Kepemimpinannya Adalah Penaklukan, Hijrahnya Adalah Kemenangan, Keteladanannya Adalah Rahmat, Download Gratis Film Umar Bin Khattab 30 Episode di sini http://omar.collectionfree.com

Jalan Kekerasan

0 comments

Akhirnya Imam Ali r.a. yakin tak ada jalan lain lagi yang bisa ditempuh, selain terpaksa harus
menghadapi kekerasan dengan kekerasan. Lebih-lebih setelah ada kenyataan bahwa mereka
ketika meninggalkan Kufah telah banyak merenggut nyawa kaum muslimin yang tidak berdosa.
Tiap orang yang tidak sependapat dengan mereka dicap "kafir". Setiap orang yang sudah
terkena cap itu, oleh mereka dihalalkan darahnya, harta bendanya dan keluarganya.

Abdullah bin Khabbab bersama isterinya yang sedang hamil tua mereka bantai di tepi sungai
bersama seekor babi, hanya karena waktu ditanya tentang sebuah hadits menjawab: "Ayahku
menyampaikan sebuah hadits berasal dari Rasul Allah s.a.w.: 'Sepeninggalku akan terjadi suatu
fitnah (bencana). Dalam fitnah itu hati orang akan menjadi mati, sama seperti tubuhnya yang juga mati. Sore hari ia menjadi orang yang beriman dan di pagi hari ia menjadi orang kafir'…"
Sebelum membantai dua orang suami isteri itu mereka sudah membantai lebih dulu 3 orang
wanita, hanya karena tidak sependapat dengan mereka. Salah seorang di antara tiga wanita itu
ialah: Ummu Saman, yang pada masa hidupnya Rasul Allah s.a.w. pernah menjadi sahabat
setia.

Sekalipun sudah sejauh itu tindakan kaum Khawarij, Imam Ali r.a. tidak meninggalkan
kebiasaannya, yaitu lebih suka bersikap baik sebelum diserang. Kepada para sahabat dan
pasukannya ia berpesan: "Janganlah kalian menyerang lebih dulu sebelum kalian diserang!"
Kini Imam Ali r.a. dan pasukannya telah tiba di Nehrawan. Sebelum pasukan Imam Ali r.a.
datang, kaum Khawarij sudah tiba lebih dahulu dan terus siaga untuk mengangkat senjata.
Jumlah anggota pasukan Khawarij lebih kurang 1.500 orang, termasuk anggota-anggota pasukan
penunggang kuda. Orang-orang yang sekarang menjadi komandan mereka sejak dulu terkenal
cekatan, pemberani, gigih dan pantang mundur dalam pertempuran.

Imam Ali r.a. telah mengatur pasukannya. Pimpinan sayap kanan diserahkan kepada Hujur bin
Addiy, sedang pimpinan sayap kiri diserahkan kepada Syabatah bin Rab'iy. Pimpinan pasukan
berkuda diserahkan kepada Ayyub Al Anshariy, sedang pasukan infantri (pejalan kaki)
pimpinannya diserahkan kepada Abu Qatadah. Pengikut lainnya pimpinannya diserahkan kepada
Qeis bin Sa'ad bin Ubadah. Imam Ali r.a. sendiri berada di bagian tengah memimpin pasukan
Bani Mudhar.

Bendera tanda-aman kemudian ditancapkan tiangnya oleh Ayyub Al Anshariy sambil berseru
kepada pasukan Khawarij yang sudah berada di hadapan pasukan Imam Ali r.a.: "Barang siapa
dari kalian yang mendekati bendera ini, dijamin keselamatannya. Barang siapa pergi masuk
kota atau berangkat ke Iraq (Kufah) dan keluar dari gerombolan, akan dijamin keselamatannya!
Kami dilarang menumpahkan darah kalian, selama kalian tidak menumpahkan darah kami!"
Pasukan berkuda Imam Ali r.a. kemudian maju menjadi barisan terdepan. Sedang pasukan
pejalan kaki memecah diri menjadi dua barisan, berjalan di belakang pasukan berkuda.
Pasukan panah mengatur barisannya sendiri secara berlapis. Imam Ali r.a. masih tetap
mengingatkan perintahnya: "Jangan menyerang sebelum kalian diserang!"

