Dia dilantik sebagai khalifah Bani Abbasiyah ke-32 (1160-1170
M) pada hari meninggalnya sang ayah, Al-Muqtafi. Nama aslinya Yusuf bin
Al-Muqtafi. Al-Mustanjid dilahirkan pada 518 H. Ibunya seorang mantan budak dari
Karji bernama Thawus.
Di kalangan sejarawan, dia dikenal sebagai sosok
khalifah yang adil dan penuh kasih sayang. Dia membebaskan rakyat dari wajib
pajak di beberapa wilayah. Bahkan di Irak, bea cukai tidak berlaku sama sekali.
Dia adalah sosok yang keras terhadap mereka yang merusak.
Khalifah Al-Mustanjid pernah memenjarakan seorang
laki-laki yang melakukan kejahatan terhadap manusia. Kemudian ada seorang
kawannya yang datang untuk menebusnya dari penjara dengan uang sebesar 10.000
dinar. Al-Mustanjid berkata, "Aku akan memberikan uang kepadamu sebanyak 1.000
dinar, dengan syarat engkau tunjukkan kepadaku orang semacam ini sehingga aku
menangkapnya dan memenjarakannya agar manusia selamat dari
kejahatannya."
Ibnul Jauzi berkata, "Al-Mustanjid memiliki pemahaman
tajam, pendapat-pendapat brilian, kecerdasan tinggi, serta akhlak mulia. Dia
memiliki sajak-sajak indah dan mengagumkan. Di samping itu, ia juga dikenal
memiliki pengetahuan tentang astronomi dan masih banyak lagi."
Salah satu syairnya yang terkenal adalah, "Dia hinakan
aku dengan uban, padahal dia tenang selalu. Andaikata dia hinakan aku dengan
sesuatu yang menghinaku. Jika rambut di kepalaku mulai memancarkan uban,
tidakkah malam yang gelap dihiasi purnama putih."
Di awal pemerintahan Al-Mustanjid, penguasa Mesir,
Al-Faiz, meninggal dunia. Dia digantikan oleh Al-Adhid Lidinillah, khalifah
terakhir Bani Ubaid. Dalam urusan pemerintahan, Khalifah Al-Mustanjid tak
sejalan dengan kebijakan Sultan Sulaiman Syah (1159-1161 M). Hal itu disebabkan
Sultan bertindak sewenang-wenang terhadap kalangan bawah, baik terhadap tentara
maupun kalangan non-militer.
Kesewenang-wenangan Sultan Sulaiman Syah menyebabkan
kemarahan rakyat, khususnya para tentara yang ada di ibukota. Maka pada 556 H,
tentara ibukota melakukan kudeta. Mereka menyerbu dan mengepung istana kediaman
sultan hingga hancur.
Sepeninggal Sultan Sulaiman Syah, tentara dan rakyat
mengangkat Arsalan Syah sebagai sultan. Ia seorang ahli militer dan negarawan
yang terpandang. Sultan Arsalan Syah mampu menjalin kerjasama yang baik dengan
Khalifah Al-Mustanjid, hingga ia mampu memegang tampuk kesultanan selama 15
tahun.
Khalifah Al-Mustanjid wafat pada 8 Rabiul Awwal 566 H.
Ia memegang jabatan khalifah selama 10 tahun. Salah satu kisah menarik dari
Al-Mustanjid, sebagaimana yang dikatakan Adz-Dzahabi, bahwa sejak ia sakit ada
sinar merah yang terus-menerus memancar di langit dan sinar tersebut bisa
dilihat dari tembok-tembok.
Beberapa tokoh yang meninggal pada masa pemerintahan
Al-Mustanjid antara lain Ad-Dailami, penulis kitab Musnad Al-Firdaus; Al-Imrani,
penulis kitab Al-Bayan dari kalangan Madzhab Syafi'i; Ibnu Al-Bazri seorang
tokoh madzhab Syafi'i dari Jazirah Arab; menterinya yang bernama Ibnu Hubairah;
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani; Imam Abu Sa'ad As-Sam'ani dan beberapa tokoh
serta ulama lainnya.
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni