1. Jangan pernah tunda melakukan shalat.
Usahakan sesegera mungkin; setelah masuk waktu shalat, lakukan shalat. Tinggalkan semua pekerjaan, segera setelah bisa ditinggalkan. Tak harus pekerjaan Anda selesaikan dahulu. Meski masih di tengah jalan, tinggalkan untuk melakukan shalat. Menunda, meski direncanakan hanya sebentar, kemungkinan besar akan membuat kita cenderung menunda lebih lama. Sedikit lebih lama daripada yang direncanakan, lebih lama lagi, lebih lama lagi ... hingga akhirnya waktu shalat (hampir) habis.
2. Meski Anda berpendapat boleh, jangan biasakan menjamak shalat. Usahakan sebisanya shalat 5 waktu (bukan 3 waktu, yakni dengan menggabungkan zuhur dan asar serta magrib dan isya).
Kalau terpaksa sekali menjamak, upayakan jamak taqdîm (menarik shalat yang waktunya lebih belakangan ke yang lebih dahulu). Kebiasaan menjamak cenderung berdampak seperti kebiasaan menunda yang disebutkan pada nomor 1. Kali ini dengan penyakit yang lebih banyak. Karena rakaat shalat yang harus kita lakukan lebih panjang, kita cenderung merasa lebih berat untuk melakukannya.
Dan pada saat shalat, kita cenderung melakukannya secara cepat-cepat karena telah merasa capek sebelum
melakukannya, akibat banyaknya rakaat yang harus dilakukan.
3. Kalau kita terlambat mengerjakan shalat, segera lakukan shalat qadhâ’ secepatnya.
Meski mungkin kita berpendapat bahwa qadhâ’ bisa dilakukan kapan saja selama sisa hidup kita, penundaan bisa mengakibatkan kita malas melakukannya, atau lupa. Tapi, akibat yang jauh lebih buruk adalah, karena merasa shalat kita sudah tidak teratur, kita cenderung merasa longgar setelahnya. “Toh sebelumnya sudah tak shalat, ...kalau ditambah sekali-dua kali lagi tak shalat, tak banyak menambah kekurangaturan atau kekurang disiplinan shalat kita.” Begitu seterusnya, hingga makin banyak lagi, dan makin enteng lagi kita meninggalkan shalat. Kalau sudah begini, akan amat sulit untuk memulai lagi kebiasaan shalat secara berdisiplin.
4. Pelajari dan lakukan langkah-langkah yang dapat menciptakan penghayatan dan kenikmatan shalat:
• Pahami fungsi dan manfaat shalat (juga kerugiankerugian akibat meninggalkan shalat), baik di dunia maupun di akhirat.
• Pahami makna bacaan-bacaan shalat.
• Pahami makna gerakan-gerakan shalat.
• Lakukan shalat dengan khusyuk dan thuma’nînah (melakukan semua rukun dengan tenang, masingmasing
sempurna, dan satu demi satu), termasuk tartîl (tak terburu-buru, fasih, serta jelas dan benar dalam melafalkan bacaan shalat).
• Lakukan semua tahap pendahulu dan tahap yang mengikuti shalat dengan sebaik-baiknya, termasuk
memahami makna-makna simbolisasinya. Tahap pendahuluan, seperti berwudhu dan doa-doanya,
merupakan conditioning (penciptaan suasana fisik, mental, dan spiritual) yang amat bagus untuk shalat yang baik. Usahakan agar air benar-benar mengalir secukupnya ke semua bagian organ tubuh yang harus terkena air wudhu.
• Demikian pula, selenggarakan tahap yang mengikuti shalat, yakni membaca doa-doa setelah shalat
(tarqîb), dengan sebaik-baiknya.
