Musailimah membacakan sebuah sajak yang sangat menyenangkan hati perempuan itu. Dia pun membalasnya dengan sajak serupa. Setelah itu mereka berdua berbincang-bincang lama sekali. Ternyata Sajah sangat mengagumi Musailimah dan mengagumi tutur katanya yang serba manis. Rencananya mengenai kaumnya juga menarik perhatiannya, dan dengan begitu akhirnya ia mengakui keunggulannya. Setelah Musailimah menawarkan agar kenabiannya digabung saja dengan kenabian Sajah dan mengadakan ikatan perkawinan antara keduanya, hatinya goyah juga dan lamaran itu pun diterima.
Sekarang Sajah pindah ke kemah Musailimah dan tinggal bersama selama tiga hari. Setelah kembali kepada masyarakatnya sendiri, Sajah mengatakan bahwa ia melihat Musailimah benar, dan karenanya ia menikah
dengan laki-laki itu. Dua sembahyang dicabut untuk kaumnya sebagai maskawin Tetapi setelah kaumnya tahu perkawinan itu tanpa maskawin, mereka 'berkata kepada Sajah: "Kembalilah kepadanya. Tidak baik orang seperti kau kawin tanpa maskawin." Setelah Sajah kembali, Musailimah menutup pintu bentengnya dan hanya mengutus orang menanyakan apa maksudnya. Kemudian ia mencabut dua macam sembahyang demi menghormati Sajah, sembahyang malam dan sembahyang subuh. Dengan demikian persoalan mereka berdua selesai dengan ketentuan separuh penghasilan Yamamah akan dibawa oleh Sajah dan yang separuh lagi akan dikirim sesuai dengan isi persetujuan. Sajah membawa penghasilan itu kemudian ia kembali ke Mesopotamia.
Beberapa orang ditinggalkan di tempat itu untuk membawa yang separuh lagi. Tetapi orang-orang itu hanya sekadar menunggu kedatangan pasukan Muslimin yang kemudian menyerang Musailimah dan membunuhnya. Selama itu Sajah tetap di Taglib hingga kemudian dipindahkan oleh Muawiyah ke Banu Tamim tatkala terjadi musim paceklik dan dia tinggal di sana sebagai seorang Muslimah yang baik hingga matinya.
Di sadur dari buku : Abu Bakar