Pasukan Khawarij mulai bergerak maju. Setelah agak dekat dengan pasukan Imam Ali r.a.,
pasukan Khawarij berteriak-teriaka: "Tidak ada hukum selain Allah." Sahut menyahut, silih
berganti sampai sedemikian hiruk pikuk dan gaduh.

Mendengar teriakan-teriakan itu Imam Ali r.a. berkata kepada beberapa orang sahabat: "Katakata
benar diartikan secara bathil. Yang mereka maksud sebenarnya tidak perlu ada imarah.
Imarah (pemerintahan) tidak bisa tidak harus ada. Soalnya apakah imarah itu baik atau tidak!"
Pasukan Khawarij berganti teriakan. Sekarang yang satu berteriak kepada yang lain: "Mari
berangkat ke sorga! Mari berangkat ke sorga!"

Di tengah-tengah gemuruhnya teriakan itu mereka serentak bergerak menyerang pasukan Imam
Ali r.a. Mereka juga menempatkan pasukan berkuda di barisan depan dan di belakangnya
pasukan pejalan kaki. Serangan serempak mereka itu disambut dengan hujan anak panah yang
dilepaskan pasukan pemanah Imam Ali r.a. yang diatur secara berlapis. Pasukan Khawarij
terpaksa mundur meninggalkan banyak korban.

Menurut Ats Tsa'labiy, ketika ia menceritakan pengalamannya sendiri mengatakan: "Waktu
kulihat Khawarij dihujani anak panah, mereka kelihatan seperti iring-iringan kambing yang
berusaha menghalangi hujan dengan tanduk. Pasukan berkuda Imam Ali kemudian menikung dari arah kanan ke kiri. Imam Ali sendiri bersama sejumlah pasukan yang dipimpinnya
melancarkan serangan menerobos ke jantung pasukan Khawarij dengan pedang dan tombak.
Demi Allah, kulihat belum sempat kaum Khawarij menyelesaikan serangan serentaknya, banyak
sekali dari mereka yang sudah jatuh bergelimpangan."

Masing-masing fihak bertempur mati-matian. Ketangguhan mental kaum Khawarij ternyata
memang tinggi. Sungguhpun demikian tidak sanggup menangkis serangan pasukan Imam Ali r.a.
Peperangan ini berakhir dengan kemenangan di fihak pasukan Imam Ali r.a. Kurang lebih
pasukan Khawarij yang masih hidup sebanyak 400 orang. Semuanya dalam keadaan luka parah.
Mereka itu orang-orang yang sangat keras dan berpendirian teguh. Semboyan "Menang atau
Mati" sudah menjadi perhiasan mereka sehari-hari.

Imam Ali r.a. tidak sampai hati membiarkan mereka dalam keadaan luka parah dan tidak
berdaya. Ia memerintahkan anggota-anggota pasukannya, supaya semua mereka itu diserahkan
kepada sanak famili atau handai tolannya, agar cepat memperoleh pengobatan dan perawatan.
Semua yang ditinggalkan oleh kaum Khawarij diambil oleh pasukan Imam Ali r.a. Senjatasenjata
dan hewan tunggangan dibagi-bagi, sedang barang-barang lain yang jelas dirampas oleh
kaum Khawarij pada waktu lari dari Kufah, dikembalikan kepada para pemiliknya semula.

Sumber

Buku : Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a.
Oleh : H.M.H. Al Hamid Al Husaini
Share this article :

Post a Comment

 
TEMPLATE ASWAJA| Umar Bin Khattab - All Rights Reserved