• Pastikan semua tempat yang terkait dengan pelaksanaan shalat dan persiapan-persiapannya bersih
dari najis, atau setidaknya najis tak menempel pada tubuh kita. Selalu pastikan tempat berwudhu bersih
dari najis. Siramlah sebersih mungkin setiap memasuki tempat wudhu (yang tidak khusus dipergunakan
untuk keperluan ini). Lipatlah celana, kalau mungkin lepaslah, ketika berwudhu agar tidak terciprat najis di kamar mandi (toilet). Lebih bagus jika kita sediakan tempat wudhu khusus terpisah dari toilet. Jika sudah selesai berwudhu, cucilah bagian-bagian tubuh kita khususnya kaki yang memungkinkan terciprat najis (sebanyak mungkin bagian tubuh itu, bahkan hingga lebih dari bagian tubuh yang terkena air wudhu).
• Pakailah pakaian yang bersih. Jangan begitu saja memakai pakaian yang sudah menempel di tubuh
kita. Setidaknya tambahlah dengan kopiah. Kalau kita di rumah, dan hanya memakai kaus dalam, misal nya, pakailah baju yang bersih. Kalau perlu dan memungkinkan, mandilah terlebih dahulu, pakailah
wewangian sedapat mungkin.
Jika kita lakukan semua langkah di atas dengan sebaik-baiknya, kita akan dapat merasakan kesegaran dan kebersihan fisik, mental, dan spiritual, yang akan amat membantu dalam mempersiapkan berbagai prasyarat yang diperlukan bagi suatu penyelenggaraan shalat yang thuma’nînah dan khusyuk. Insya Allah.
Akhirnya, upayakan sebisanya agar kesemuanya itu bisa dilakukan secara konsisten. Jika ia telah menjadi kebiasaan (habit), insya Allah tak akan banyak kesulitan berarti dalam mencapai shalat yang berdisiplin, khusyuk, dan nikmat. Karena, antara lain, ia telah menjadi bagian dari bioritme (ritme hidup) kita, baik bioritme fisik, mental, maupun spiritual. Sebaliknya, kalau kita membiarkan secara terus-menerus sikap kita dalam mengentengkan shalat, hingga hal ini menjadi kebiasaan, amat sulit bagi kita untuk dapat memperbaikinya. Namun, jika disiplin ini belum terbentuk, cobalah terus. Mungkin Anda akan berhasil sementara, kemudian gagal yakni, kembali lagi ke dalam ketidakdisiplinan maka jangan putus asa. Mengubah
kebiasaan memang sama sekali bukan soal yang mudah. Coba lagi. Kalau gagal lagi, coba lagi terus.
Ingatlah selalu firman-Nya:
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu agar mendirikan shalat, dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya”
(QS Thâ Hâ [20]: 132).
Kata-kata “bersabarlah kamu dalam mengerjakannya” kiranya merupakan isyarat tentang perlunya kita untuk tak pernah putus asa dalam melatih melaksanakan shalat secara khusyuk dan berdisiplin.
Maka, jika kita bersungguh-sungguh, pasti Allah akan menolong kita. Bukankah Dia Swt. berfirman:
“Dan orang-orang yang berupaya dengan sungguh-sungguh untuk menuju kepada Kami, pasti Kami akan menunjukinya jalan-jalan Kami.” (Dan Allah tak pernah menyalahi janji-Nya.)
(QS Al-‘Ankabût [29]: 69)
“Jika hamba-Ku mendekat kepada-Ku sedepa, Aku akan mendekat kepadanya sejengkal. Jika ia mendekat kepada- Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku dengan merangkak, Aku akan mendekat kepadanya dengan berjalan. Dan jika ia mendekat kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan mendekat kepadanya dengan berlari.”
(Hadis qudsi)
Akhirnya, hendaknya kita selalu tidak lupa berdoa untuk meminta pertolongan (‘inâyah)-Nya dalam mencapai tujuan ini:
“Ya Rabb, jadikan aku penegak shalat. Juga anak-keturunanku. Wahai Rabb kami, kabulkanlah doa kami.”
(QS Ibrâhîm [14]: 40)
“Rabbku, jangan tutup hatiku setelah Kau beri ia petunjuk. Dan anugerahilah aku rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya, Engkau Maha Pemberi Anugerah.”
Sumber :
Buku : Buat apa shalat
Dr. Haidar Bagir
Post a Comment