Al-Hassan bin Al-Mustanjid bin Billah, demikian nama aslinya.
Khalifah ke-33 (1170-1180 M) ini lahir pada 536 H. Ibunya seorang mantan budak
asal Armenia bernama Ghadhdhah. Dia dilantik sebagai khalifah saat ayahnya
meninggal.
Ibnul Jauzi berkata, "Dia menyerukan agar semua bea
cukai dihapuskan dan semua harta yang diambil dengan cara tidak sah dikembalikan
kepada para pemiliknya. Dia telah menampakkan sikapnya yang adil dan
kedermawanannya yang belum pernah kami lihat sebelumnya. Dia mengkhususkan harta
bagi orang-orang Bani Hasyim dan orang-orang keturunan Ali. Demikian juga untuk
para ulama, sekolah-sekolah, dan tempat ibadah. Dia selalu mengeluarkan harta
untuk berinfak dan beramal. Di masanya tidak pernah terjadi
peperangan."
Khalifah ini dikenal penyabar, hati-hati dan
lemah-lembut. Tatkala diangkat sebagai khalifah, dia memberi hadiah kepada para
pembesar negeri dan yang lain. Dalam khutbah-khutbah di Baghdad, ia selalu
disebut-sebut. Dia memberi uang kepada rakyatnya.
Adz-Dzahabi berkata, "Pada masa pemerintahannya,
aliran Syiah Rafidhah melorot di Baghdad dan musnah sama sekali. Penduduk merasa
aman dan tenteram. Mereka merasakan kebahagiaan yang luar biasa di masa
pemerintahannya. Saat itu para khatib di masjid-masjid di Yaman, Barqah, Tuzur,
Mesir hingga Aswan, mengucapkan doa keselamatan untuk khalifah."
Al-Imad, seorang penulis kenamaan berkata, "Sultan
Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil membuka Masjid Jami' di Mesir pada 567 H, dengan
ketaatan penduduknya. Ini merupakan awal diadakannya khutbah Jumat di Mesir bagi
Bani Abbas. Bid'ah diberantas, syariah kembali murni. Pada khutbah kedua
disampaikan doa untuk Bani Abbas."
Sultan Nuruddin memerintahkan Syihabuddin Al-Muthahhir
bin Allamah untuk menyampaikan berita gembira ini ke Baghdad dan ke seluruh
wilayah negara Islam. "Segala puji bagi Allah, Dzat yang meninggikan dan
mengangkat yang benar serta menyebarkannya, juga menghinakan yang bathil dan
merendahkannya. Kini tidak ada lagi mimbar di negeri-negeri kecuali telah
mengumandangkan khutbahnya untuk pemimpin kita Amirul Mukminin Al-Mustadhi
Liamrillah, dan semua masjid telah melakukan itu. Subur makmurlah sunnah dan
hancurlah pilar-pilar bid'ah," kata Nuruddin dalam suratnya.
Pada 569 H, Sultan Nuruddin yang saat itu berkuasa di
Damaskus meninggal dunia, sedangkan anaknya yang bernama Ismail masih
kecil.
Pada 572 H, Shalahuddin memerintahkan pembangunan
tembok besar yang mengitari Mesir. Dalam melaksanakan proyek besar ini,
Shalahuddin memerintahkan Amir Bahauddin Qaraqusy.
Ibnu Atsir mengatakan, "Tembok itu sepanjang 29.300
depa. Pada tahun ini pula dia memerintahkan pembangunan benteng Jabal
Al-Muqattham, yang kemudian menjadi kediaman sultan. Bangunan ini baru selesai
pada tahun ketika Sultan Malik Al-Kamil, salah seorang saudara Shalahuddin,
berkuasa. Dialah orang pertama yang menempati kediaman sultan ini."
Pada 576 H, Khalifah Al-Mustadhi meninggal dunia, pada
akhir bulan Syawwal. Dia menyerahkan kekuasaaan kepada anaknya yang bernama
Ahmad yang bergelar An-Nashir Lidinillah.
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni