasrani dari kabilah Iyad, Taglib dan Namir bergabung kepada mereka dan membantu mereka melawan pasukan Muslimin.

Umar menulis kepadanya dengan mengirim Abdullah bin Mu'tam ke Tikrit bersama 5000 orang anggota pasukan. Mereka menuju kota itu dan mengepungnya selama empat puluh hari. Setelah mereka yang mempertahankan kota merasa sudah sangat letih, dengan beberapa kapal pihak Rumawi sudah siap melarikan diri dengan membawa segala harta kekayaannya. Berita itu segera diketahui oleh Ibn Mu'tam. Cepat-cepat ia menghubungi pihak Nasrani, mengajak mereka kepada Islam dan membelanya. Mereka akan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan umat Islam yang lain. Sesudah mereka menerima baik ajakannya itu, mereka diberi tugas menjaga pintu-pintu kota yang menuju tempat kapal-kapal yang hendak berlayar ke Rumawi. Kalau mereka keluar dari pintu akan naik ke kapal, kalau mampu membunuh bunuhlah mereka. Pasukan Muslimin kemudian menyerang kota dengan bertakbir yang disambut pula dengan takbir oleh orang-orang Arab pedalaman dari sisi lain. Pasukan Rumawi menjadi kacau dan berusaha hendak keluar dari pintu-pintu itu. Dari depan mereka disambut oleh pedang pasukan Muslimin dan dari belakang oleh pedang orang-orang Arab pedalaman yang sudah menerima Islam, sehingga tak seorang pun dapat lolos dari mereka. Ketika itulah Abdullah bin Mu'tam mengirim Rib'i bin Akfal ke Mosul, sesuai dengan pesan Umar dalam suratnya kepada Sa'd. Ibn Akfal cepat-cepat berangkat bersama kabilah-kabilah Iyad, Namir dan Taglib yang sudah menerima Islam. Dua benteng di Nineveh dan Mosul disergap sebelum berita Tikrit sampai ke sana.


Penghuni-penghuni kedua benteng itu sedianya hendak mengadakan perlawanan, tetapi sesudah mengetahui kejadian di Tikrit mereka mau memenuhi seruan damai dan bersedia membayar jizyah. Rampasan perang Tikrit itu dibagikan dan setiap orang dari pasukan berkuda mendapat tiga ribu dan anggota infanteri seribu dirham. 

Berita kekalahan pasukan Rumawi di Tikrit dan Mosul ini sampai juga kepada saudara-saudaranya di Syam. Mereka pun sudah mengalami bagaimana kekuatan Khalid bin Walid dan Abu Ubaidah bin Jarrah seperti yang akan kita singgung sebentar lagi. Mereka dalam ketakutan jika pasukan Muslimin di Irak sampai ke perbatasan Syam dan menyergap mereka dari belakang, padahal ketika mendapat serangan Khalid dan Abu Ubaidah mereka bertahan sambil mundur ke perbatasan itu. Sekarang mereka akan terkepung, dan tak ada jalan lain mereka harus angkat tangan dan menyerah. Kepada penduduk al-Jazirah yang berada di bawah kekuasaan Rumawi mereka mengirim utusan untuk meminta bantuan melawan pasukan Muslimin yang ada di sana. Semua berita ini sudah sampai kepada Sa'd ketika Hasyim bin Utbah kembali dari Jalula dengan kemenangan. Juga berita tentang berkumpulnya besar-besaran pasukan Jazirah di kota Hit di pantai Furat. Atas perintah Umar sebuah pasukan dikirim ke sana di bawah pimpinan Amr bin Malik. Ternyata mereka sudah memperkuat diri di kota itu dan sudah menggali parit di sekitarnya. Dengan mewakilkan kepada Haris bin Yazid untuk meneruskan pengepungan, ia sendiri berangkat ke utara ke Qarkisia di persimpangan Furat dengan Khabur yang berada di perbatasan Irak dengan Syam. Kota ini dikuasai dengan jalan disergap dan para penjaga dan penghuninya bersedia membayar jizyah. Setelah itu ia menulis surat kepada Haris bin Yazid agar pasukan yang bertahan di Hit dibiarkan kalau mereka mau keluar dari sana. Kalau tidak, di luar parit mereka supaya digali sebuah parit lagi dan semua pintunya hanya menuju ke arah itu. Haris memberitahukan pihak Hit tentang rencananya itu, dan meyakinkan mereka bahwa pengepungan akan diteruskan sampai mereka mati. Mereka pun menyerah dan keluar meninggalkan kota itu, yang selanjutnya ditempati oleh pasukan Muslimin.

