Abu Ja'far Al-Qaim Biamrillah, nama aslinya Abdullah
bin Al-Qadir. Dilahirkan pada Dzulqa'dah 391 H. Ibunya seorang mantan budak dari
Armenia bernama Badar Ad-Duja, namun ada pula yang menyebutnya Qathr
An-Nada.
Al-Qaim diangkat sebagai khalifah Daulah Abbasiyah
ke-26 (1031-1075 M) pada Dzulhijjah 423 H, bergelar Al-Qaim Biamrillah pemberian
ayahnya. Ibnu Atsir berkata tentang Al-Qaim, "Dia adalah lelaki yang tampan,
wajahnya rupawan, kulitnya putih kemerahan dan tubuhnya semampai. Dia juga
seorang yang wara', taat beragama, zuhud, banyak bersedekah dan memiliki
keyakinan dan kesabaran yang tinggi. Dia juga memiliki ilmu yang sangat luas dan
mahir dalam bidang tulis-menulis."
Pada 1034 Masehi, terjadi malapetaka dahsyat di
wilayah Timur Tengah dan sekitarnya. Bermula dari gempa besar yang berlangsung
hingga 40 hari. Disusul kemarau panjang dan berjangkitnya penyakit
menular.
Ketika musibah itu berakhir, Khalifah Al-Qadir dan
Amirul Umara Jalal Ad-Daulah bekerjasama melakukan berbagai perbaikan. Semua
pihak menaruh hormat kepada Jalal Ad-Daulah. Suasana itu digunakan oleh Jalal
Ad-Daulah untuk merombak gelar kehormatannya. Ia meresmikan dirinya dengan
panggilan Mulk Al-Mulk (Raja Diraja). Khalifah Al-Qadir tidak keberatan atas hal
itu.
Namun ia tak bisa menikmati gelarnya itu. Ia hanya
bertahan empat tahun. Pada 433 H, ia jatuh sakit dan meninggal dunia. Jabatannya
digantikan oleh Abu Kaliger putra Sulthan Ad-Daulah yang dipanggil dengan
sebutan Mulk Muhyiddin.
Pada Dzulhijjah 450 H, seorang berkebangsaan Turki
bernama Arsalan yang lebih dikenal dengan sebutan Al-Basasiri, menangkap
Khalifah Al-Qaim. Dulunya ia adalah budak Turki yang dibeli oleh Baha
Ad-Daulah.
Terjadi pertempuran sengit selama satu bulan di
Baghdad antara khalifah dan pasukan Al-Basasiri yang membawa panji-panji
pemerintahan Mesir. Al-Basasiri membawa Al-Qaim ke Anah dan memenjarakannya di
tempat itu.
Diam-diam, Khalifah Al-Qaim berhasil melakukan
surat-menyurat dengan Amir Toghrul Bek bin Mikail dari Bani Seljuk. Dengan
pasukan besar, Toghrul Bek segera maju merebut wilayah Khurasan.
Terakhir, ia berhasil masuk Baghdad dan menangkap Mulk
Abdur Rahim, putra Mulk Muhyiddin, yang menentang Al-Qadir. Toghrul Bek
memasukkan Mulk Abdur Rahim ke dalam penjara hingga meninggal dunia. Dengan
demikian, berakhirlah riwayat kekuasaan keluarga Buwaih.
Belakangan karena keberhasilannya itu, Toghrul Bek
dianugerahi gelar Mulk oleh Khalifah Al-Qaim. Sejak itu, Panglima Besar
keturunan Bani Seljuk ini dikenal dengan Mulk Toghrul Bek.
Namun setelah itu, Arsalan atau Al-Basasiri menulis
surat kepada pejabat yang memerintah di Anah agar membebaskan khalifah secara
terhormat. Akhirnya, khalifah Al-Qaim kembali menduduki kursi kehormatannya pada
25 Dzulqa'dah 451 H.
Setelah khalifah kembali, Mulk Toghrul Bek
mempersiapkan tentara untuk menggempur Al-Basasiri dan berhasil membunuhnya.
Setelah pulang dari penjara, khalifah tidak pernah tidur kecuali di tempat ia
shalat, dan terus-menerus berpuasa dan shalat malam, memberi ampunan kepada
siapa saja yang menganiayanya.
Pada malam Kamis, 13 Sya'ban 467 H, Khalifah Al-Qaim
Biamrillah wafat. Penyebabnya adalah keluarnya darah dari hidungnya, dan dia
menutup hidungnya agar darah berhenti keluar. Namun ketika tertidur, sumbatan
hidungnya terlepas, dan mengalirlah darah yang begitu banyak dari hidungnya.
Ketika bangun kekuatannya telah habis.
Khalifah kemudian meminta cucunya Abdullah bin
Muhammad untuk menjadi putra mahkota, dan memberikan beberapa nasihat kepadanya.
Ia pun menghembuskan nafas terakhir. Al-Qaim menjadi khalifah selama 45
tahun.
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni