Sementara Usamah sedang dalam perjalanan menuju perbatasan Rumawi, berita yang tersiar bahwa Nabi telah wafat mendorong orang-orang Arab di luaran itu untuk memberontak terhadap kekuasaan Medinah.
Pemberontakan di Yaman makin berkobar meski Aswad sudah terbunuh. Musailimah dari Banu Hanifah dan Tulaihah dari Banu Asad kemudian mulai pula mendakwakan diri nabi dan mengajak orang supaya mempercayai kenabian mereka. Seruan itu berhasil, sehingga orang semacam Uyainah bin Hisn berkata mengenai Tulaihah: "Nabi dari persekutuan yakni Asad dan Gatafan lebih kami sukai daripada Nabi yang dari Kuraisy. Muhammad sudah meninggal, sedang Tulaihah masih hidup."
Tanda-tanda pembangkangan
Baru saja Abu Bakr memangku jabatan Khalifah, para utusan itu datang kepadanya membawa berita-berita ini dan yang berita lebih gawat lagi dari itu. la berkata kepada mereka: "Jangan dulu meninggalkan tempat sebelum para utusan pejabat-pejabat itu dan yang lain datang membawa berita yang lebih terinci mengenai gejala pembangkangan itu." Tak lama kemudian memang datang surat-surat dari para kuasa Nabi di berbagai daerah di Semenanjung itu tentang adanya pembangkangan yang sifatnya umum atau sendiri-sendiri.
Surat-surat itu juga menyebutkan tentang adanya permusuhan para pembangkang terhadap orang yang ada di tengah-tengah mereka, yang masih bertahan dengan keislamannya. Juga di tempat-tempat sekitar Abu Bakr api mulai berkobar. Hal ini perlu diatasi, yang sejak dibebaskannya Mekah dan masuknya Ta'if ke dalam Islam belum pernah terjadi hal serupa itu.