Kepemimpinannya Adalah Penaklukan, Hijrahnya Adalah Kemenangan, Keteladanannya Adalah Rahmat, Download Gratis Film Umar Bin Khattab 30 Episode di sini http://omar.collectionfree.com

Ajakan ke medan juang - Wafatnya Imam Ali Bin Abi Thalib R.A

0 comments

Setelah ditinggal oleh banyak pengikutnya dan hanya tingal para sahabat yang setia saja,
melalui Hujur bin Addiy, Amr bin Al Humuq dan sejumlah sahabat lainnya, Imam Ali r.a.
mengeluarkan sebuah pernyataan tertulis untuk disampaikan kepada kaum muslimin Kufah,
terutama bekas pendukungnya. Dalam pernyataan tertulis itu Imam Ali r.a. membeberkan
semua persoalan dan mengungkapkan latar belakang sejarahnya.

"Bahwasanya Allah s.w.t. telah mengutus Muhammad, Rasul Allah s.a.w. untuk mengingatkan
ummat manusia di seluruh dunia. Beliau menerima wahyu dan mengemban amanat yang
diturunkan kepadanya, dan menjadi saksi bagi ummat ini. Hai orang-orang Arab, kalian pada masa itu dalam keadaan tidak mempunyai agama. Satu sama lain saling memakan harta secara
bathil. Kemudian Allah melimpahkan kurnia-Nya kepada kalian dengan mengutus Muhammad
s.a.w. datang ke tengah-tengah kalian dan berbicara dengan bahasa kalian. Kalian mengenal
wajah beliau dan mengetahui benar asal-usul keturunannya.

"Beliau telah mengajarkan hikmah, sunnah dan fara'idh kepada kalian. Beliau menyuruh kalian
supaya selalu menjaga baik-baik hubungan silaturrahmi, memelihara kerukunan dan saling
memperbaiki keadaannya masing-masing. Kalian juga diperintahkan supaya menunaikan amanat
kepada fihak yang berhak, memenuhi janji, saling bercinta-kasih dan sayang menyayangi.
Beliau pun memerintahkan kalian supaya berlaku jujur, dan jangan sampai mencatut timbangan
atau takaran. Beliau datang kepada kalian juga antara lain untuk melarang kalian jangan
sampai berbuat zina dan jangan makan harta milik anak yatim secara dzalim."

"Kebajikan akan menghindarkan kalian dari siksa neraka. Dan beliau mendorong kalian supaya
senantiasa berbuat kebajikan. Tiap perbuatan buruk dan jahat akan menjauhkan kalian dari
sorga, dan beliau mencegah supaya kalian jangan sampai berbuat seperti itu. SetelahAllah
s.w.t. memandang masa hidupnya sudah cukup, beliau dipanggil pulang ke sisi-Nya, dalam
keadaan beliau patut menerima pujian dan memperoleh keridhoan-Nya. Beliau s.a.w. telah
memperoleh pengampunan atas segala kekhilafannya dan benar-benar telah mendapat
kedudukan mulia di sisi Allah s.w.t.

"Tetapi alangkah besarnya musibah yang terjadi sepeninggal beliau, terutama yang menimpa
kaum kerabatnya dan kaum mukminin pada umumnya. Setelah beliau tidak ada lagi kaum
muslimin mempertengkarkan pimpinan dan kekuasaan. Demi Allah, aku tidak pernah merasa
khawatir dan tidak pernah membayangkan bahwa orang-orang Arab akan menggeser
kepemimpinan dari tanganku. Tetapi waktu itu ternyata orang-orang Arab mengangkat Abu
Bakar. Mereka datang berbondong-bondong kepadanya. Aku diam tidak mengulurkan tangan,
sebab aku yakin bahwa akulah yang sebenarnya lebih berhak meneruskan kepemimpinan Rasul
Allah s.a.w. daripada orang lain yang akan memimpin aku. Beberapa waktu lamanya aku tetap
bersikap seperti itu.

"Kemudian aku melihat banyak orang meninggalkan agama Islam, kembali kepada kepercayaan
mereka semula, bahkan berani berseru kepada orang-orang lain supaya menghapuskan agama
yang dibawakan oleh Muhammad s.a.w. dan Ibrahim as. Aku menjadi sangat khawatir, kalau
aku tidak membela Islam dan kaum muslimin, aku bakal menyaksikan kerusakan dan
keruntuhan Islam. Bagiku, itu merupakan bencana yang jauh lebih besar daripada lepasnya
kepemimpinan dari tanganku. Sebab masalah kepemimpinan hanyalah suatu hiasan hidup
belaka yang tidak kekal dan tidak lama, yang akhirnya akan lenyap seperti fatamorgana."
"Aku lalu pergi menjumpai Abu Bakar. Ia kubai'at, kemudian bersama dia aku bergerak
menanggulangi kejadian tersebut di atas tadi, sampai kebathilan itu musnah dan kalimat Allah
tetap unggul dan mulia walau orang-orang kafir tidak menyukai. Abu Bakar tetap memegang
pimpinan pemerintahan. Ia berlaku adil, baik, benar, rendah hati dan hidup sederhana. Aku
mendampingi dia sebagai penasehat. Ia kutaati sungguh-sungguh selama ia taat kepada Allah
s.w.t."

"Beberapa saat menjelang wafatnya, Abu Bakar menunjuk Umar Ibnul Khattab untuk
meneruskan kepemimpinannya. Itu pun kutaati. Umar kubai'at dan kepadanya kuberikan
nasehat-nasehat. Selama memegang pimpinan pemerintahan, Umar bersikap baik dan semasa
hidupnya ia berperilaku terpuji. Menjelang wafatnya, aku berkata dalam hatiku: 'Ia tentu tidak
akan menyerahkan pimpinan pemerintahan kepada orang lain. Tetapi ternyata ia minta supaya
masalah kekhalifahan itu dimusyawarahkan, dan aku menjadi salah seorang calon sekaligus
peserta musyawarah. Namun orang lainnya tidak suka kalau kepemimpinan jatuh ke tanganku,
sebab mereka mendengar bahwa aku pernah menentang Abu Bakar'…"

"Dulu aku memang pernah mengatakan: 'Hai orang-orang Qureisy, aku ini lebih berhak daripada
kalian untuk memegang pimpinan, sebab tidak ada seorang pun di antara kalian yang terdini
mengenal Al Qur'an dan mengerti sunnah Rasul!' Karena aku berkata seperti itu, mereka merasa
khawatir kalau sampai aku terbai'at menjadi pemimpin ummat, tidak akan ada kesempatan lagi
bagi mereka. Akhirnya mereka membai'at Utsman bin Affan, menyingkirkan diriku dari
kepemimpinan dan menyerahkannya kepada Utsman. Aku dijauhkan dari kepemimpinan karena
mereka mengharap akan memperoleh giliran."

"Aku terpaksa menyatakan bai'at. Aku menyabarkan diri sambil bertawakkal kepada Allah.
Kemudian ada salah seorang berkata kepadaku: 'Hai Ibnu Abu Thalib, mengapa engkau ngotot
ingin memegang pimpinan?' Aku menjawab: 'Kalian lebih ngotot. Yang kuminta adalah hak waris
putera pamanku! Waktu kalian mencampuri urusanku dengan Utsman, kalian berbuat
menampar mukaku dan tidak menampar mukanya!' Aku berdoa memohon perlindungan kepada
Allah s.w.t. dalam menghadapi orang-orang Qureiys itu. Mereka memutuskan silaturrahmiku
dengan Rasul Allah s.a.w. Mereka meremehkan kedudukan dan keutamaanku. Mereka
bersepakat merebut hak yang sebenarnya aku ini lebih berwenang dibanding mereka. Mereka
telah memperkosa hakku."

"Mereka lalu berkata lagi: 'Sabarlah engkau menahan kepedihan itu! Dan sabarlah hidup dalam
kekecewaan itu!' Aku melihat-lihat dan ternyata tidak ada teman atau orang lain yang bersedia
membantu selain keluargaku sendiri. Tetapi aku tidak mau menjerumus-kan keluargaku ke
dalam bahaya. Kupejamkan mataku untuk menahan sakitnya kelilip, dan kutelan ludahku
dengan perasaan sedih. Aku sabar menahan kejengkelan, sehingga terasa olehku kepahitan
yang melebihi jadam dan kesakitan yang melebihi tusukan pisau."

"Akhirnya kalian dendam terhadap Utsman. Ia kalian datangi, lalu kalian bunuh. Setelah itu
kalian datang kepadaku untuk menyatakan bai'at. Aku menolak, tetapi kalian tetap bersikeras
menghendaki aku. Kalian mendesak dan mendorong-dorong datang kepadaku untuk mendesak
terus, sampai kukira kalian akan saling bunuh-membunuh atau hendak membunuhku. Kepadaku
kalian mengatakan: 'Kami tidak menemukan orang selain engkau dan kami tidak menyukai
orang lain. Kami seia-sekata dan dengan tekad bulat membai'atmu'…"

"Pembai'atan kalian kemudian kuterima. Lalu kalian mengajak orang-orang lain untuk
membai'atku. Orang-orang yang menyatakan bai'at karena taat, kuterima. Sedangkan yang
tidak mau menyatakan bai'at, kubiarkan. Orang yang pertama-tama menyatakan bai'at
kepadaku ialah Thalhah dan Zubair. Seandainya dua orang itu tidak mau membai'atku, mereka
tidak akan kupaksa, sama halnya seperti orang lain yang tidak mau membai'atku. Tidak lama
kemudian aku mendengar dua orang itu berangkat ke Bashrah membawa sejumlah orang
bersenjata. Tidak seorang pun dari mereka itu yang belum pernah menyatakan bai'at kepadaku.

