Al-Mustanjid Billah, Abu Al-Mahasin, Yusuf bin Al-Mutawakkil
Alallah dilantik sebagai khalifah (1460-1485 M) setelah saudaranya, Al-Qaim
Biamrillah, wafat. Yang menjadi sultan saat itu adalah Al-Asyraf
Inal.
Inal meninggal pada 865 H. Sebagai penggantinya naiklah anaknya, Ahmad, dengan gelar Al-Muayyid. Namun Khasyqadam merebut kesultanan dari tangan Al-Muayyid.
Inal meninggal pada 865 H. Sebagai penggantinya naiklah anaknya, Ahmad, dengan gelar Al-Muayyid. Namun Khasyqadam merebut kesultanan dari tangan Al-Muayyid.
Al-Muayyid ditangkap pada Ramadhan di tahun
pengangkatannya sebagai sultan. Khalifah Al-Mustanjid kemudian mengangkat
Khasyqadam sebagai sultan baru dan memberinya gelar Azh-Zhahir. Dia menjadi
sultan hingga akhir hayatnya, yaitu pada Rabiul Awal 872 H.
Setelah itu diangkatlah Balbay sebagai sultan dengan
gelar Azh-Zhahir juga. Namun dua bulan setelah duduk di kursi kesultanan, Balbay
didepak oleh para tentara. Sebagai penggantinya, khalifah menunjuk Tamrigh, juga
dengan gelar Azh-Zhahir. Tamrigh juga diturunkan secara paksa dari kursi
kesultanan.
Khalifah akhirnya
mengangkat Qayatabay sebagai sultan dengan gelar Al-Asyraf. Kesultanan menjadi
stabil di dalam genggamannya. Qayatabay dikenal sebagai sultan yang pemberani
dan kuat. Satu hal yang belum pernah terjadi sejak masa kesultanan An-Nashir
Muhammad bin Qalawun. Buktinya adalah ia pernah mengadakan perjalanan dari Mesir
ke Furat dan hanya ditemani oleh sekelompok kecil tentara tanpa pengawalan
ketat.
Di antara catatan
emas yang pernah dilakukan khalifah adalah dia tidak pernah mengangkat seroang
pun di Mesir untuk menduduki posisi-posisi yang sifatnya keagamaan, seperti
hakim, guru dan pengajar di masjid kecuali orang-orang yang diangkat tadi pasti
akan melakukan perbaikan-perbaikan yang sangat penting setelah sebelumnya
kacau-balau. Al-Mustanjid tidak pernah mengangkat seorang hakim atau syekh
tertentu atas dasar uang dan gaji.
Di
awal pengangkatannya sebagai sultan, Azh-Zhahir langsung didatangi oleh penguasa
Syam, Hatim. Ini terjadi karena adanya kesepakatan antara Hatim dengan tentara
yang ada di kalangan sultan. Setelah mendengar kedatangan Hatim, Azh-Zhahir
meminta khalifah, para hakim yang empat dan tentara untuk datang ke
benteng.
Ketika semua yang
datang meninggalkan benteng, Azh-Zhahir melarang Khalifah Al-Mustanjid kembali
ke kediamannya. Al-Mustanjid tetap tinggal di tempat itu hingga meninggal dunia
pada Sabtu 14 Muharram 888 H, setelah sebelumnya menderita sakit selama dua
tahun. Jenazahnya dishalatkan di benteng. Setelah itu dibawa ke makam para
khalifah. Saat meninggalnya, Al-Mustanjid berusia 90 tahun atau
lebih.
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni