Inilah menurut hemat saya gambaran yang sebenarnya sehubungan dengan perbedaan pendapat antara Abu Bakr dengan LImar khusus mengenai hal ini. Barangkali Abu Bakr mengeluarkan perintah kepada Khalid untuk berangkat menghadapi Musailimah setelah peramal Banu Hanifah itu mengalahkan Ikrimah, untuk memperlihatkan kepada orangorang Medinah dan terutama mereka yang sependapat dengan Umar, bahwa Khalid adalah orang yang akan mengantarkan malapetaka itu, akan memberi pukulan telak, dan ketika perintah itu dikeluarkan ia akan melemparkannya ke neraka, atau dia akan habis tenggelam.
Itulah hukuman yang paling tepat atas perbuatannya terhadap Umm Tamim Laila dan suaminya. Atau kemenangan itu pula yang akan membersihkan namanya, lalu ia muncul sebagai orang yang datang dengan kemenangan yang membawa hasil, sekaligus menenteramkan hati kaum Muslimin. Dengan demikian apa yang terjadi di Butah sudah tak berarti apa-apa lagi.
Yamamah sudah membersihkan nama Khalid walaupun dalam pada itu, sebelum darah Muslimin dan darah pengikut-pengikut Musailimah kering, ia telah menikah pula dengan seorang gadis perawan, seperti yang dilakukannya dengan Laila. Atas perbuatannya ini pun Abu Bakr memberikan teguran, bahkan lebih keras lagi dari ketika mengawini Laila. Tetapi itu tak lebih dari sekadar teguran dan Khalid pun tak lebih dari sekadar mendengarkan. Saya rasa teguran Abu Bakr hanya untuk menenangkan kemarahan orang-orang semacam Abu Qatadah. Kalau saya harus merasa heran, keheranan saya kepada penulis-penulis dan para ahli sejarah yang dengan peristiwa itu mereka berusaha hendak menjelek-jelekkan Khalid. Juga tidak kurang keheranan saya kepada mereka yang berusaha hendak membelanya atau mencari-carikan alasan.
Apa artinya Malik, apa artinya Laila dan apa pula artinya Bint Mujja'ah dibandingkan dengan ratusan bahkan ribuan kepala yang sudah ditebas oleh pedang Khalid atau atas perintahnya. Ratusan, bahkan ribuan kepala yang sudah lepas dari tubuh itu merupakan kebanggaan Khalid, dan itulah yang membuat dia sebagai Saifullah. Jika pada suatu saat pedangnya itu pernah menimbulkan keonaran, selama bertahun-tahun pedang itu juga telah memberikan kemenangan dan kebanggaan.
Khalid bertolak dari Medinah ke Butah setelah Abu Bakr mengeluarkan perintah agar berangkat menghadapi Musailimah di Yamamah. Sekarang ia kembali ke sana sesudah tempat itu bebas dari pembangkangan kaum murtad dan bekas-bekasnya. Ia tinggal di sana bersama pasukannya sambil menunggu datangnya bantuan dari Abu Bakr yang memang sudah dipersiapkan untuk memperkuatnya. Setelah kemudian bantuan datang, ia berangkat memimpin angkatan bersenjatanya menuju tempat orang yang mengaku nabi itu, yang di Semenanjung itu ia dipandang paling berbahaya. Ia berangkat dengan penuh rasa percaya diri dan keimanan kepada Allah, dan dengan keyakinan bahwa Allah akan memperkuatnya, akan memberikan pertolongan kepadanya.
"Jika Allah menolong kamu tak ada yang akan dapat mengalahkan kamu. " (Qur'an, 3. 160).
Di sadur dari buku : Abu Bakar