Sebelum kita sampai kepada Umm Ziml dan kaum murtad lainnya dari sisa-sisa pasukan Tulaihah yang terpencar-pencar itu, baik juga kita berhenti sebentar sambil bertanya-tanya: Mengapa mereka tidak kembali kepada Islam seperti yang dilakukan oleh Banu Asad, kabilah Tulaihah, dan mengumumkan kembalinya itu kepada semua orang? Setelah terbukti kebohongan Tulaihah, tidakkah terpikir oleh mereka akan menjadi orang yang beriman kepada kenabian dan risalah Muhammad?
Atas pertanyaan di atas sudah kita kemukakan jawabannya. Orang-orang Arab itu kebanyakan hanya tunduk kepada kenabian Muhammad, bukan beriman kepada kenabian itu. Di antara mereka sebenarnya memang banyak yang melihat beribadah kepada berhala-berhala itu sebagai suatu ironi dan sudah mereka tinggalkan; dan mereka beribadah kepada Tuhan Yang Mahaesa. Tetapi menurut anggapan mereka, ketentuan-ketentuan yang sudah diwajibkan oleh Muhammad konsekuensinya tidak memuaskan. Mereka menganggap bahwa mereka berhak melepaskan diri dari segala kewajiban itu. Hal ini mereka nyatakan terus terang kepada Abu Bakr, seperti soal zakat, sebab dalam hati mereka kecintaan kepada harta jauh lebih kuat daripada apa pun yang lain. Mereka akan tetap dalam Islam asal saja dibebaskan dari kewajiban salat dan kewajiban-kewajiban lain yang ditentukan oleh Islam. Mereka mengikuti Tulaihah, mengikuti Musailimah dan yang lain, tak lain karena ingin meninggalkan segala yang diwajibkan Islam kepada mereka. Kalau mereka tetap bertahan sesudah Tulaihah lari dan ingin menghadapi Khalid, soalnya karena mereka masih mengharapkan kemenangan yang akan membuat Abu Bakr nanti mau berkompromi dengan mereka untuk melepaskan beberapa kewajiban itu. Dengan demikian segala yang mereka harapkan dulu dengan mengikuti ajakan Tulaihah tercapai.
Di samping itu masih ada sebab lain yang erat sekali hubungannya dengan kejiwaan atau sikap mental orang-orang badui dan orang-orang Arab pedalaman dan sebangsanya itu, sehingga kendati Tulaihah sudah lari mereka tidak membubarkan diri. Sejak masa Rasulullah dulu sudah ada keretakan lama antara mereka dengan kaum Muhajirin dan Ansar yang seolah sudah terlupakan. Setelah mereka dikalahkan dan tunduk kepada kekuasaan Rasulullah, pura-pura mereka menerima dengan senang hati. Tetapi seperti umumnya orang yang sudah kalah, mereka menerima terpaksa. Begitu dilihat ada kesempatan untuk membalas, kesempatan demikian tidak akan mereka sia-siakan. Kesempatan ini mengingatkan mereka pada peristiwa perang Ahzab dan perang Khandaq dulu. Ketika itu Medinah sudah hampir kemasukan pihak Ahzab kalau tidak tiba-tiba datang angin badai yang menerjang keras sekali menyebabkan mereka lari ketakutan.
Sekali ini mereka mendapat kesempatan untuk membalas dendam dengan jalan terus gigih menghadapi Khalid, kalau-kalau mereka mendapat nasib lebih baik daripada masa Muhammad dulu, dan kalau-kalau kebebasan pribadi yang menjadi kedambaan orang-orang pedalaman itu dapat mereka peroleh kembali setelah dengan itu mereka merasa kehilangan gengsi.
Sekiranya gerakan semua kabilah itu didorong oleh emosi sebagai orang-orang badui itu, niscaya kedudukan Khalid dan sahabat-sahabatnya akan terbentur juga. Tetapi kita sudah melihat bagaimana kabilah Tayyi' dulu ikut bergabung kepada Tulaihah, kemudian setelah diajak bicara oleh Adi bin Hatim mereka kembali kepada Islam, dan bergabung dengan Khalid, bersama-sama dalam satu barisan. Kemudian sempat mengganggu Tulaihah sehingga menimbulkan ketakutan dan berakhir dengan kehancurannya. Peristiwa serupa kemudian terjadi juga setelah Tulaihah hancur dan disusul oleh Uyainah bin Hisn dari Banu Fazarah.
Setelah itu Banu Amir, mereka mau murtad masih maju mundur, menunggu apa yang akan terjadi dengan kabilah Qais dan Banu Asad. Setelah oleh Khalid mereka dihancurkan dan mengalami nasib buruk, Banu Amir itu berkata: "Kami masuk ke tempat kami tadi keluar."
Khalid kemudian membaiat mereka seperti yang sudah dilakukan Banu Asad, Gatafan dan Tayyi' sebelumnya di Buzakhah. Kembalinya mereka kepada Islam itu besar pengaruhnya terhadap kabilah-kabilah lain, sama seperti ketika Tayyi' kembali kepada Islam berpengaruh juga kepada Tulaihah dan mereka yang bergabung kepadanya.
Di sadur dari buku : Abu Bakar