Di Bashrah mereka mengobrak-abrik pegawaiku, menggedor tempat-tempat penyimpanan harta
kaum muslimin dan memperkosa penduduk yang taat kepadaku. Mereka memecah belah dan
merusak kerukunan, mencerai-beraikan persatuan dan menyerang tiap orang yang mengikuti
serta mencintaiku. Beberapa kelompok dari pencintaku dibunuh secara gelap dan dianiaya. Di
antara mereka itu ada yang sanggup membela diri, ada yang hanya bersabar, dan ada pula yang
dengan gigih terpaksa mengacungkan pedang. Para pencintaku itu bangkit melawan tindakan
jahat mereka sampai banyak yang mati terbunuh dalam keadaan bertawakkal kepada Allah
s.w.t.

"Demi Allah, seandainya hanya seorang saja dari para pencintaku yang sengaja mereka bunuh,
sudah halal bagiku untuk bertindak menumpas habis gerombolan bersenjata itu! Apalagi karena
ternyata mereka itu telah membunuh banyak kaum muslimin. Tetapi, Allah s.w.t. sudah
membalas perbuatan mereka, dan sekarang binasalah sudah kaum yang dzalim itu."
"Kemudian aku melihat kepada orang-orang Syam. Mereka itu adalah orang-orang Arab yang
berperangai kasar, terdiri dari macam-macam golongan yang serakah dan liar, datang dari berbagai pelosok. Mereka itu adalah orang-orang yang masih perlu diajar, dipimpin dan
dibimbing. Mereka bukan kaum Muhajirin atau Anshar, dan bukan pula orang-orang yang
memasuki agama dengan itikad baik. Mereka kudatangi, kuajak supaya mau bersatu dan
bersedia taat, tetapi mereka menolak. Mereka menginginkan perpecahan, permusuhan dan
kemunafikan. Mereka bergerak melawan kaum Muhajirin, kaum Ansor dan orang-orang yang
masuk agama Islam dengan niat ikhlas dan jujur. Mereka melepaskan anak-panah dan
melempar tombak. Di saat itulah aku bangkit dan bergerak melawan mereka. Mereka
kuperangi.

"Setelah mereka kekurangan senjata dan merasakan sakitnya luka, mereka kibarkan lembaranlembaran
Al-Qur'an dan berseru kepada kalian supaya berpegang teguh kepadanya. Waktu itu
kalian sudah kuberi tahu, bahwa mereka itu bukan orang-orang yang patuh kepada ajaran
agama dan Al-Qur'an. Mereka mengibarkan lembaran-lembaran Al-Qur'an hanya sekedar tipudaya
dan muslihat. Kalian sudah kuperintahkan supaya terus memerangi mereka, tetapi kalian
menuduh diriku dan kalian berkata kepadaku: "Terimalah apa yang mereka usulkan. Kalau
mereka benar-benar mau melaksanakan apa yang ada dalam Al-Qur'an dan sunnah, pasti
mereka akan bersatu dengan kita dalam kebenaran yang selama ini kita pertahankan. Jika
mereka tidak mau, kita mempunyai alasan kuat untuk terus berlawan terhadap mereka."

"Keinginan kalian itu kusetujui, aku lalu mundur, tidak menyerang mereka lagi. Kemudian
terjadilah persetujuan antara kalian dengan mereka untuk mengangkat dua orang perunding
guna mencari penyelesaian damai berdasar Kitab Allah. Dua orang itu diharuskan patuh
menjunjung tinggi perintah Al Qur'an dan menjauhkan apa yang dilarangnya. Tetapi dua orang
itu berselisih pendapat, dan hukum yang diambil ternyata berlain-lainan. Dua orang itu
mengabaikan Al Qur'an dan menyalahi isinya. Dua-duanya tanpa hidayat Allah terjerumus
mengikuti hawa nafsu sendiri-sendiri. Oleh Allah dua orang itu dijauhkan dari kebajikan dan
diperosokkan dalam kesesatan. Dua-duanya memang pantas menjadi orang seperti itu."

"Setelah semua itu terjadi, ada sekelompok orang meninggalkan kami. Mereka pun kami
tinggalkan. Kami bersikap sama seperti mereka. Tetapi kemudian mereka berkeliaran di bumi
membuat kerusakan.Orang-orang muslimin mereka bunuh tanpa dosa. Mereka kami datangi,
lalu kami katakan kepada mereka: 'Serahkan kepada kami orang-orang yang membunuh
saudara-saudara kami'. Mereka menjawab: 'Kami semua inilah yang membunuh. Kami halal
menumpahkan darah mereka dan darah kalian'…"

"Mereka lalu pergerak mengerahkan pasukan berkuda dan pejalan kaki untuk menyerang kami.
Tetapi akhirnya mereka dihancurkan oleh Allah, nasibnya sama seperti orang-orang dzalim
lainnya. Setelah itu kuperintahkan kalian supaya berangkat ke Shiffin untuk menghadapi
musuh, tentara Syam. Sebab pendadakan seperti itu akan membuat hati mereka kecut dan
akan menggagalkan tipu daya mereka. Waktu itu kalian ternyata menjawab: 'Pedang kita sudah
banyak yang patah, kita kehabisan anak panah, dan ujung tombak kita sudah banyak yang
tumpul. Izinkanlah kita pulang dulu untuk mempersiapkan perlengkapan dan perbekalan yang
lebih baik. Kiranya engkau pun akan menambah perlengkapan kita dengan senjata-senjata yang
ditinggalkan teman-teman kita yang telah tewas dan senjata-senjata bekas kepunyaan musuh.
Itu akan merupakan tambahan kekuatan bagi kita dalam menghadapi musuh'..."

"Permintaan kalian itu kami terima. Selama beberapa waktu menunggu, kalian kuperintahkan
supaya jangan meninggalkan kubu pertahanan, supaya lebih merapatkan barisan, siap siaga
menghadapi peperangan, dan jangan terlalu sering menengok anak isteri, sebab itu akan
melemahkan hati kalian dan dapat membelokkan fikiran kalian. Pasukan yang sedang
menghadapi peperangan tidak semestinya mengeluh, meratap atau jemu bergadang di malam
hari. Tidak semestinya pasukan itu mengeluh kehausan atau lapar, sebelum mencapai sasaran
dan tujuan yang diinginkan."

"Tetapi kenyataannya, ada sekelompok orang dari kalian yang meminta kelonggaran dengan bermacam-macam alasan. Kelompok lainnya lagi menyelinap masuk ke dalam kota lalu
membelot. Mereka ini tidak ada yang datang kembali kepadaku. Setelah kuperiksa, ternyata
pasukan yang masih tetap tinggal bersamaku hanya berjumlah 50 orang. Setelah aku melihat
perbuatan kalian seperti itu, kalian kudatangi, tetapi sampai hari ini kalian masih tetap tidak
sanggup keluar untuk menghadapi musuh bersama-sama kami."

"Ya Allah, kasihan benar orang-orangtua kalian! Apalagi sebenarnya yang kalian fikirkan?
Tidakkah kalian menyadari bahwa kekuatan kalian sekarang sudah berkurang? Tidakkah kalian
dapat melihat negeri kalian ini sudah diserang? Apa sebab kalian masih berpaling muka?
Bukankah musuh-musuh kalian itu sudah bersatu, bekerja keras dan bertukar-fikiran, sedang
kalian sekarang bercerai-berai, bertengkar dan saling mengelabui satu sama lain? Jika kalian
bersatu, kalian pasti selamat."

"Oleh karena itu bangunkanlah orang-orang yang sedang tidur nyenyak. Semoga Allah
memberikan rahmat-Nya kepada kalian. Yang kalian perangi itu bukan lain adalah kaum thulaqa
dan keturunan orang-orang thulaqa, yaitu orang-orang yang memeluk Islam hanya karena
terpaksa. Orang-orang yang dahulu memerangi Rasul Allah s.a.w., orang-orang yang memusuhi
Al Qur'an dan Sunnah, orang-orang yang dahulu bergabung dan bersekutu dalam perang Ahzab
melawan kaum muslimin, orang-orang ahli bid'ah yang banyak menimbulkan keonaran, orangorang
yang ditakuti karena kejahatannya, orang-orang yang menyeleweng dari agama, pemakan
barang yang bathil dan budak-budak dunia!"

"Amr bin Al Ash itu sebenarnya condong kepadaku. Ia berfihak pada Muawiyah hanya setelah
menerima janji akan diberi kekuasaan besar atas Mesir. Ia tidak segan-segan menjual agamanya
untuk mendapatkan kepentingan dunia! Muawiyah membelinya dengan menghamburkan uang
kekayaan kaum muslimin! Di antara orang fasik itu ada yang pernah dihukum cambuk karena
meneguk minuman haram. Mereka itulah yang sekarang sedang menjadi pemimpin kaumnya.
Orang-orang yang tidak kusebutkan perbuatan buruknya, banyak yang lebih jahat dan lebih
berbahaya. Yaitu orang-orang yang jika sudah berpisah dari kalian, memperlihatkan
kebenciannya terhadap kalian. Mereka membangga-banggakan diri, menindas orang lain
sewenang-wenang, congkak, dengki dan banyak berbuat kerusakan di bumi. Mereka mengikuti
hawa nafsu dan memerintah dengan korup dan jalan suap (rasywah). Sedangkan kalian,
walaupun tidak saling bantu dan bertawakkal secara keliru, namun kalian masih jauh lebih
benar daripada jalan mereka."

"Di antara kalian terdapat orang-orang arif bijaksana (hukama), alim ulama, fuqaha (para ahli
hukum syariat), pengajar-pengajar Al-Qur'an, orang-orang yang hidup zuhud di dunia, orangorang
yang gemar mengunjungi masjid dan orang-orang ahli membaca Al Qur'an."
"Apakah kalian rela dan tidak marah kalau orang-orang berperangai jahat, bengis dan kerdil
seperti mereka itu hendak memaksakan kekuasaan kepada kalian? Dengarkanlah kata-kataku
dan taatilah perintahku bila kuperintahkan. Fahamilah nasihatku jika aku beri nasihat.
Percayailah ketegasanku bila aku sudah bertindak. Ikutilah kebulatan tekadku bila aku sudah
berniat! Bangunlah mengikuti kebangkitanku dan seranglah orang-orang yang kuserang! Jika
kalian membangkang, kalian tidak akan mendapatkan petunjuk yang benar dan kalian tidak
akan dapat bersatu. Terjunilah peperangan dan siapkan semua perlengkapan. Perang sudah
berkobar dan apinya masih menyala-nyala. Orang-orang yang dzalim itu hendak membasmi
kalian melalui peperangan dengan tujuan untuk dapat leluasa memadamkan cahaya Allah."

"Demi Allah, seandainya aku seorang diri menjumpai mereka berada di tengah-tengah penghuni
bumi ini, lantas aku menaruh perhatian kepada mereka, atau aku lantas lari menjauhi mereka
karena takut, itu berarti aku sudah sama sesatnya seperti mereka! Jalan hidayat yang selama
ini kupegang teguh, benar-benar kuhayati dengan penuh kesadaran dan keyakinan serta
berdasarkan petunjuk Allah Tuhanku. Aku sungguh-sungguh sudah sangat rindu ingin berjumpa
dengan Allah, dan aku benar-benar menunggu serta mengharap-harap keindahan pahala dan karunia-Nya."

"Tetapi kerisauan dan kekecewaan meresahkan hatiku dan kekhawatiran menggelisah-kan
fikiranku, karena aku takut kalau-kalau ummat ini akan dikuasai oleh manusia-manusia jahat
dan durhaka. Kemudian mereka itu akan menggunakan kekayaan Allah sebagai alat kekuasaan,
menjadikan hamba-hamba Allah sebagai budak belian, menjadikan orang-orang saleh sebagai
umpan peperangan, dan menjadikan orang-orang yang berlaku adil sebagai golongan terpencil."
"Demi Allah, kalau bukan karena semuanya itu, aku tidak akan terus menerus mengajak kalian,
mempersatukan kalian dan mendorong kalian supaya berjuang. Kalian pasti sudah kutinggalkan.
Demi Allah aku ini berada di atas jalan yang benar, dan aku sungguh-sungguh ingin mati syahid.
Insyaa Allah, aku akan berangkat ke medan juang bersama-sama kalian. Berangkatlah kalian,
baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat. Berjuanglah di jalah Allah dengan
harta dan nyawa kalian. Sesungguhnya, Allah beserta orang-orang yang sabar."

Pernyataan tertulis Imam Ali r.a. tersebut di atas, secara keseluruhan menggambarkan betapa
sulit dan beratnya persoalan yang dihadapinya sepeninggal Rasul Allah s.a.w., terutama setelah
dibai'at oleh kaum muslimin sebagai Khalifah dan Amirul Mukminin.


Sumber

Buku : Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a.
Oleh : H.M.H. Al Hamid Al Husaini

Share this article :

Post a Comment

 
TEMPLATE ASWAJA| Umar Bin Khattab - All Rights Reserved