Berita-berita mengenai kota-kota Hit dan Qarkisia serta kemenangan pasukannya di sana sudah diketahui oleh Sa'd. la bertambah yakin akan hikmah kebijaksanaan Umar untuk tidak mengejar pasukan Yazdigird di pegunungan dan dataran Persia itu. Andaikata dengan kekuatan bersenjatanya ia terus mengejar mereka kemudian pihak Irak memberontak dan Persia berusaha mengobarkan semangat mereka, pasti ia akan menemui kesulitan untuk menumpasnya. Sesudah kemenangan Hasyim di Jalula ia mendapat berita bahwa angkatan bersenjata Persia berkumpul di Masabazan, di perbatasan Irak-Arab di sebelah timur dengan Persia di sebelah barat. Ia segera mengirim sebuah pasukan di bawah pimpinan Dirar bin Khattab untuk menghadapi mereka di dataran Masabazan. Dalam pertempuran itu mereka dapat dipatahkan dan komandan mereka terbunuh. Kemudian mereka dikejar terus sampai ke Masabazan dan dengan jalan kekerasan kota ini pun akhirnya dapat dikuasai. Melihat penduduk yang berlarian ke gunung-gunung, ia memanggil mereka dan panggilan itu mereka penuhi. Mereka bersedia membayar jizyah. Sekarang mereka aman tinggal di kota itu.

Kemenangan akibat serangan-serangan yang terus-menerus di Irak bagian utara dan timur itu membuat mereka tunduk kepada kekuasaan Muslimin. Sebelum di bagian utara dan timur, bagian selatan Irak sudah
lebih dulu tunduk, yaitu ketika mereka melihat kekuatan Khalid bin Walid dan Musanna bin Harisah pada masa pemerintahan Abu Bakr. Bagian selatan ini pernah memberontak kepada kekuatan Muslimin ketika seluruh Irak memberontak. Sesudah Umar mengirim Sa'd bin Abi Waqqas ke Kadisiah, Utbah bin Gazwan dikirimnya untuk menyerang selatan, yang bersama Arfajah bin Harsamah al-Bariqi berangkat ke Ubullah, di dekat Basrah sekarang, dan merebutnya kembali dari Persia sesudah pertempuran kalah menang yang silih berganti selama beberapa minggu. Ubullah ketika itu merupakan sebuah pelabuhan besar, tempat kapal-kapal yang datang dari Cina dan India berlabuh dan bertolak dari sana. Di tempat ini banyak sekali orang India yang bekerja sebagai pedagang. Penduduk Ubullah keluar dengan membawa barang-barang yang dapat mereka bawa ketika pengawal-pengawal kota sudah mengalami kekalahan. Pasukan Muslimin memasuki kota itu dan rampasan perang yang diperolehnya kemudian dibagi-bagikan. Selanjutnya Utbah menyeberangi sungai mengejar tentara musuh yang melarikan diri. Ia dapat menguasai majelis Maisan dan mengirimkan para pejabatnya sebagai tawanan, berikut ikat pinggangnya ke Medinah.

Umar tahu siapa-siapa yang membawa ikat pinggang itu. Orang-orang Arab di Irak sangat tergila-gila kesenangan hidup. Ia khawatir sekali akibatnya bagi mereka. Maka ia memanggil Utbah untuk ditanyai apa yang telah terjadi dengan mereka itu. Utbah menunjuk Musyaji' bin Mas'ud sebagai pemimpin pasukan dan Mugirah bin Syu'bah sebagai imam salat. Mengetahui Musyaji' ditunjuk sebagai pemimpin pasukan, Umar memperlihatkan kemarahannya dengan mengatakan: "Anda menunjuk orang gunung untuk memimpin orang kota! Anda tahu apa yang akan terjadi?" Lalu ia menerangkan bahwa Mugirah bin Syu'bah telah mengalahkan pasukan Persia di Margab, dan kendati Musyaji' mendapat kemenangan di Furat, namun pimpinan tentara diserahkannya kepada Mugirah, supaya orang-orang Kuraisy dan sahabat-sahabat Rasulullah tidak berada di bawah pimpinan orang badui.

Kemenangan Mugirah melawan pasukan Persia tidaklah mudah. Pertempuran itu begitu sengit, kedua pihak berperan silih berganti dan pihak Persia sudah mati-matian bertempur. Mereka bertindak demikian karena melihat sebuah satuan yang mereka kira bala bantuan untuk pasukan Muslimin. Kekuatan mereka ambruk dan mereka dapat dipukul mundur. Sebenarnya satuan itu tidak lain dari serombongan perempuan Muslimin yang keluar dari kemah-kemah mereka, lalu dengan menggunakan kerudung sebagai bendera, mereka datang hendak membantu pasukan Muslimin.

Ia meminta Utbah kembali ke tempat pekerjaannya dan dibebaskan dari tugas itu, tetapi dia menolak. Sementara sedang dalam perjalanan ke Irak, Utbah menemui ajalnya. Maka Mugirah menggantikannya memimpin pasukan.


Share this article :
 
TEMPLATE ASWAJA| Umar Bin Khattab - All Rights Reserved